Menulis itu gampang, bila ada niat yang tulus dan tanpa paksaan dari siapapun. Karena menulis itu proses peracikan rasa, pikiran dan olahraga dalam setiap nadi aksara.
Sebagian dari kita pasti pengen jadi penulis. Namun, rasanya susah untuk memulai satu paragraf awal. Bukankah begitu sobat?
Ya, saya juga pernah berada diposisi itu. Jadi, saya tahu, bagaimana rasanya! Don’t worry! Karena di episode aksara ini, saya akan berbagi pengalaman menulis bagi sobat sekalian.
Let’s Check this out!
Menulis adalah panggilan jiwa
Sobat bila tujuan kamu menulis untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah, mendingan enggak perlu kamu bersusah payah untuk menjadi kuli tinta, deh! Pilihlah profesi yang income-nya pasti setiap bulan.
Menulis itu membutuhkan pengorbanan masa pacaran, quality time bersama keluarga, sahabat, kenalan dan kesenangan yang tertunda.
Sebagian besar waktu yang kita miliki setiap hari dihabiskan untuk mengulik tema, bingkai dan diksi-diksi kerinduan dalam kemasan pikiran dan rasa untuk menghasilkan cita rasa yang renyah dan nikmat bagi pembaca.
Tentunya tak mudah bagi penulis untuk “survival” di tengah situasi krisis identitas bangsa saat ini. Di mana kita menulis butuh kenyamanan materi, agar menunjang karya kita.
Menulis Apa Saja Setiap Hari
Sobat, apa yang ada di kepala kamu tak akan berguna bagi sesama, bila kamu hanya memendamnya untuk kamu seorang diri. So, mulai latihan menulis setiap hari. Dan bagikan ide kamu kepada orang lain melalui artikel receh atau sederhana.
penulis senior pun berawal dari pemula. Bedanya, mereka konsisten untuk latihan menulis setiap hari.
Nah, bagi kamu yang belum PD (percaya diri) untuk menulis di blog atau media online mana pun. Kamu bisa mulai menulis satu – dua paragraf di akun medsos kamu. Perlahan-lahan tapi pasti, kamu akan menemukan kepercayaan diri untuk menulis di media online.
Namun, bila teknik itu belum berhasil, kamu bisa memilih latihan menulis jurnal harian. Ya, nulis apa saja. Kamu bisa menulis seputar jatuh cinta, patah hati, galau, keadaan sekitar yang membuat kamu jengkel dan masih banyak lagi objek, sasaran yang bisa dijadikan bahan tulisan.
Sobat, saya pun setiap hari terus latihan menulis di buku Diary (jurnal harian). Karena bagi saya, menulis adalah panggilan jiwa. Menulis adalah bagian ungkapan perasaan sakit hati, jatuh cinta, kekaguman akan seseorang yang saya cintai, tapi saya tak bisa mengungkapkannya. Maka, saya memilih untuk menulis. Ya, lebih tepatnya, saya sebagai pengagum rahasia.
Kegiatan menulis jurnal harian, saya sudah lakukan selama 7 tahun. Manfaat dari latihan menulis jurnal harian adalah saya lebih percaya diri untuk menulis di blog, media online dan novel.
Awal saya menulis adalah ingin membuktikan kepada siapa pun, bahwa tanpa pendidikan yang tinggi, saya pun bisa menyamai atau pun melebihi kapasitas mereka dalam bidang apapun. Karena bagi saya ilmu pengetahuan ada di mana saja. Maka semangat mencari tahu (belajar sendiri/otodidak) harus menjadi semangat dalam belajar.
Meminjam bahasa para filsuf bahwa ilmu pengetahuan harus dicari di mana pun. Yang terpenting adalah semangat, tekat dan motivasi untuk menjadi pemenang di dalam bidang kehidupan apapun.
Sobat, waktu tak bisa ditarik kembali, maka jangan menyesali apa yang sudah berlalu. Mulailah untuk mengubah “mindset” atau pikiran untuk menjadi yang terbaik, di hari ini, esok dan lusa.
Salam literasi
terima aksih atas tulisannya yang menginspirasi ini, ternyata menulis itu gampang ya! hehehe