“Assalamu’alaikum Pak Taufik, apakah bisa mengisi jadwal Jumat ini tanggal 11 Desember?”, sebuah pesan whats up dari Mbak Dewi muncul di layar hape saya. Pesan ini disampaikan tanggal 10 Desember sore karena pengisi acara seharusnya tiba-tiba saja mengabarkan kalau beliau sakit.
Akhirnya dengan semangat 45, walau sama sekali belum mempersiapkan materi, saya pun menyanggupi mengisi acara ‘Ngaji Onli Kajian Islam Psikologi ke 34” yang secara rutin di adakan alumni PSKTTI Universitas Indonesia.
Dan sore hingga malam itu pun saya sedikit lembur mempersiapkan materi. Apalagi judul sudah dipersiapkan yaitu “Memahami Kemanusiaan : Langlang Dua Windu ke Masjid dan Makam di 5 Benua”. Isinya sendiri mengenai pengalaman pribadi perjalanan ke ratusan masjid dan makam di lebih 50 negara di 5 Benua selama sekitar dua windu atau 16 tahun.
Kisah-kisah perjalanan ini juga sebenarnya sudah diabadikan dalam berbagai buku baik yang diterbitkan oleh Peniti Media, Mizan, maupun Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan.
Dalam acara “Ngaji Online” itu, saya secara lumayan rinci mendongeng tentang pengalaman dan kisah-kisah menarik yang saya tulis dalam 5 buah buku yang sudah diterbitkan di YPTD selama tahun 2020.
Kelima buku tersebut berjudul “Jejak Langkah Menuju Baitullah, Jilid 1-3” dan “Tamasya ke Masa Depan, Jilid 1-2”.
Secara singkat namun menyeluruh saya bercerita tentang perjalanan saya mengunjungi masjid-masjid di pelosok dunia dalam ke tiga buku Jejak Langkah. Dimulai dari jilid 1 yang terdiri dari sekitar 33 artikel berkunjung ke Masjid dari negara Amerika Serikat, Argentina, Armenia, Australia, Austria, Azerbaijan, hingga Brunei, Belarus, India, Inggris dan Irlandia.
Sementara jilid dua dilanjutkan dengan masjid-masjid dari Jepang hingga Qatar. Termasuk serunya nyasar mencari Masjid Tokyo dan diantar oleh orang Jepang serta harus mencari PIN untuk membuka pintu masjid di Riga, Latvia.
Tidak lupa saya juga berkisah tentang masjid-masjid di Rusia, Tiongkok, Turki dan Tatarstan di dalam buku jilid ketiga. Di dalamnya ada kisah tentang azan unik di Masjid Niujie di Beijing dimana 7 orang muazin secara bersama melantunkan azan dengan merdu.
Dongeng terus berlanjut mengisahkan tentang makam dan mausoleum yang ada di jilid pertama buku Tamasya ke Masa Depan. Di antaranya tentang nekropolis atau kota orang mati yang ada di Tembok Kremlin di Lapangan Merah di Moskwa.
Sementara buku jilid dua misalnya saja menceritakan tentang serunya melihat Jalan Raya Orang Mari di Meksiko, dan berkunjung ke monumen komunis di Laos serta makam dan mausoleum nan indah milik penyair Iran di Shiraz. Tidak lupa juga kisah sedikit seram mampir ke makam jendral-jendral muslim di Taipei.
Tidak terasa, waktu sudah hampir 90 menit saya berbicara dan berkisah. Dan ternyata dalam perjalanan ke Masjid dan Makam kita juga dapat belajar banyak tentang kemanusiaan, tentang persaudaraan, tentang kejujuran, tentang sejarah manusia yang kadang-kadang penuh dengan kejutan.
Bagi Anda yang mau melihat materi ngaji online tersebut, bisa menghubungi penulis.
16 Desember 2020