ARTIKEL LOMBA BLOG GURU
FOKUS PENGUATAN KARAKTER SPIRITUAL
DENGAN SHOLAT BERJAMAAH DI SMP 2 GEMUH
Siswa SMP 2 Gemuh berjumlah 672 orang. Siswa tersebut rata-rata berasal dari keluarga petani. Sebagian besar siswa SMP 2 Gemuh ibunya pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah, sementara ayahnya tinggal di rumah. Dapat dibayangkan bagaimana karakter anak yang ditinggal ibunya sejak kecil. Mereka kurang perhatian dan kasih sayang seorang ibu. Di sisi lain mereka sangat tercukupi kebutuhan materinya. Usia anak SMP yang memasuki masa remaja yang penuh gejolak jiwa semakin meledak manakal di rumah tidak ada kontrol dari orang tua terutama sang ibu.
Adalah Bapak Yuli Listyanto sang kepala sekolah yang menggagas adanya sholat dhuhur berjama’ah di kelas. Beliau berusaha mendidik karakter mental spiritual siswa SMP 2 Gemuh agar memiliki karakter agamis dan berbudi pekerti luhur. Mengapa kegiatan sholat berjama’ah dilakukan di kelas? Hal ini disebabkan musholla sekolah kecil, tidak cukup untuk sholat berjama’ah seluruh civitas akademika SMP 2 Gemuh.
Kegiatan sholat dhuhur berjama’ah dilakukan pada saat istirahat ke-2 atau memasuki waktu dhuhur. Kurikulum SMP 2 Gemuh yang dikomandani Bapak Drs Surono memberikan waktu yang cukup longgar untuk melaksanakan kegiatan sholat dhuhur berjama’ah. Ketika bel dua kali tanda istirahat ke-2 selesai, siswa segera diminta untuk mengambil air wudhu. Air wudhu tersedia di kran depan tiap-tiap kelas. Bapak Yantono selaku kesiswaan dibantu Bapak Imron sebagai Pembina Osis segera memandu siswa untuk mengambil air wudhu dan menggelar tikar di dalam kelas. Bapak dan ibu guru yang mengajar jam ke-7 segera masuk kelas dan memimpin jalannya sholat berjama’ah di dalam kelas. Setelah kegiatan sholat berjama’ah selesai pembelajaran jam ke-7 segera dimulai.
Dampak positif dari kegiatan ini mulai terlihat terutama di kelas 7. Karakter siswa mulai terlihat menunjukkan perubahan ke arah positif. Dampak positif dari kegiatan sholat dhuhur berjama’ah mulai nampak di beberapa kelas, terutama kelas 7. Siswa siswi yang melaksanakan kegiatan sholat dhuhur berjama’ah mulai berubah menjadi baik akhlaknya. Kekhawatiran orang tua terhadap ibadah sholat anaknya juga berkurang, karena anaknya pulang ke rumah sudah dalam keadaan sholat dhuhur di sekolah.
Karakter merupakan pendukung utama dalam pembangunan bangsa. “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter(character Building). Charater Building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Kalau character building tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”, kata Bung Karno. Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang baik sebagai warga negara. Menurut Kamus Psikologi, pendidikan karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan berkaitan dengan sifat-sifat yang tetap. Menurut Thomas Lickona, Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang , sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Berdasarkan UU no 20 tahun 2003 pasal 3 berbunyi, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikir baik. Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari berbagai media yang meliputi keluarga, lingkungan pemerintah, dunia usaha, serta media teknologi. Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong.
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan , dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)