KUPENUHI JANJIKU (Selesai)

Fiksiana, Novel92 Dilihat

Reihan menutup presentasinya. Semua yang hadir memberikan oplaus dan mengucapkan selamat. Reihan bergegas ke ruangannya. Diam dan terduduk memandang notebook. Keberhasilannya dalam mengelola perusahaan berbanding terbalik dengan kisah cintanya.

Terdengar pintu di ketuk. Seorang gadis cantik memasuki ruangan. Dia memberikan beberapa berkas untuk di tanda tangani.

“Ini berkas-berkas laporan yang harus di tandatangani.”

“Simpan di sana, agenda saya hari ini sudah selesai atau masih ada?” tanya Reihan tanpa menoleh.

“Tidak ada pak, tapi besok bapak ada jadwal ke luar kota untuk meresmikan anak perusahaan kita di sana.”

“Baik… terimakasih.” Gadis itu segera ke luar.

Reihan kembali memandang notebook. Sebuah catatan tertulis disana. Sebuah kisah yang tak pernah berakhir. Kisah cinta yang tak berujung. Saat dia mencari keberadaan cintanya. Cinta itu menghilang dengan membawa seluruh hatinya. Dia terus berlari tanpa henti. Bertanya pada siapa saja yang ditemui. Sampai akhirnya dia sadar kalau cintanya benar-benar pergi dan melupakannya.

***

Vira berlari memasuki Ball room sebuah hotel. Jadwal Pesawatnya delay karena cuaca buruk. Dia harus menunggu selama 2 jam dan baru tiba di hotel saat rapat sudah berlangsung. Segera dimasukinya ruangan tersebut. Mewakili perusahaannya dia mengikuti rapat penting yang diadakan kantor pusat.

Setelah mengisi absen Vira duduk di belakang. Membuka notebook dan menyalakannya. Pemateri hampir selesai, beberapa pertanyaan diajukan peserta. Terlihat batre note book mulai habis. Dia berjongkok dan mencari soket dibawah.

Tiba-tiba dia terbangun suara pemateri itu amat dikenalnya. Segera dia berdiri, “Bruuk” kepalanya terbentur ujung meja, Vira meringis kesakitan. Vira segera duduk, menatap ke depan dan mencari suara yang tadi didengarnya.

Wajahnya berubah saat melihat seseorang yang begitu di kenalnya. Seseorang yang paling dirindukannya, namun tak pernah ingin ditemuinya.

Reihan menutup materinya. Segera keluar dan digantikan pemateri yang lain. Ingin rasanya Vira memanggil namanya tapi mulutnya terkunci. Matanya mengikuti Reihan yang menghilang di balik pintu.

Vira menepuk pipinya, dia yakin ini hanya khayalannya saja. Dia kembali berjongkok mencari soket untuk memasang charger notebooknya.

Seseorang menepuk pundaknya. Vira segera berbalik. Matanya terbuka lebar. Wajah itu tersenyum. Senyum yang sama yang selama ini dia rindukan.

***

“Kemana saja kamu Vir.. apakah kamu tidak merindukan aku?, aku mencarimu kemana-mana, seperti orang gila setiap orang kutanyai, aku terus memanggilmu, apakah kamu sedang mempermainkan aku atau kamu sengaja menguji hatiku?”

Reihan menatap Vira. Tampak kerinduan dan kesedihan di sana. Vira tertunduk, dia berusaha menutupi perasaannya. Reihan meraih minuman di depannya. Diteguknya minuman itu dalam sekali tegukan. Vira hanya memandangnya, matanya mulai panas. Setitik embun terjatuh. Vira tidak tahan melihat penderitaan Reihan.

Untuk terakhir kali dia mengikuti kata hatinya. Menerima undangan Reihan dan bertemu sebelum dia kembali. Sebuah tempat yang dekat bandara sengaja dipilih untuk bertemu. Vira hanya ingin menatap mata teduh Reihan.

“Maaf… aku tidak berdaya..!” Suara Vira terdengar pelan.

“Apa yang membuatmu tidak berdaya?” Suara Reihan gemetar.

“Sudahlah Rei… itu masa lalu, anggap saja itu sebuah kenangan, tidak perlu kau ingat, bahkan tak perlu di kenang lagi, apakah waktu lima tahun tidak cukup bagimu melupakan aku?”

Vira berdiri, mengambil tas dan melangkah pergi meninggalkan Reihan.

“Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu Vir… tak akan pernah.” Teriak Reihan.

Vira terus melangkah, hatinya begitu pedih. Ratusan kilo dia berlari menjauhi Reihan, tapi waktu kembali mempertemukannya. Saat itu Vira berusaha menemuinya, namun dilihatnya Reihan bersama Risma. Mungkin Risma bisa menggantikannya dan membuat Reihan kembali hidup.

Vira menyandarkan tubuhnya dikursi. Matanya menatap ke jendela pesawat. Terlihat lampu-lampu yang terang di kejauhan. Makin jauh dan terus menghilang.

Hari itu pertemuan terakhirnya dengan Reihan. Dia tidak ingin bertemu lagi. Pertemuan itu hanya membuka lukanya. Luka yang sama yang dia rasakan dulu. Luka yang selalu dia sembunyikan dan tidak berusaha disembuhkan.

Terdengar notifikasi wa. Sebuah pesan tertulis disana. Sebuah pesan yang amat dirindukannya. Selama lima tahun dia nantikan. Perlahan dibacanya. Tanpa terasa bulir bening menetes di pipinya.

“Vira… sejauh apapun aku melangkah, tak sedetikpun aku bisa melupakanmu. Secepat apapun aku berlari, aku tak bisa meninggalkan hatiku untuk yang lain. Jika ini yang kau mau, aku akan melakukannya. Seandainya sedikit saja kau beri aku kesempatan, aku ingin kembali menatapmu, mengenang senyummu dan tertawa bersamamu. Aku menghormati keputusanmu. Aku akan penuhi janjiku untuk selalu menjaga hatiku untukmu. Sampai tuhan mengambil napasku. Aku akan tetap mencintaimu. Aku akan selalu berdo’a, berbahagialah dimanapun kau berada” (Reihan).

Vira menutup handphonenya. Airmatanya semakin deras mengalir. Do’a yang sama dia panjatkan semoga Reihan selalu bahagia dimanapun dia berada. Selesai

Penulis,

Yuningsih

NPA:10111300311

#menulis PGRI ke-28

Tinggalkan Balasan

2 komentar