Vira memeluk tubuh Luci sambil menangis. Air matanya tidak berhenti mengalir, sedih, kecewa dan penyesalan berkecamuk di hatinya. Rasa bersalah menghantuinya. Dia tidak bisa menahan Luci untuk tidak pergi ke tempat Harris kecelakaan. Akibatnya Luci harus mengalami hal buruk dan pergi dalam keadaan seperti ini. Vira mengutuk dirinya karena lalai menjaga Luci.
Tangis Vira mereda saat mobil tiba di pelataran Rumah sakit. Mereka membawa Luci ke ruang IGD untuk memastikan keadaannya. Vira berharap ada keajaiban di sana. Tapi takdir berkata lain. Luci sudah tiada sebelum sempat mendapatkan pertolongan. Pemulasaraan jenazah segera di lakukan dengan standar yang berlaku di rumah sakit tersebut.
Vira terduduk di ruang tunggu. Hatinya benar-benar kacau, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ingin rasanya dia menjerit sekencang-kencangnya. Tapi mulutnya tertutup rapat, hanya air mata yang terus mengalir di pipinya.
“Vira…. “ Tiba-tiba terdengar suara di belakangnya. Vira menoleh, Pak Indra berlari ke arah Vira. Vira berdiri dan memeluk pak Indra.
“Kak…. Luci sudah…” Vira terkulai lemas. Pak Indra segera meraih tubuh Vira yang hampir saja terjatuh. Pak Indra memanggil suster meminta bantuan agar menolong Vira yang pingsan. Suster segera membawa Vira ke ruang IGD.
Vira terbangun dari pingsannya. Membuka matanya perlahan. Terlihat kakaknya duduk dengan wajah khawatir.
“Vir… kamu tidak apa-apa?” Suara pak Indra pelan. Vira tidak menjawab, hanya air matanya yang Kembali mengalir.
“Vir… Luci sudah tenang di sana, kakak harap kamu bisa menerima kenyataan ini. Kamu harus kuat, kakak tahu kamu sangat menyayangi Luci, iklhaskan dia dan do’a kan agar dia tenang di sana.” Lanjut pak Indra. Vira memalingkan wajahnya, air matanya semakin deras mengalir.
“Kakak…maafkan Vira yang tidak bisa menjaga Luci.”
Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Vira setelah itu Vira Kembali menangis. Tubuhnya terguncang, menahan rasa sedih dan penyesalan yang dalam. Pak Indra memeluk tubuh Vira. Mengelus rambutnya dan berusaha menghibur Vira yang terus merasa bersalah. Setelah beberapa saat Vira bangkit, dia Kembali mengingat Luci.
“Kak….. Luci harus segera di makamkan kasihan dia…” Vira berusaha turun dari tempat tidur.
“Kamu jangan khawatir, pihak rumah sakit sedang mengurusnya, kamu harus kuat, kita pulang untuk mengurus jenazah Luci.” Vira mengangguk dan turun dari tempat tidur. Pak Indra memapahnya menuju ruang jenazah. Setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit, Pak Indra dan Vira membawa jenazah Luci untuk di makamkan.
Bu Ratna menangis tak henti saat ambulan tiba membawa jenazah putrinya. Begitu juga dengan Yuda dan Ismi adik-adik Luci. kebahagiaan yang seharusnya mereka alami kini berubah menjadi duka yang mendalam.
Proses pemakaman Luci selesai sekitar jam 4 sore. Pak Irsyad dan bu Dyah pun datang untuk mengucapkan bela sungkawa. Malamnya di adakan tahlilan untuk mendo’a kan Luci dan keluarga yang di tinggalkan. Pak Irsyad dan bu Dyah meminta maaf tidak bisa mengkuti tahlilan karena dia juga harus mencari keberadaan Harris dan Fandy juga sopir mobil pengantin yang belum di temukan.
