Lomba Blog PGRI Hari ke-5

#Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-5, Jumat, 5 Februari 2021

 MODEL KEPEMIMPINAN

A. Pengertian

Pengertian model, menurut Mills dalam Barlian Ujang Cepi (2016) adalah bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model dalam proses pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Barlian Ujang Cepi (2016 : 263) menyatakan bahwa, Suatu pendidikan disebut berkualitas dari segi proses, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif, dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya (manusia, dana, sarana, dan prasarana) yang memadai.” Proses pelaksanaan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk pendidikan yang berkualitas pula. Dalam pendidikan model kepemimpinan kepala madrasah merupakan hal yang sangat penting.

Model kepemimpinan menunjuk pada perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin di hadapan orang orang yang dipimpinnya. Perilaku tersebut dapat berkaitan dengan perilaku komunikasi, pengambilan keputusan dan perilaku penggunakan kekuasaan dan kewenangannya atau perilaku dalam mempengaruhi orang lain. Dalam ilmu manajemen pada umumnya, model kepemimpinan dapat terlihat pada diri dan prilaku para pemimpin yang dipraktekan sehari-hari.  Contohnya dalam mengatur atau mengelola kantor, perusahaan atau organisasi. Adapun model dari kepemimpinan terdiri dari 4 indikator (Istianto, 2011) yakni Personality, Ability, Capability, dan Tolerance.

1). Kepribadian (Personality)

Personality adalah kepribadian pemimpin, salah satu subdimensinya yang terpenting adalah sifat keterbukaan dari seorang pemimpin.

2). Kemampuan (Ability)

Ability yakni kemampuan dari seorang pemimpin dalam memimpin.

3). Kesanggupan (Capability)

Capability maksudnya komitmen yang kuat dari seorang pemimpin dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

4). Toleransi (Tolerance)

Tolerance maksudnya sikap toleransi seorang pimpinan terhadap masyarakat maupun sumber daya manusia yang menjadi bawahannya.

 

B. Model Kepemimpinan Umum

Dikenal ada 3 model kepemimpinan. Ketiga model ini mempunyai warna tersendiri, yakni timbulnya karena anugerah Allah SWT, timbulnya sangat erat hubungannya dengan sifat atau karakter dari seseorang itu sendiri, dan timbul karena hasil dari proses pembelajaran.

Ketiga model kepemimpinan secara umum ini adalah 1) kepemimpinan karismatik, 2) transaksional, dan 3) transformasional. Model kepemimpinan karismatik adalah kepemimpinan yang berasal dari anugerah Allah SWT, yang mana pemimpin tersebut mempunyai kemampuan luar biasa, magnit yang kuat dan adanya ketertarikan emosional yang kuat dari yang dipimpin kepada pemimpinnya.

Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan dengan menggunakan pengendalian bawahan dengan cara menggunakan kekuasaan untuk mencapai hasil. Ini dilakukan dengan mengelola bawahan dengan memberi reward dan punishment atau menerapkan transaksi yang saling menguntungkan dengan bawahan. Kepemimpinan transformasional adalah model kepemimpinan yang efektif dan telah diterapkan di berbagai organisasi internasional. Organisasi yang mengelola hubungan antara pemimpin dan pengikutnya dengan menekankan pada beberapa factor. Faktor itu antara lain perhatian (attention), komunikasi (communication), kepercayaan (trust), rasa hormat (respect) dan resiko (risk).

Model kepemimpinan yang terkenal dengan kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi. Karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) yang berkaitan dengan situasi yang dihadapinya (the favourableness of the situation). Model ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.

Konsep kepemimpinan situasional ini berhubungan erat antara pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya. Perilaku dan sikap bawahan terhadap pemimpinnya ini penting untuk diketahui dalam kepemimpinan situasional ini. Bukan saja bawahan sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok, bawahan dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Danudiredja (2018: 2) para pemimpin besar memiliki kemampuan memegang prinsip-prinsip moral yang memandu tindakan mereka sehari-hari secara konsisten, karena seorang pemimpin memiliki pengaruh dan kekuasaan atau kewenangan untuk mengkomunikasikan pentingnya prinsip-prinsip moral sebagai sandaran dalam organisasinya. Kemampuan memegang prinsip moral ini akan menjadikan seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan menggunakan kecerdasan moralnya. Hal ini agar orang-orang yang dipimpinnya bertindak konsisten dengan prinsip-prinsip integritas, tanggung jawab, kasih sayang, dan pemaaf.

Dalam moralitas kepemimpinan seseorang harus memiliki tiga jenis kualitas kompetensi. Kualitas ini terdapat pada (1) Kecerdasan moral, (2) Kompetensi moral, (3) Kompetensi emosional. Kecerdasan moral merupakan kapasitas atau kecakapan mental untuk menentukan prinsip-prinsip kesusilaan (moral) yang harus diaplikasikan terhadap nilai, tujuan, dan tindakan. Kompetensi moral menunjukkan pada keterampilan untuk melakukan tindakan sejalan dengan nilai-nilai dan keyakinan sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Kompetensi emosional yakni keterampilan mengelola emosi diri dan orang lain dalam situasi bermuatan moral.

C. Model Kepemimpinan Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan terutama di lembaga pendidikan madrasah, model kepemimpinan yang nampak dan ditunjukkan oleh seorang pemimpin. Pemimpin ini yakni kepala juga menunjukan kepemimpinan pembelajaran. Model kepemimpinan pembelajaran ini memiliki peran strategis. Peran itu yakni dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan. Kepala madrasah sebagai pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri kepada para guru, staf dan peserta didik dalam melaksanakan tugasnya. Pemimpin juga harus memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para peserta didik, serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.

Kepala sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya dapat mendorong terjadinya peningkatan mutu pengelolaan internal madrasah. Hal ini agar memungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran yang merangsang para peserta didik untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Untuk mendukung berkembangnya kondisi madrasah seperti yang diharapkan sekurang- kurangnya kepala madrasah mampu menetukan arah perubahan. Dia juga mampu menyeleraskan hubungan kerja orang-orang di lingkungan madrasah, dan meningkatkan motivasi berprestasi. Pemimpin madrasah yang berperan menyelaraskan hubungan kerja, harus dapat mengembangkan komunikasi, menciptakan kerja sama, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dan menangani konflik. Pemimpin juga dapat memberikan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik dapat memotivasi untuk mencapai dan meningkatkan target. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat mendorong berkompetisi dalam persaingan dan menciptakan keunggulan.

Jadi model kepemimpinan seorang kepala madrasah nampak pada diri dan prilakunya yang dipraktekan sehari-hari dalam mengelola madrasahnya. Adapun indikator dari model kepemimpinan kepala madrasah ini dalam menerapkan kepemimpinannya dapat dilakukan melalui perannya. Peran kepala sebagai model keteladanan, pemecah masalah (problem solver), pembelajar, motivator, dan pencipta iklim yang kondusif (climate maker).

Berperan sebagai model keteladanan, kepala madrasah bertindak menjadi teladan dalam mengarahkan guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Keteladanan ini terlihat misalnya selalu tepat waktu, melaksanakan kegiatan sesuai jadwal, dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Kepala mendorong guru untuk melaksanakan tugas dan fungsi secara baik. Kepala juga memotivasi guru meningkatkan kompetensi, memecahkan masalah tugas yang dihadapinya dan melakukan komunikasi secara santun, terbuka, dan menghargai semua warga madrasah.

Tinggalkan Balasan