Dunia Ibarat Perjalanan

Edukasi61 Dilihat

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah bersabda, “ Aku dan dunia ibarat orang dalam menaiki kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat, setelah itu meninggalkannya.”

Telah banyak ayat Al-Quran melukiskan betapa umat manusia hidup didunia hanya sebentar. Betapa hidup itu hanya tipuan belaka. Betapa hidup itu hanya kesenangan sementara. Dan betapa hidup hanya sebuah fatamorgana.

Dalam tradisi budaya Jawa sangat terkenal filsafat, yang menggambarkan kehidupan umat manusia di dunia ibarat orang yang melakukan perjalanan atau pegembara, lalu mampir untuk minum. Tidak ada sesuatu yang istimewa dari kegiatan orang minum setelah kehausan. Meski waktu yang dibutuhkan orang yang minum itu hanya sebentar, namun ada sedetik dari waktu yang tercatat yaitu kepuasan. Nah, kepuasan setelah beristirahat dibawah pohon itu adalah kebahagiaan hidup ini.

Melihat fenomena saat ini, banyak manusia yang terlena dengan kehidupan dunia. Mereka lupa bahwa dunia hanya singgahan sementara ibarat orang yang menaiki kendaraan lalu pergi. Jika manusia telah sadar hal itu, tak akan ada lagi manusia yang tamak berlomba-lomba harta untuk kepentingan pribadinya, pemimpin yang menyalahgunakan jabatannya untuk melakukan korupsi dan manipulasi, tak akan ada lagi orang yang  berbuat dzalim terhadap orang lain. Sebagaimana yang sering kita lihat di berita TV dan Surat Kabar.

Mereka lupa bahwa kehidupan dunia hanya sesaat ibarat orang asing yang hanya mampir sejenak dan akan pergi, dan mereka lupa bahwa semua perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan seadil-adilnya dengan neraca keadilan Sang Ilahi di yaumil akhir nanti.

Seorang ulama salaf pernah berkata, “Kita adalah kumpulan dari hari-hari, setiap berlalu satu hari maka bergugurlah hari itu dari kita. Berlalunya hari kemarin berarti berkuranglah jatah waktu tarikan nafas kita di dunia. Akhirat makin cepat mendekati sementara dunia makin jauh meninggalkan kita, namun kita masih saja terlena dengan kehidupan dunia yang fana ini.

Dalam surat Al-Ashr ayat 1-3,  Allah SWT mengingatkan, “Demi waktu sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan kesabaran.” Ayat diatas menjelaskan hanya empat golongan inilah yang akan memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

Selagi ada kesempatan marilah kita isi lembaran hari yang masih tersisa dengan amalan yang sholeh dan bermanfaat agar kita tidak tergolong orang yang merugi. Sahabat Nabi saw yang dijuluki gerbang ilmu, Ali bin Abi Thalib r.a pernah mengatakan waktu itu laksana pedang, jika tidak kamu potong  (dengan amalan yang baik), maka ia akan menebas kita.

Marilah kita renungkan dan sadari bahwa kehidupan dunia hanyalah bersifat sementara sebagai ladang beramal shaleh, siapa yang menanam kebaikan maka ia akan menuai hasilnya kelak diakhirat dan begitu pula sebaliknya. Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang hakiki tempat kembali bagi orang-orang yang bertaqwa. Wallahu’alam bisawab

Tinggalkan Balasan