Donyaning Bocah_Kekaguman Anak Kambing

 (Donyaning Bocah)

Kekaguman Anak Kambing

Penulis : Arfianto Wisnugroho

            Wed melompat setinggi mungkin guna menghindari serangan tersebut. Namun karena serangan itu sangatlah cepat, Wed tidak sepenuhnya terhindar. Sehingga kaki kanan Wed harus merasakan kerasnya serangan yang membuat Wed berguling di angkasa. Wed terjatuh dengan keras. Dari kejauhan, Bes berteriak kencang.

            “Wed….!”

            Wed terbangun dari tidurnya, tak disangka ia begitu terlelap dalam perjalanan. Paman kerbau menoleh ke arah Wed, namun matanya melirik rumah besar di depan mereka.

            “Ini adalah tempat yang hendak kamu tuju Wed, masuklah!” perintah paman kerbau dengan nada sopan.

            Wed hendak menanyakan nama paman kerbau yang menolongnya. Tetapi rasa penasaran dan kagum akan tempat itu membuatnya tertegun terlalu lama hingga paman kerbau meninggalkan Wed sendiri. Saat Wed sadar, ia berada di depan pintu yang sangat besar. Seluruh rumah itu dikelilingi tembok yang terbuat dari pohon-pohon hidup. Jika diukur tinggi tembok bisa mencapai 12 kali tinggi Wed sekarang.

            “Pantas saja dari kejauhan hanya terlihat atap saja,” gumam Wed.

            Wed bermaksud mencari sesuatu yang bisa diketuk dari pintu tersebut. Namun semua diurungkan Wed karena pintu tersebut sudah terbuka dengan sendirinya. Kekaguman Wed menjadi lebih besar setelah melihat apa yang ada di dalam benteng itu. Sungguh ramai, bahkan lebih ramai dari kampung Kemb, tempat tinggal Wed.

            Terlihat tepat di tengah ada bangunan paling tinggi. Terdapat dua penjaga di atas bangunan tersebut. Sebuah jalan lurus yang sangat lebar menuju ke arah bangunan tertinggi itu. Wed tidak sadar untuk bertemu dengan Pak Kuh. Supaya bisa bertanya banyak hal kepadanya. Akhirnya Wed bertanya pada tukang kayu yang ditemuinya. Tukang kayu tersebut adalah seekor rusa yang sudah tua, dilihat dari penampilannya ia seperti tukang kayu yang berpengalaman. Wed diarahkan untuk menuju sebuah rumah di belakang bangunan paling tinggi yang terlihat. Rumah itu terbuat dari kayu jati yang umurnya ratusan tahun. Sehingga kayu itu sangatlah keras. Namun tukang kayu tersebut mengatakan pada Wed kalau kita tidak bisa begitu saja bertemu Pak Kuh. Kita harus melewati tiga hal.

            Wed tidak peduli tentang tiga hal yang dikatakan tukang kayu. Ia hanya ingin bertemu Pak Kuh. Wed menuju tempat kediaman Pak Kuh dengan penuh semangat. Sambil menapakkan kaki kanan bagian depan ke tanah, Wed berkata, “Woke, ayo lakukan!”

Pesan moral :

Selalu ada sesuatu yang tidak kita ketahui sebelumnya. Belajarlah tentang banyak hal karena pengetahuan adalah makanan utama semua makhluk.

Tinggalkan Balasan