Besoknya pak Indra mendapat panggilan dari kepolisian. Mereka mengabarkan mobil yang menabrak Luci bersedia untuk bertanggung jawab dan mengganti kerugian atas kematian Luci. Pak Indra mengucapkan terima kasih pada pihak kepolisian yang sudah menangkap pelakunya.
Pak Indra menerima berapapun ganti rugi yang di berikan. Jika saja dia boleh memilih, dia ingin Luci Kembali. Sebesar apapun ganti rugi yang di berikan tidak bisa menggantikan nyawa Luci. Tapi semua ini takdir, kecelakaan yang menimpa Luci hanya sebuah cara. Pada kenyataannya Luci harus Kembali kepada pemilik-Nya.
Keluarga Irsyad terus mencari bangkai mobil yang terjatuh ke jurang. Dari saksi yang melihat, katanya ada ledakan yang keras dan asap yang keluar dari dalam jurang. Di duga itu adalah suara ledakan dari mobil yang terbakar di dalam jurang.
Tim SAR di kerahkan untuk mencari ke dalam jurang. Dengan mengambil jalan memutar mereka menuju lokasi. Setelah hampir seharian mereka tiba di lokasi. Terlihat mobil pengantin di sana. Kondisi mobil benar-benar hancur. Terlihat badan mobil menghitam karena terbakar.
Dengan hati-hati tim SAR memeriksa mobil dan mencari 3 orang yang berada di dalam mobil tersebut. Besar kemungkinan 3 orang itu tidak selamat mengingat parahnya kerusaka . Setelah di periksa dengan teliti satu orang terlihat dipintu mobil. Diduga itu adalah sopir mobil pengantin yang tidak sempat menyelamatkan diri.
Setelah dikeluarkan dari mobil, terlihat kondisi tubuhnya yang memprihatinkan, sopir sudah meninggal dan langsung di bawa ke rumah sakit. Pencarian 2 penumpang lainnya di lanjutkan dengan menyisir lokasi jatuhnya mobil. Kemungkinan mereka terlempar saat mobil jatuh. Ini di ketahui dari kaca depan mobil yang pecah dan pintu belakang yang terlepas dari mobil.
Seharian penuh tim Sar menyisir lokasi, namun dua penumpang itu belum di temukan. Pencarian Kembali di lanjutkan dengan lokasi yang lebih luas. Keluarga korban dan penduduk setempat ikut membantu. Pak Irsyad dan beberapa tetangganya ikut dalam rombongan tim SAR.
Mereka tiba di sebuah desa yang lokasinya sekitar 3 kilo dari lokasi jatuhnya mobil. Pak Irsyad mulai putus asa. Tak ada petunjuk apapun mengenai Harris dan Fandy. Mereka hilang bak di tekan bumi. Hari sudah hampir malam, pak Irsyad dan rombongan bersiap untuk pulang.
“Pak Irsyad … kita lanjutkan besok, kita masih harus menyisir lokasi ini, jangan putus asa semoga ada petunjuk besok.” Kata pak Basuki ketua tim SAR, lalu menyalami pak Irsyad dan pamit meninggalkan lokasi.Pak Irsyad menyambut tangan pak Basuki dan mengucapkan terimakasih atas bantuannya.
Semuanya bergegas meninggalkan lokasi. Hari mulai gelap, awan hitam menggulung di langit. Pak Irsyad masih duduk lemas di atas akar sebuah pohon besar. Pikirannya semakin kacau. Harapan menemukan Harris dalam keadaan selamat semakin tipis.
“Pak… kita pulang, besok kesini lagi.” Seorang tetangga menepuk Pundak pak Irsyad. Pak Irsyad menarik napas Panjang. Dengan malas dia bangkit dari duduknya diikuti 5 orang kerabat dan tetangganya menuju mobil yang terparkir di tepi jalan raya.
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak. Lokasi itu tidak bisa di jangkau dengan kendaraan. Selain jalanan yang terjal, pohon dan semak belukar juga tumbuh subur di sana. Setelah hampir 15 menit mereka berjalan, tibalah di pinggir jalan raya. Terlihat mobil tim SAR meninggalkan lokasi. Pak Irsyad dan lainnya segera naik dan menyusul mobil tim SAR.
