Baik saya, maupun Bapak/Ibu tentu menginginkan mempunyai buku solo, bukan? Nah, terkadang kita memiliki kemauan yang menggebu-gebu, namun saat kita sudah memulai, tiba-tiba terhenti di tengah jalan dan tidak bisa menyelesaikan karya kita. Hal seperti itu banyak terjadi, bahkan dengan saya sendiri.
Untuk menghindari hal tersebut, berikut ini adalah “teknik menulis fiksi” yang berhasil saya rangkum dari beberapa pelatihan yang saya ikuti.
1. Menentukan Tema
Menentukan tema dalam menulis fiksi, seperti novel, sangatlah penting. Pemilihan tema untuk buku fiksi dapat berasal dari permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Seperti: pernikahan, kematian, roman remaja, percintaan, perjuangan mewujudkan mimpi, dan lain sebagainya.
Tema menentukan arah atau sasaran pembaca yang kita inginkan. Selain itu, tema juga menentukan gaya bahasa yang kita gunakan dalam penulisan. Sehingga, jika tema sudah kita tentukan maka alur penulisan serta konflik dapat dirangkai sedemikian rupa.
2. Menentukan Karakter Tokoh
Seperti halnya dalam kehidupan nyata, dalam karya fiksi juga harus ada tokoh yang mendukung di dalamnya. Tokoh utama, tokoh pendukung dan bagaimana cerita dibangun menjadi hal yang sangat penting dan tidak terpisahkan.
Dalam karya fiksi, baik tokoh baik maupun tokoh jahat memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga membangun tokoh ini sangat penting, guna mendukung penulisan dan menghidupkan imajinasi. Bagaimana tekhniknya? Tekhniknya yaitu dengan mendeskripsikan kepribadian tokoh, latar belakang, ciri fisik (tinggi badan, warna rambut, hidung mancung), dan juga intelektual tokoh.
3. Membangun Plot
Untuk mempermudah membangun plot, dapat menggunakan teknik mind-mapping. Karena dengan metode mind-mapping, kita dapat dengan mudah menjabarkan keseluruhan isi cerita. Untuk menjabarkan plot cerita, kita juga dapat menggunakan rumus 5W 1H. Jika sedah mendapatkan gambaran kejadian, kita dapat menyusun cerita dengan alur maju, alur mundur (flash back), atau alur maju mundur.
Perlu diingat, dalam menyusun plot kita juga harus memikirkan atau menentukan konflik dan bagaimana penyelesaian konflik tersebut. Cerita yang tidak terduga akhirnya, akan lebih menarik daripada yang sudah terbaca atau tertebak akhirnya.
4. Membuat Outline / Daftar Isi
Outline atau daftar isi merupakan kerangka fikiran kita dalam menuangkan setiap ide dalam buku yang akan kita buat. Hal itu karena membantu kita dalam menjabarkan tiap bab dan sub bab dalam buku. Selain itu, melalui outline kita juga lebih terfokus dan tidak keluar dari bahasan atau tema.
Cara membuat daftar isi atau outline naskah fiksi yang benar adalah:
1. Tentukan Prolog
2. Tentukan konflik cerita
3. Tentukan klimaks dari konflik.
4. Tentukan solusi dari konflik yang ada
5. Tentukan epilog yang merupakan akhir dari sebuah cerita.
5. Memulai Menulis
Setelah semua terbuat dengan baik, mulai dari tema hingga outline, maka mulailah menulis. Tulislah sesuai dengan outline yang telah disusun. Penulisan cerita bisa menggunakan cara menuturkan gaya orang pertama, dimana penulis serba tahu dan terlibat dalam cerita sebagai salah satu karakter di dalamnya. Bisa juga menulis menggunakan teknik menuturkan gaya orang ketiga, dimana posisi penulis serba tahu, namun tidak terlibat dalam cerita.
6. Melakukan Revisi
Setelah naskah yang kita tulis siap, maka istirahat sejenak dan memilih waktu untuk merevisi tulisan kita. Melakukan revisi tidak hanya bisa dilakukan sekali saja, namun dapat dilakukan berkali-kali. Karena, dalam merivisi tidak hanya terfokus dalam penulisan yang benar sesuai dengan PUEBI dan KBBI saja, mungkin saja terjadi perubahan alur yang lebih menarik.
Demikian tehnik menulis fiksi yang yang saya dapatkan selama mengikuti berbagai pelatihan. Walaupun hingga saat ini belum memiliki karya solo, besar harapan saya dengan adanya tulisan ini mampu mengingatkan saya dan Bapak/Ibu yang akan menulis karya solo nantinya.
Tanjung Bungsu, 02 Februari 2021
Penulis : Tri Sutrisno, S.Pd
NPA : 31050500265