Reihan sudah bersiap pergi ke Kampus. Hari ini adalah hari yang menentukan keberhasilannya. Kemampuannya selama 5 tahun akan di uji dalam beberapa jam.
“Sudah siap untuk siding hari ini Rei?” tanya Mamah.
Reihan hanya mengacungkan tangannya. Dia benar-benar yakin kalau dia mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan untuknya di sidang itu.
“Mamah do’akan saja, mudah-mudahan semua pertanyaan bisa di jawab dengan benar.”
“Mamah selalu berdo’a untukmu, semoga lulus dengan nilai yang baik.”
“Aamiin, terimakasih Mah”.
“Setelah sidang selesai kamu ajak Vira ke sini yah, Mamah ingin kenal.”
“Kalo Vira mau nanti Reihan ajak.”
“Kamu bujuk saja dan bilang kalo Mamah ingin ketemu.”
“Iya mah.”
Reihan mencium Mamah. Setelah sarapan Reihan kembali ke kamarnya. Dia tidak ingin ada kekurangan saat sidang. Dilihatnya penampilan di cermin. Jas hitam dan dasi yang dikenakan tampak serasi dengan kemeja warna biru muda. Setelah merasa tidak ada yang kurang Reihan segera berangkat. Dia berharap semua bisa berjalan dengan baik.
Setiba di kampus Reihan memarkir mobilnya dan melangkah menuju ruang sidang. Terlihat beberapa mahasiswa di sana. Mereka berpenampilan sama dengan Reihan.
“Wah… gagah sekali kamu hari ini, sudah siap dong buat sidang?”
Risma tersenyum dan kagum dengan penampilan Reihan. Hari ini Risma ikut sidang bersama teman-teman lainya, Reihan, Reza, Egi, Riko dan Farhan.
“Iya dong… akhirnya aku juga bisa nyusul kamu. Yang lain mana?”
Reihan mencari teman-temannya.
“Mereka belum datang, sebentar lagi kayaknya. Vira mana..?” Risma mencari keberadaan Vira.
“Dia ada kuliah hari ini.” jawab Reihan
“Kita duduk di sana Rei.” Risma melangkah di ikuti Reihan dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
“Hai… Rei, Risma kalian sudah siap?” Rico, Reza dan Farhan datang bersamaan.
“Egi mana?” Reihan mencari keberadaan Egi.
“Ke toilet, sudah grogi duluan dia..” jawab Rico sambil tertawa.
“Eh… siapa yang grogi?” Egi muncul sambil membetulkan dasinya.
“Elu…” semua menjawab serempak.
Hari ini mereka sidang bersama-sama. Diantara mereka Risma yang paling awal menyelesaikan skripsinya. Dia berusaha membantu teman-temannya agar bisa sidang bersamanya. Risma mendapatkan giliran pertama. Dengan percaya diri Risma masuk ke ruang sidang. Reihan dan teman-temannya nampak tegang. Mereka sudah mempersiapkan semuanya, namun tetap saja perasaan grogi itu ada.
Risma keluar dari ruang sidang. Wajahnya nampak bahagia. Sepertinya dia sukses menjawab semua pertanyaan untuknya.
“Gimana Ris… kamu bisa jawab semuanya? apa saja yang ditanyakan? susah gak?” tanya Egi, wajahnya nampak tegang dan khawatir.
“Susah… aku hampir nangis di dalam.” Jawab Risma
“Yang bener Ris, jangan nakut-nakutin dong.” Wajah Egi mulai pucat.
“Tenang saja Gi… pertanyaannya sesuai dengan laporan yang kita buat, kalau kamu buat sendiri pasti bisa, kecuali kamu dibuatin sama orang lain.” Jawab Risma sambil tersenyum.
Tiba-tiba seorang laki-laki masuk dan menghampiri Risma.
“Sukses ya Ris… kamu pasti bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik.” Kata laki-laki itu sambil menyalami Risma
Reihan dan teman-temannya saling pandang. Mereka tidak pernah melihat laki-laki ini sebelumnya.
“Teman-teman kenalkan ini Fadil.” Risma memperkenalkan Fadil pada sahabat-sahabatnya.
“Dia siapa Ris?” Reihan menatap Risma.
“Saya pacarnya Risma.” Fadil langsung menjawab pertanyaan Reihan.
“Iya… dia teman kakakku di rumah sakit, kami bertemu di sana.” Risma menjawab sambil tersenyum.
“Wah … dokter juga dong?”
Risma hanya tersenyum. Reihan menyalami Fadil dan mengucapkan selamat.
“Ris… kamu kok gak bilang-bilang kalau sudah punya pacar?”
Reihan nampak kecewa.
“Kamu sendiri sibuk dengan Vira… gak pernah tanya aku punya pacar atau belum.” Jawab Risma sedikit cemberut.
“Oh.. ya aku sama Fadil keluar dulu yah, nanti balik lagi pengumumannya katanya nanti sore, selamat berjuang teman-teman.”
Risma dan Fadil pamit. Tinggal Reihan dan teman-temannya menunggu giliran.
***
Setelah kuliah selesai Vira bergegas merapihkan bukunya. Anita menatapnya heran.
“Mau kemana Vir… kok buru-buru?” tanya Anita.