Hari ke-3 pencarian di mulai dengan menyisir lokasi yang sama. Tepat jam 8 pak Irsyad sampai di lokasi. Tidak menunggu tim SAR mereka segera bergerak menyusuri jalan sepanjang tebing. Rombongan dibagi menjadi 2, pak Irsyad ke kanan dan yang lainnya ke arah kiri.
Satu jam mereka mencari tapi belum menemukan petunjuk apapun. Saat tim SAR datang mereka segera bergabung dan memulai pencarian. Sampai akhirnya salah satu tetangga pak Irsyad menemukan sobekan kain di sebuah pohon pinggir tebing. Pak Irsyad yakin itu sobekan baju yang di pakai Fandy. Pencarian di fokuskan ke tempat itu. Dan akhirnya mereka menemukan tubuh Fandy yang tersangkut di semak tak jauh dari potongan kain itu.
Kondisi Fandy sangat mengenaskan. Beberapa tulangnya patah, mukanya lebam terkena benturan, dan yang menggembirakan Fandy masih bernapas walau sangat lemah. Fandy segera di bawa ke Rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Pak Irsyad semakin bersemangat untuk bisa menemukan Harris. Kondisi Fandy yang masih hidup memberikan keyakinan kalau Harris juga selamat. Tapi sampai tengah hari mereka belum juga menemukan petunjuk apapun. Tim SAR malah menemukan sungai kecil di balik tebing. Mereka mencoba menyusuri sungai itu. Kemungkinan Harris terbawa arus sungai.
Sampai sore hari mereka menyisir sungai tersebut, Makin ke hilir sungai itu makin besar. Pak Irsyad mulai was-was. Jika Harris terjatuh ke sungai apa mungkin Harris bisa selamat. Pak Irsyad menghentikan langkahnya, harapannya menemukan Harris dengan selamat mulai luntur.
Dari kejauhan terlihat rumah-rumah penduduk. Rupanya di sana ada perkampungan kecil. Pak Irsyad meminta ijin untuk pergi ke salah satu rumah. Dengan harapan Harris di tolong oleh penduduk setempat. Diantar oleh pak Basuki, pak Irsyad pergi ke salah satu rumah di sana. Jalan menuju kampung cukup sulit. Melewati beberapa turunan yang tajam dan melintasi perkebunan yang berjajar di pinggir jalan.
Dengan susah payah mereka sampai di sana. Pak Irsyad menuju salah satu rumah. Rumah panggung yang biliknya terbuat dari anyaman bambu. Pak Irsyad menaiki tangga kemudian mengetuk pintunya perlahan sambil mengucapkan salam. Tidak ada jawaban. Pak Irsyad mengulanginya lagi, juga tidak ada jawaban. Pak Irsyad memutuskan untuk pergi ke rumah yang lain.
Baru beberapa Langkah terlihat seseorang mendekat. Memakai caping dan membawa cangkul di pundaknya. Rupanya dialah pemilik rumah. Pak Irsyad segera mendekat.
“Punten Pak… Bapak nu gaduh bumi ie?” Tanya Pak Irsyad sambil mengangguk hormat
(Maaf pak… Apakah Bapak yang punya rumah ini?)
“Sumuhun, Aya pikersaeun naon Pak?” Pak Petani menjawab sedikit bingung, Matanya menatap kepada dua orang yang baru dilihatnya.
(Ya betul, Ada apa pak?)
“Saya Irsyad dan ini pak Basuki, kami berdua ke sini sedang mencari anak saya yang jatuh ke jurang 3 hari yang lalu. Barangkali penduduk di sini ada yang melihat atau menemukan anak saya pak?” Jelas pak Irsyad. Pak petani mengangguk tanda mengerti. Dia mempersilahkan tamunya untuk masuk.
