“Open Mind dan Open Heart”
(Richardus Eko Indrajit)
Kalimat di atas sangat sederhana. Manakala ungkapan ini telah dimaknai secara positif dan mendalam, maka sebenarnya pesan yang terkandung di dalamnya tidak terhingga. Seperti sebuah perangkat teknologi yang tidak ada matinya. Inovasi tiada henti tiap saat untuk menjawab tantangan globalisasi. Kreatifitas tanpa ujung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Temuan-temuan yang mempermudah aktifitas manusia pun selalu hadir.
Demikian halnya akan sepenggal ucapan Prof. Richardus Eko Indrajit tersebut. Beliau ungkapkan dalam rangka bagian upaya mempertahankan disertasinya di bidang teknologi pendidikan. Kamis, 11 Februari 2021 adalah salah satu hari bersejarah bagi beliau. Direktur PGRI Smart Learning Character Center ini sukses meraih gelar doktor ketiga. Sebuah pencapaian yang relevan dengan ungkapan beliau, “Open Mind dan Open Heart.”
Bahan Ajar
Saya relevansikan dengan konteks Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) saat ini. PJJ seolah membaca di malam gelap gulita para peserta didik jika kehilangan menu utamanya. PJJ bukan hanya berbicara tentang layanan pendidikan secara jarak jauh dalam bingkai belajar online dan offline. Bukan semata belajar sinkronous dan asinkronous. Bukan pula belajar tatap maya dengan perangkat teknologi canggih. Tak sekedar pula belajar lewat guru kunjung ke rumah-rumah peserta didik. Semua ini terasa gelap bagi cakrawala pembangunan mindset peserta didik jika pembelajaran mereka tidak mendapatkan tunjangan dari menu utama pengisian otak, yakni tersedianya bahan ajar (teaching materials). Ketersediaan bahan ajar ini secara otomatis ditunjang oleh adanya persiapan dari guru sebelum melaksanakan tugas mulianya, mengajar.
Apa yang sebaiknya guru lakukan agar bahan ajar ini tersedia secara optimal untuk peserta didik selama PJJ? Salah satunya adalah lewat “Open Mind dan Open Heart.” Sederhana saja, buka pikiran dan buka hati.
PJJ sudah pasti berbeda 180 derajat dengan belajar tatap muka di ruang kelas. PJJ idealnya memanfaatkan secara maksimal prinsip-prinsip pendidikan yang terkandung dalam teknologi pendidikan. Sampai di sini, maka rancangan dan penyiapan bahan ajar pun sudah berbeda dengan belajar tatap muka.
Bahan ajar PJJ mencakup sumber daya online, video, modul dan materi interaktif lainnya yang memperkuat konten pelajaran. Ruang kelas jarak jauh sering kali mengandalkan alat dan platform teknologi untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Bahan ajar adalah gambaran dari beragam sumber daya yang digunakan guru untuk menyampaikan instruksi pembelajarannya. Bahan ajar dapat mendukung pembelajaran peserta didik dan meningkatkan keberhasilan mereka. Idealnya, bahan ajar akan disesuaikan dengan materi, disesuaikan dengan kondisi peserta didik, dan termasuk disesuaikan dengan dukungan sumber daya yang ada pada guru. Bahan ajar datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, tetapi semuanya memiliki kesamaan kemampuan untuk mendukung pembelajaran peserta didik.
Bahan ajar dapat mengacu pada sejumlah sumber daya. Sederhananya mengacu pada contoh konkret, seperti lembar kerja, latihan soal, presentasi atau media pembelajaran (mis. game dan ilustrasi) yang dapat digunakan peserta didik untuk membantu mereka memperoleh dan mempraktikkan hasil belajar dengan pengetahuan baru.
Bahan ajar berbeda dengan sumber belajar. Sumber belajar adalah tempat untuk menemukan bahan ajar. Sumber belajar bisa saja tidak berwujud, teoritis (mis. esai, sharing pengalaman dari guru lainnya, atau informasi yang diperoleh guru).
Bahan Ajar Mendukung Proses Pembelajaran
Bahan ajar, dalam istilah lainnya dikenal sebagai materi pembelajaran adalah elemen penting PJJ. Mengapa? PJJ juga mempertimbangkan capaian prestasi peserta didik. PJJ harus didukung dengan bahan ajar, karena adanya bahan ajar akan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik secara signifikan yakni dengan mendukung proses pembelajaran jarak jauh.
