Donyaning Bocah_Tiga Hal yang Harus Dilakukan (Bagian 3, selesai)

 (Donyaning Bocah)

Tiga Hal yang Harus Dilakukan (Bagian 3, selesai)

Penulis : Arfianto Wisnugroho

            Benteng yang tinggi nan tebal itu akhirnya runtuh. Wed mulai bisa melihat ke arah rumah Pak Kuh. Yang dari tempat Wed rumah tersebut masih terlihat samar-samar karena debu yang masih beterbangan. Namun setelah Wed perhatikan lagi ternyata rumah Pak Kuh masih juga jauh. Sungguh hal yang aneh, seharusnya jarak kerumah itu semakin dekat. Sambil berpikir dan menatap rumah Pak Kuh Wed melanjutkan perjalanan. Tidak peduli apa yang terjadi, tekad Wed tetap sama. Ia ingin sampai ke tempat Pak Kuh.

            Matahari bersinar begitu terik. Semakin lama panasnya terasa membakar seluruh tubuh Wed. Dalam pandangan Wed, rumah Pak Kuh tersebut tidak terlihat menjauh ataupun mendekat.

            “Kenapa masih tetap begini ya!” gumam Wed.

            Wed diam untuk sejenak sambil menekan kaki kanannya ke tanah. Mulai menundukkan kepala lalu ia berlari kencang sekuat tenaga. Dengan cara itu Wed berpikir akan cepat sampai. Ia terus berlari hingga tenaganya benar-benar melemah. Namun keadaan masih tetap sama, jarak rumah Pak Kuh tidak berubah sama sekali. Hal tersebut membuat Wed menjadi penasaran dengan apa yang terjadi.

            Untuk menghilangkan rasa penasaran Wed berlari kearah berlawanan. Sesekali Wed menoleh kebelakang. Namun rumah Pak Kuh tetap saja sama. Jarak tidak berubah sama sekali, masih jauh dari jangkauan.

            Akhirnya Wed memutuskan berhenti untuk sesaat. Dilihatnya keadaan sekitar, diperhatikannya setiap detail dari apa saja yang ada. Wed menghela napas, menatap ke langit lalu berkata,”Mungkin ini yang seharusnya dilakukan.”

            Wed tidak sadar kalau ada sesuatu yang tidak biasanya. Sesuatu yang seharusnya Wed lakukan daripada fokus untuk sampai ke rumah Pak Kuh.

            Wed melihat tempat sampah, namun sampah-sampah berserakan disekitarnya. Ada lubang saluran air, namun tertutup sampah atau dedaunan yang membuat air menggenang. Dan masih banyak hal yang seharusnya tidak seperti itu. Wed sadar kalau keadaan disekitarnya sangat bertolak belakang dari saat pertama kali masuk ke wilayah itu.

            “Hmmm, itu sangat berbeda dari apa yang sebelumnya kulihat.”

            Akhirnya Wed mulai bertindak, ia bersihkan sampah-sampah yang berserakan. Membuat jalan air disekitarnya terbuka. Membantu semut-semut yang rumahnya hampir terkena pohon yang tumbang. Meski setiap Wed selesai menyelesaikan suatu kegiatan, muncul hal baru yang harus ia lakukan. Wed tetap melakukannya dengan tulus. Tanpa sadar saat Wed selesai membuka jalan untuk lintasan keong disuatu parit tiba-tiba kejaiban terjadi. Wed sudah berada tepat di depan rumah Pak Kuh. Wed dapat melihat dengan jelas bangunan kokok yang terbuat dari kayu berusia ratusan tahun.

Pesan moral :

Tetaplah berjuang, sabar dan peduli dengan sekitar. Kebaikan yang kita lakukan akan selalu membuahkan hal baik juga bagi kita.

Tinggalkan Balasan