Pak petani mempersilahkan tamu-tamunya untuk duduk. Duduk di teras rumah dengan alas selembar tikar. Pak petani sendiri memutar ke belakang rumah. Mengaitkan caping dan cangkul kemudian membersihkan kakinya yang kotor dan kembali ke teras lewat pintu dapur sambil membawa air di sebuah teko besar dan tiga buah gelas. Sambil mengisi gelas, pak petani mempersilahkan tamunya untuk minum.
“Maaf rumahnya berantakan, saya pak kosim, silahkan di minum dulu.” Pak kosim memperkenalkan dirinya dan mempersilahkan tamunya untuk minum. Pak Irsyad dan pak Basuki yang memang sedang kehausan langsung meminumnya. Rasa haus yang dirasakannya seketika sirna.
“Tadi siang sekitar jam 11 pak Lurah menerima laporan kalau mak Ita menemukan pemuda yang tergeletak di dekat jemuran rumahnya. Pak lurah langsung ke sana, kebetulan saya juga ikut karena kebun saya dekat dengan rumah mak Ita.” Cerita pak Kosim.
Pak Irsyad terlihat kaget, langsung menanyakan keadaan dan ciri-ciri pemuda yang di temukan mak Ita.
“Umurnya sekitar 25 tahun, wajahnya tampan, kulitnya putih dan sangat lemah.” Jawab pak Kosim.
“Sekarang pemuda itu dimana pak?” tanya pak Irsyad tidak sabar.
“Di bawa ke puskesmas.” Jawab pak Kosim
“Sekarang bisa bapak antar saya ke rumah pak Lurah?”
Pak Kosim mengangguk, lalu mereka berangkat ke rumah pak Lurah. Tapi sayang pak Lurah belum kembali dari Puskesmas. Pak Basuki segera menuju ke puskesmas. Tapi sayang pak Lurah dan pemuda yang di tolongnya tidak ada di puskesmas. Petugas bilang pak Lurah diantar pihak puskesmas menuju rumah sakit terdekat.
Pak Basuki segera menelpon rumah sakit dan menanyakan apakah ada pasien yang datang dengan kondisi seperti yang di ceritakan pak Kosim. Petugas mengatakan kalau ada pasien yang datang dengan kondisi yang disebutkan oleh pak Basuki. Setelah mengucapkan terimaka kasih kepada pak Kosim, Pak Irsyad dan pak Basuki bergegas menuju rumah sakit untuk memastikan apakah pemuda itu Harris atau bukan.
Pak Basuki dan pak Irsyad Kembali ke lokasi pencarian. Mereka segera memberitahu Tim kemungkinan Harris yang dicarinya sudah ada di Rumah sakit. Karena hari sudah sore pencaian di hentikan dan akan dilanjutkan besok. Sebelumnya pak Basuki dan pak Irsyad akan memastikan siapa pemuda yang ada di rumah sakit.
Semua Kembali ke mobilnya masing-masing. Pak Basuki ikut mobil pak Irsyad dan pergi ke rumah sakit. Sampai di sana mereka segera menemui bagian Informasi untuk menanyakan keberadaan pemuda yang di bawa oleh pak lurah. Petugas Rumah sakit segera mengantar pak Irsyad dan pak Basuki ke ruangan dimana pemuda itu di rawat. Sementara yang lainnya menunggu di ruang tunggu.
Dengan Langkah terburu-buru dan jantung yang bergemuruh pak Irsyad memasuki ruangan ICU. Petugas hanya memperbolehkan satu orang untuk melihat pasien. Pak Irsyad segera masuk ruangan diantar oleh satu orang perawat. Berjalan perlahan mendekati pasien dengan sungkup oksigen terpasang di mulutnya. Pak Irsyad menatap wajah pemuda itu. Air mata pak Irsyad mengalir tak terbendung. Rasa Bahagia dan juga sedih melihat Harris terbaring tak berdaya.
#kmab4
Apakah ini cerbung?
Ya… ambu, tapi belum punya judulnya, hanya sub judul saja yang ditulis.