Catatan Kepala Sekolah Satu Atap ( Bagian 1)

Fiksiana21 Dilihat

13th Challenge

 

Suasana di Sekolah Baru

Sekolah baruku adalah sebuah SMP satu atap dengan jumlah siswa terbanyak diantara semua SMP satap di wilayah kami. Sekolah satu atap artinya lokasinya berdampingan dengan SD. Sebenarnya sekolah satu atap, SD dan SMP, harusnya dipimpin oleh orang yang sama. Namun, entahlah aku tidak paham masalah itu, masing-masing sekolah itu dikepalai oleh orang yang berbeda.

Lokasi sekolah masih berada di pedesaan yang cukup jauh dari jalan Raya. Dari rumahku kurang lebih berjarak 7 Km, dengan waktu tempuh 20-30 menit. Kondisi jalannya rusak parah sejauh 2 KM, jalan berbatu,  ada turunan- turunan  tajam tetapi melintasi pesawahan yang luas  dan pemukiman warga. Kondisi ini jauh lebih baik daripada jalan ke sekolah yang di gunung.

Hari pertama sejak menerima SK mutasi itu adalah hari Jumat. Aku bersama Dede datang ke sekolah baru.Ketika itu anak-anak sedang melaksanakan pembiasaan senam kebugaran. Yang kemudian aku ketahui itu adalah program Jumat sehat. Mumpung semua sedang berkumpul di lapangan, aku manfaatkannya untuk memperkenalkan diri kepada anak-anak.Didampingi guru-gurunya mereka mendengarkan sambutanku. Aku bersyukur anak-anak di sekolah baru itu baik-baik, santun, tidak jauh berbeda dengan anak-anak di sekolah sebelumnya.

Itulah aku, tidak suka acara yang  protokoler hanya untuk perkenalan diri. Tetapi lebih ke fleksibilitas, di mana ada kesempatan di situ aku manfaatkan, sepanjang bernilai baik. Seperti saat perkenalan di sekolah baru itu, aku belum berkenalan secara resmi dengan guru-guru, hanya sebatas salam-salaman, dan say hello. Kebetulan guru-guru di sekolah itu sebagiannya adalah murid-muridku ketika di SMP. Sebagian laginya adalah rekan-rekan guru yang pernah sama-sama mengajar di sekolah asalku sebelum menjadi kepala sekolah. Tentu mereka menyambutku dengan senang hati katanya.

Setelah selesai berkenalan dengan siswa pagi itu, sementara para siswa beristirahat, kami mengadakan rapat. Mengenal lebih jauh struktur manajemen yang telah terbangun di sekolah itu. Hal yang membuat lega adalah adanya empat orang guru PNS dan lima orang guru honorer. Yang aku lihat dari penampilan pertamanya bisa membuat aku bernapas lega. Motivasiku dan semangat baru tumbuh dengan penuh optimis, untuk bisa bersinergi dengan mereka, membangun kehidupan sekolah yang baik.

Karena bel tanda masuk kelas sudah berbunyi, maka aku persilahkan guru-guru untuk masuk ke kelas. Kebetulan, ada dua guru sedang kosong jam mengajarnya, maka kami pun berkeliling untuk mengenali lingkungan sekolah ini.

Lokasi sekolah terpisah menjadi dua tempat. Tiga ruang kelas lama dan kantor ada di lokal lama, yang bersebelahan dengan sebuah SD. Jarak dari lapangan upacara tempat anak-anak berolah raga tadi  kurang lebih 500 meter, itulah lokal baru. Di lokal baru ada tiga ruang kelas. Tanah yang dimiliki sekolah masih sangat luas untuk ukuran sekolah kecil. Masih bisa membangun perpustakaan, laboratorium bahasa, mushola, ruang kelas baru, dan lain-lain.Mengapa menjadi dua lokasi? Ternyata susah katanya membebaskan tanah di lokal lama.

Itulah hari pertamaku di sekolah baru. Dengan harapan dan semangat baru, aku ucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim, semoga selalu ada jalan penyelesaian setiap permasalahan yang pastinya akan selalu terjadi di sekolah manapun.

Hari-Hari Pertama di Sekolah Baru

Saat itu hari Senin pertamaku di sekolah Baru, SMP Satap 5 Cipanas. Aku akan mengikuti pacara bendera yang sudah biasa dilaksanakan. Kulihat, sarana dan prasara upacara  masih sangat terbatas. Tiang bendera masih menggunakan bambu, lapangan pun masih berupa tanah. Karena memang pembangunan lapangan baru pada tahap perataan. Yang penting program sekolah untuk melaksanakan upacara sendiri terlaksana. Sebelumnya upacara bendera bergabung dengan SD katanya.

Saat itu petugas upacara  begitu terampil dan terlatih. Pasukan pengibar bendera yang gesit dengan gerakan-gerakan kompaknya, begitu menarik. Para siswa peserta upacara berbaris rapi. Bapak Ibu gurunya mendampingi mereka agar barisan rapi dan teratur. Kesan pertamaku tentang  pengelolaan kesiswaan sekolah ini memang sudah bagus. Upacara pertamaku di sekolah itu berjalan hikmat. Itu aku rasakan ketika peserta mendengarkan amanatku sebagai pembina upacara.

Setelah peserta upacara dibubarkan, kami diserbu anak-anak yang akan cium tangan. Oh, ternyata kebiasaan di sini begitu. Anak-anak akan bergiliran salaman dengan semua guru yang hadir pada upacara itu. Aku catat itu sebagai nilai karakter yang harus  kami jaga dan lestarikan.

Setelah selesai upacara, aku tidak langsung ke kantor namun berkeliling dulu di tiga kelas di lokal baru itu. Di sana ada dua kelas 7 dan 1 kelas 8. Guru-guru yang mengajar di lokal baru juga tidak ke kantor, karena efisiensi energi katanya. Mereka menunggu di depan kelas sambil mengawasi anak-anak yang masih istirahat. Setelah semua kelas siap dengan pembelajaran aku pun meninggalkan lokal baru menuju ke lokal lama di mana kantor berada. Hmm.. aku merasakan tidak efisiennya pengelolaan sekolah seperti itu. Tetapi mau bagaimana lagi, mungkin ini tantangan di sekolah baru ini.

( Bersambung)

Tinggalkan Balasan

4 komentar