“Nit… hari ini Reihan sidang, aku mau kesana melihat dia.” Jawab Vira
“Oh… mau nyemangatin rupanya, ya sudah aku pulang duluan yah?” Anita segera berdiri dan melangkah menuju pintu.
“Nit… boleh minta tolong gak?” Vira menatap Anita.
“Apa?”
“Anter aku ke ruang sidang.” Vira memohon
“Baiklah… aku anter sampai pintu saja yah.”
Anita dan Vira segera menuju ruang sidang. Sementara Reihan mulai gelisah. Semua teman-temannya sudah dipanggil. Egi keluar dengan wajah bahagia. Senyumnya nampak mengembang.
“Gimana Gi… lancar kan?” Reihan menatap Egi
“Apa sih yang Egi gak bisa..?” Egi membusungkan dada.
“Ayo Gi… sambil nunggu kita jalan dulu.” Kata Rico sambil berdiri.
“Eh… kalian mau ninggalin gue?” Reihan langsung berdiri menghalangi.
“Rei… elu udah ada yang nunggu, tar sore kita balik ke sini lihat pengumuman.” Jawab Farhan matanya melirik ke arah pintu.
Reihan segera berbalik. Vira tersenyum di sana.
“Sukses ya Rei… kita jalan dulu.”
Mereka meninggalkan ruangan. Tinggal Reihan sendiriaan. Vira melangkah dan duduk disamping Reihan.
“Rei… kamu belum di panggil?, boleh aku temani di sini?” tanya Vira.
“Tentu saja, kamu sudah selesai kuliahnya?”
“Sudah.”
Reihan nampak cemas. Namanya belum juga dipanggil. Vira mengenggam tangan Reihan dan berusaha menenangkan.
“Jangan cemas nanti juga dipanggil, tenang saja.”
Reihan menatap Vira. Vira mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang membuatnya tenang dan nyaman. Setelah menunggu beberapa saat nama Reihan di panggil. Reihan segera berdiri. Digenggamnya tangan Vira sambil memejamkan mata.
“Rei… namamu sudah di panggil, jangan biarkan mereka menunggu.”
Vira berbisik. Reihan membuka matanya, menatap Vira sebentar dan melangkah ke ruang sidang. Vira mengantarnya dengan senyuman.
“Semangat ya Rei..”
Hampir satu jam Reihan di ruangan. Vira berdo’a agar Reihan bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Reihan keluar dari ruang sidang. Wajahnya nampak murung.
“Bagaimana Rei.. apa tadi bisa dijawab pertanyaannya?” Vira penasaran
“Tidak..” jawab Reihan wajahnya nampak sedih.
Vira menatapnya cemas. Wajahnya nampak tegang. Reihan tertawa, rupanya dia sedang menggoda Vira.
“Rei… kamu bohong yah?”
Vira cemberut. Reihan mencubit pipinya gemas.
“Maaf… Alhamdulillah tadi aku bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik, tapi tidak tahu hasilnya seperti apa?” jawab Reihan sambil mengendurkan dasinya.
“Syukurlah.”
“Setelah pengumuman aku sudah janji untuk memperkenalkan kamu ke Mamah, kamu mau yah?” Reihan menatap Vira.
Vira hanya terdiam. Sebenarnya dia ragu untuk bertemu dengan keluara Reihan. dia takut kalau keluarganya tidak menerimanya.
“Please… Vir, Mamah ingin ketemu kamu, sebenarnya sudah lama, tapi aku nunggu waktu yang tepat, aku rasa saat inilah waktu yang tepat untuk kamu ketemu Mamah.”
“Aku mau, tapi ….kalau kamu sudah dinyatakan lulus sidang.” Jawab Vira sambil tersenyum.
“Kalau aku tidak lulus kamu gak mau gitu?” Reihan menatapnya.
Vira mengangguk sambil tersenyum.
“Baiklah… jika aku tidak lulus gimana?”
“Aku tidak akan pergi, tunggu sampai sidang berikutnya.” Jawab Vira.
“Sekarang kita tunggu sambil minum dikantin yuk, pengumuman sebentar lagi kan?” ajak Vira.
Reihan dan Vira segera menuju ke kantin.
Pengumuman yang ditunggu-tunggu segera tiba. Reihan dan teman-temannya sudah bersiap. Mereka segera menuju ke ruang sidang. Hasil yudisium segera di umumkan dan hasilnya mereka lulus. Risma nampak sangat bahagia dia lulus dengan nilai sangat baik.
Reihan segera meminta janji Vira. Vira segera menyanggupi.
“Rei.. besok saja aku ketemu mamah kamu yah?”
“Kenapa kamu mau ingkar janji?” Reihan menatap Vira.
“Tidak, aku tidak mau hari ini .. bagaimana kalau hari minggu besok?, sekarang kamu baru selesai aku ingin kamu istirahat dulu.” Jawab Vira.
Reihan setuju saat ini dia memang sangat lelah. Seharian menunggu membuat otak dan tenaganya terkuras. Vira berjanji untuk datang dan menemui mamahnya minggu depan. Bersambung
Penulis,
Yuningsih
NPA:10111300311
#menulis PGRI ke-25