Guru harus menyiapkan bahan ajar yang bisa dipelajari peserta didik secara mandiri selama PJJ. Prof. Dr. Atwi Suparman, M.Sc., selaku co-promotor prof. Richardus Eko Indrajit pada pada Ujian Terbuka Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), 11 Februari 2021, mengatakan demikian,
“PJJ tanpa bahan ajar sama saja ngawur.”
Pernyataan Prof. Atsi ini tepat sekali. Katakanlah dalam pelaksanaan PJJ, peserta didik hanya menerima kiriman latihan-latihan soal atau perintah mengerjakan tugas. Guru tidak sekalipun memberikan deskripsi, penjelasan materi, contoh soal atau cara mengerjakan soal-soal. Ini tentunya sama saja dengan meminta peserta didik membaca dalam kegelapan.
Dengan kata lain, PJJ bukanlah era mengerjakan tugas semata, implementasi atas bahan ajar dari guru harus diutamakan. Bahan ajar adalah panduan guru dan peserta didik untuk mengembangkan dan bahkan mendapatkan ilmu pengetahuan baru. Misalnya, lembar kerja yang terstruktur dapat memberi peserta didik kesempatan penting untuk mempraktikkan keterampilan baru yang diperoleh di kelas online. Proses ini membantu dalam proses pembelajaran dengan memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi pengetahuan secara mandiri serta memberikan durasi pengulangan atas materi. Bahan ajar, apapun jenisnya, semuanya memiliki fungsi dalam pembelajaran siswa selama PJJ.
Bahan Ajar Mendukung Struktur Pelajaran
Bahan ajar dapat menopang dan menambah struktur penting pada perencanaan pelajaran, termasuk penyampaian instruksi pembelajaran. Ini terutama di pendidikan dasar. Bisa dibayangkan alangkah repotnya orang tua murid-murid SD saat ini mengajar anak-anak mereka di rumah. Belum lagi jika mereka hanya menerima kiriman tugas dari guru kelas.
Bahan ajar berperan sebagai pedoman bagi guru dan peserta didik. Bahan ajar dapat memberikan rutinitas yang berharga dalam proses belajar anak di rumah. Misalnya, jika Anda adalah seorang guru olahraga dan Anda mengajarkan gerakan baru setiap hari Jumat secara online, lalu Anda mengetahui bahwa Anda memiliki permainan kosakata yang bisa dipadukan dengan gerak badan, maka permainan kosakata tersebut akan membekali anak didik Anda dengan latihan mengenai kata-kata baru dipadukan dengan latihan gerakan tubuh. Situasi ini akan memberikan suasan bermain bagi anak di rumah, menghilangkan tekanan belajar dan memberikan latihan penting (belajar sambil bermain).
Bahan Ajar Mendukung Kreatifitas Pengajaran
Selain mendukung pembelajaran secara umum, bahan ajar dapat membantu guru dalam tugasnya secara profesional. Ketersediaan bahan ajar mendorong lahirnya beragam kreatifitas untuk menyampaikan instruksi pembelajaran (diferensiasi instruksi). Diferensiasi instruksi adalah menyesuaikan pelajaran dan instruksi dengan gaya dan kapasitas belajar yang berbeda di dalam kelas jarak jauh dan ini berlaku pula untuk kelas reguler secara umum.
Bahan ajar seperti LKS, latihan-latihan soal, proyek berbasis kelompok, permainan, atau bahkan tugas pekerjaan rumah, semuanya memungkinkan guru untuk memodifikasi tugas untuk mengaktifkan gaya belajar setiap peserta didik dengan cara terbaik yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak didik.
Memperoleh Bahan Ajar
Mendapatkan bahan ajar yang berharga tidak sesulit pada masa tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an. Dunia pendidikan saat ini telah diselimuti dengan perangkat teknologi informasi dan digitalisasi. Internet memiliki banyak sumber daya untuk guru, sebagian besar gratis, yang dapat meningkatkan konten pengajaran secara signifikan. Guru juga bisa membuat bahan sendiri (kreasi dan inovasi). Setiap bahan ajar yang guru kembangkan akan menjadi aset baginya saat ia mengajar pada konten serupa di masa akan datang. Investasi waktu atau uang untuk penyiapan bahan ajar yang baik adalah investasi dalam pengajaran yang baik.
Setiap tantangan yang hadir di masa PJJ ini membutuhkan keterbukaan pikiran dari para guru. Open mind untuk merancang bahan ajar yang tepat, yang sesuai dengan kondisi peserta didik mereka. Open heart untuk memanfaatkan teknologi pendidikan yang ada di sekitar guru untuk mendukung penyampaian ilmu kehidupan bagi peserta didik.
Yulius Roma Patandean
SMAN 5 Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan
NPA. 20020400134