Ending Novel Novelis (24)

Cover: Ajinatha

Kehadiran Pras pada Resepsi Rindu

 

“Hai, mbak Ajeng. Sendirian ya?” Suara lelaki yang tak asing di telinganya, menyapaku. Aku hanya mengangguk.

“Mbak Ajeng nggak usah mbayangin nikah lho. Belum waktunya,” ujar Pras, lelaki itu.

“Emang nggak mbayangin kok, mas.” Sanggahku.

“Oh…begitu. Padahal aku mbayangin lho, mbak. Kapan aku bisa seperti Rindu dan Antok.”

Aku tak mempedulikan ucapan Pras. Risih dan gugup juga rasanya.

“Tapi aku nggak bakal kuat membiayai resepsi kayak gitu. Hahahah.”

“Lho kan mas Pras sudah sukses. Masak ngasih biaya resepsi saja susah.” Ucapku tanpa melihat Pras.

“Heheh.. kesimpulannya mbak Ajeng pingin pernikahan seperti ini?”

Kuangkat bahuku. Aku lebih tertarik untuk mengabadikan resepsi adat Jawa itu.

“Kok diem sih, mbak.”

“Nggak, mas. Kalau aku pinginnya sederhana saja. Capek juga lihat prosesi seperti itu.”

“Wahhh… cocok, mbak. Aku pinginnya seperti itu juga. Kita sehati ya.”

Lama-lama aku semakin risih dan malu. Sebenarnya aku dan Pras membicarakan apa. Hufffttttt. Segera kutinggalkan Pras.

“Tunggu, mbak. Mbak Ajeng belum memberi kepastian lamaranku.”

Kuhentikan langkahku.

“Menurut mas Pras bagaimana?”

Di tengah perbincanganku dan Pras, dhalang manten memanggil satu persatu keluarga dan sahabat Rindu dan Antok untuk berfoto bersama manten.

Ternyata aku dan Pras juga dipanggil. Bersamaan beberapa pegawai perusahaan yang hadir.

Aku mengambil posisi bersebelahan dengan Rindu. Pras mengikutiku. Tiba-tiba tangan kiriku digenggam Pras. Malu dan hatiku tak karuan. Namun kurasakan hatiku menjadi hangat dan nyaman. Kubiarkan tangan Pras menggenggam tanganku.

Tinggalkan Balasan