RAGU TAPI RINDU

Terbaru20 Dilihat

Reihan berjalan menyusuri lorong kampus. Dia mulai menyesali keputusannya mengikuti tantangan. Dari awal dia sudah merasa kalau Vira berbeda dengan kebanyakan gadis yang dikenalnya. Tidak mudah mengajak dia untuk pergi berdua. Tapi egonya mengalahkan logika.

Baginya uang bukan masalah ketika harus mentraktir teman-temannya. Dia hanya ingin membuktikan kalau dirinya memang pantas mendapatkan kemenangan. Dari sekian gadis yang ada di kampus mengapa dia tidak berdaya oleh seorang Vira.

Sampai di rumah Reihan langsung ke kamarnya. Dia harus memeras otak untuk menaklukan tantangan ini. Dia ingin membuktikan dirinya pantas menang.

Tiba-tiba pintu diketuk. Reihan segera membuka pintu.

“Ada apa Bi…?”.

“Ini mamah..!”, mamah sudah berdiri di depan pintu.

“Bi Inah bilang sepulang kuliah kamu langsung masuk kamar dan tidak keluar, apa kamu sakit..?”, tanya mamah sambil membelai Reihan.

“Tidak Mah… Rei cuma capek, Mamah kapan pulang?”.

“Baru saja, kamu istirahat yah, Mamah juga mau istirahat dulu”, Mamah keluar dan menutup pintu.

Reihan memandang langit-langit kamarnya. Diambilnya gitar dan mulai memainkannya. Bayangan Vira hadir dimatanya. Gadis itu telah membuatnya gelisah. Tatapan dan senyumnya tidak pernah hilang di matanya.

“Bi… mulai kapan Reihan suka memainkan gitar dikamarnya?, tanya Mamah.

“Sejak ibu sama bapak pergi.”, Jawab Bi inah sambil membawa minuman yang di minta Mamah.

“Aneh… biasanya tidak pernah main gitar di rumah, ada apa kira-kira ya Bi…?, mamah mulai berpikir.

“Paling sedang jatuh cinta, biasa kan anak muda..”, Jawab Papah sambil meneguk minuman yang disediakan bi Inah.

“Masa sih … gadis seperti apa yang membuat Reihan jatuh cinta, biasanya juga dia cuek saja..”.

“Kemaren waktu ibu pergi mas Rei dianterin seorang gadis bu..!”, Jawab bi Inah .

“Bibi tahu siapa gadis itu..?” tanya mamah penasaran.

“Cuantik Bu… putih, tinggi dan mobilnya bagus”, sambil mengacungkan jempolnya.

“Kalo itu Ibu tahu… paling Risma, tapi mas Rei tidak tertarik sama dia, pasti ada gadis lain…”, mamah mulai berpikir.

“Yang bibi tahu hanya itu bu… mas Rei tidak pernah bawa gadis lain ke rumah”, Jawab bi Inah.

Selesai makan malam Rei kembali ke kamarnya. Baru saja dia mau menutup pintu Mamah menahannya dan langsung duduk di sisi tempat tidur. Reihan terlihat heran.

“Mamah mau tidur disini..?”, tanya Reihan.

“Mamah kangen pengen ngobrol sama kamu, ada salam dari paman sama bibi buat kamu…”, jawab Mamah.

“Gimana kabar mereka Mah..?”.

“Mereka baik-baik saja, kamu sendiri gimana, tumben tadi mamah dengar kamu main gitar, ada apa..?”, tanya mamah menatap Reihan.

“Tidak ada apa-apa… lagi pengen saja”, Rei berusaha menutupi kegundahannya.

“Cerita sama Mamah, ada apa..?”, sepertinya Reihan tidak bisa berbohong pada mamah.

Reihan pun menceritakan tentang Vira dan tantangan yang diberikan teman-temannya. Mamah hanya tersenyum.

“Jika gadis itu susah untuk diajak, kamu nyerah saja, kamu juga sudah biasa traktir temen-temen kamu”.

“Tapi mah… Reihan ingin memenangkan tantangan ini..”, Reihan sedikit kesal.

“Untuk apa kamu mengejar Vira yang gak mau kamu ajak… untuk sebuah sepatu atau untuk perhatian Vira..?”, Mamah memandang mata Reihan.

“Ya gak gitu juga… Rei hanya ingin membuktikan kalau Rei bisa memenangkan taruhan itu..” Jawab Rei gugup.

“Jangan bohong… Mamah tahu kamu, kamu gak akan ngotot untuk memenangkan tantangan itu kalau hatimu tidak menginginkannya, seperti apa sih Vira itu..?”.

Mamah selalu tahu dan tidak pernah meleset. Reihan pun akhirnya menceritakan sosok Vira yang membuatnya gelisah. Mamah membelai Reihan dengan lembut dan membisikkan sesuatu. Reihan tampak bahagia. Beruntungnya dia mempunyai Mamah yang begitu perhatian dan menyayanginya.

Besoknya Reihan siap untuk menjalankan aksinya. Dia yakin tantangan ini akan berhasil. Jurus jitu yang diberikan mamahnya akan dia praktekan hari ini.

Dengan gelisah Reihan menunggu Vira di depan kelas. beberapa mahasiswi sudah masuk tapi Vira belum juga terlihat.

“Kak Rei… sedang menunggu Vira yah?”, Anita sahabat Vira datang.

Reihan terdiam ditatapnya Anita dengan heran.

“Saya Anita… Vira menitipkan ini untuk kakak”, jawab anita sambil memberikan sebuah buku.

Reihan membacanya, itu buku yang kemarin dicarinya bersama Vira. Tapi bagaimana bisa ada pada Anita.

“ Memangnya Vira kemana..?”.

“Vira sama mamahnya ke Bogor, katanya ada keperluan”, Jawab Anita.

“Oh… terimakasih”, Reihan segera meninggalkan kelas itu dan berjalan lesu menuju kelasnya.

Hari ini dia tidak bisa menemui Vira. Sementara waktu terus berjalan. Entah berapa hari Vira di sana. Mungkinkah Vira bisa kembali lebih cepat. Reihan mengeluarkan Hp-nya dan mencoba menghubungi Vira. Tapi tak ada jawaban.

Dia mencoba menulis pesan namun masih ceklis satu. Mungkinkah Vira sengaja mematikan Hp-nya. Rasa cemas, gelisah dan Rindu mulai menghantuinya. Bersambung.

Penulis,

Yuningsih.

NPA:10111300311

#menulisPGRI14

Tinggalkan Balasan