Episode Rebusan dan Kukusan (1)

Cerpen, KMAB, YPTD120 Dilihat
Cover buku oleh Ajinatha

Aku yakin seluruh rakyat Indonesia pasti masih ingat bahwa pada bulan-bulan awal tahun ini, minyak goreng amatlah langka. Kelangkaan itu rupanya menginspirasi mas Rizal untuk menggubah lagu. Lagu berdurasi tiga puluh detikan itu dishare melalui WAG.

Berbekal keprihatinan itu aku meng-share lagu karya mas Rizal yang dishare di grup lain —kebetulan aku masih di grup itu—.

Tujuanku sih mau meramaikan grup Telur Ceplok lama tak ada tanda-tanda kehidupan. Grup paling sepi dari sekian ratus grup yang kuikuti.

“Kui opo mbak?” (Itu apa, mbak?), Tanya mbak Ummu.

Mas Rizal hanya berkomentar dengan mengirimkan emoticon terkejut. Hihiiihiii.

Yesss! Aku berhasil mengundang sahabat-sahabat yang lama tak saling sapa. Ehmmm.

“Embuh. Praktek pidatone Bu Mega kayane. Hahahaha,” (Nggak tahu. Mempraktekkan pidato Bu Mega kayaknya. Hahaha), selorohku. Asal banget kan?

“Belum tak buka mbak. Pidato to?” Tanya mbak Ummu.

Dudu. Jlentrehanne, mbak. Praktek masak rebusan dan kukusan. Hahahah.” (Bukan. Keterangannya, mbak.)

Ya sesuk tak bukae ngko nek dirungoke saiki anakku mundak do tangi hehehe.” (Ya besok aku buka. Kalau didengerin sekarang, anakku bisa terbangun.)

“Ampyuun…” komentar singkat mas Rizal.

***

“Oh rebusan dan kukusan. Beda kui. Rebus dijegurke banyu. Kukus ora dijegurke banyu. Nek neng Sleman ngunu kui. Mbuh nek neng Curup.” (Itu beda. Kalau merebus dimasukkan ke air. Kalau mengukus, tidak dimasukkan ke air. Di Sleman seperti itu. Nggak tahu kalau di Curup). Komentar mbak Ummu, menganalisis perbedaan antara kukusan dan rebusan. Ahaaa.

“Samiiiii binti padha.” Terang mas Rizal singkat.

Perbincangan berlanjut di hari berikutnya. Mbak Lina yang sudah terlelap baru ikut berbincang online pukul dua dini hari.

“Enakan dikukus, Bu. Pohung, kacang, jagung ki. Nek direbus kebanyakan banyu.” Ujar mbak Lina.

Iyo mbak ning nek kacang rebus enak bisa disruput-sruput airnya hehe biasanya tak kasih garam dikit mbak,” ungkap mbak Ummu. (Iya, mbak. Tapi kalau kacang rebus enak, bisa disruput-sruput airnya. Biasanya aku kasih garam dikit, mbak. Hehehe).

“Saya kalau makan kacang rebus, langsung gerok, Bu. Makanya gak berani makan lebih. Cukup dua genggam. Padahal enak.”

“Nggih mbak empuk tapi sok bikin gerok. Dua genggaman tangan kita dah banyak mbak, jadi sak piring kecil hehe. Saya nek kebanyakan kacang mundak asam urat pegel kakinya.” (Iya, mbak. Empuk tapi bikin serak. Kalau kebanyakan kacang bisa asam urat, pegel kakiku).

Biyen aku isa entek sakpiring nek ana kacang godhok, mbak. Saiki mandheg. Ngeman lambung.” (Dulu aku bisa habis sepiring kalau ada kacang rebus. Sekarang berhenti. Sayang sama lambung). Aku turut nimbrung di siang harinya.

***

Chat kembali membahas rekaman lagu dari mas Rizal.

“Ki baru tak buka. Jebul Iwan Fals punya lagu baru ya. Kukus rebus

Hehehe.” Itu tadi chat mbak Ummu yang baru sempat membuka lagu genjrengan mas Rizal.

“He em…Iwan Fals versi Curup.” Balasku. Ahaaahaa.

 

Branjang, 24 Juli 2022

Tinggalkan Balasan