Mengejar Beasiswa

Terbaru17 Dilihat

Mengejar Beasiswa

Pada hari keempatbelas tantangan lomba blog “Menulis di Blog Jadi Buku” ini saya akan melanjutkan postingan saya yang kemarin. Kali ini judul yang saya tulis “Mengejar Beasiswa”. Pada postingan sebelumnya, saya telah menuliskan saat saya menempuh lagi pendidikan S 1 maka konsekuensinya saya harus pandai-pandai membagi waktu dan fokus. Jika kita kuliah sambil bekerja tentu fokus kita akan berbeda.

Selain harus pandai-pandai membagi waktu dan fokus, saya juga harus pandai-pandai menyisihkan uang untuk membayar SPP tiap semester. Pada saat itu tahun 2009, setiap semester saya harus mengeluarkan biaya Rp 1.050.000,00. Biaya perkuliahan satu semester dengan nominal tersebut bagi GTT seperti saya saat itu tentu lumayan besar. Gaji yang diberikan dari sekolah pada tahun tersebut sekitar Rp 300.000,00 per bulan, dengan tugas pokok tetap menjadi guru kelas II. Bedanya saya sudah tidak lagi mengelola perpustakaan, karena sudah ada petugas perpustakaan tersendiri. Walaupun kadang-kadang masih membantu ketika ada waktu luang. Keadaan demikian yang membuat saya harus pandai-pandai menyisihkan uang untuk biaya per semester.

Setelah perkuliahan berjalan kira-kira satu tahun, ada pengumuman pengajuan beasiswa. Tentu saja ini berita yang menggembirakan bagi kami GTT. Walaupun tidak serta merta langsung memperoleh beasiswa, tapi informasi tersebut cukup membuat tersenyum. Paling tidak masih ada harapan untuk memperoleh beasiswa subsidi kualifikasi guru. Yang akan membatu meringakan biaya perkuliahan. Bergegas saya mencari info dan mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan. Saya jadi teringat ketika kuliah di UNY dulu saya selalu gigih dan terdepan mengejar beasiswa, he he he. Adakah yang mempunyai pengalaman seperti saya? Alhamdulillah setiap semester saya selalu lolos sebagai penerima beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). Beasiswa BBM salah satunya mempersyaratkan melampirkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan. Ketika itu Bapak yang selalu memintakan ke kelurahan. Saya tidak malu untuk mengajukan, selama itu melalui jalur yang benar.

Saat itu, kegigihan tersebut juga saya terapkan untuk mengejar beasiswa lagi. Selama ada kesempatan dan mampu melakukan kejarlah dan usahakanlah, untuk urusan berhasil tidaknya pikirkan nanti. Begitulah saya menyemangati diri sendiri dalam hati. Setelah semua syarat terkumpul berkas saya ajukan ke UPT. Tinggal menunggu hasilnya apakah akan lolos atau tidak.

Beberapa minggu kemudian pengumuman keluar. Tertera nama-nama siapa saja yang lolos mendapatkan beasiswa keluar. Ternyata nama saya tidak ada di dalam daftar penerima beasiswa subsidi kualifikasi guru. Agaknya memang belum rejeki. Kalau tidak salah ingat, saat itu setiap guru mendapatkan subsidi kualifikasi guru sejumlah Rp 2.500.000,00 rupiah per tahun. Jumlah yang lumayan banyak kan? Tapi yang namanya belum rejeki pasti ya tidak akan datang. Baiklah, harus menunggu satu tahun lagi untuk mengajukan.

Singkat cerita pada tahun berikutnya saya kembali mengajukan beasiswa. Lagi-lagi saya harus legowo ketika melihat teman-teman lain lolos sedangkan saya tidak. Masih dengan hasil yang sama pada tahun sebelumnya. Harus gagal lagi tidak lolos seleksi. Sepertinya lagi-lagi memang belum rejeki saya. Apakah saya berhenti mengejar dan patah semangat untuk mengajukan di tahun berikutnya? Tentu saja tidak. Selama itu masih ada kesempatan dan jalan pasti akan saya tempuh.

Ada pepatah “usaha tidak akan mengkhianti hasil” memang benar adanya. Pada tahun 2012 barulah dewi fortuna menghampiri saya. Agaknya Bang Bejo juga berpihak pada saya. Setelah 3 kali mengajukan barulah saya lolos mendapatkan beasiswa subsidi kualifikasi guru dengan nominal yang sudah mengalami kenaikan yakni Rp 3.500.000,00 untuk satu tahun. Dana sudah otomatis masuk ke rekening bank. Senyum tersungging di bibir saya. Alhamdulillah… bisa untuk membayar selama 3 semester. Selama kuliah lima tahun di UT sekali itu saja saya mendapatkan beasiswa. Tetap disyukuri daripada tidak mendapatkan sama sekali.

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya bahwa sesuatu yang belum menjadi rejeki jika kita kejar kemanapun tentu tidak akan tertangkap. Sejauh apapun mengejar juga tidak akan terkejar. Rejeki sudah tertakar dan tidak akan tertukar.

Demikian sepenggal kisah saya saat bersemanagat mengejar beasiswa. Bagaimana kelanjutan cerita ini? Akan saya posting pada hari berikutnya. Berharap cerita ini akan terkumpul menjadi satu dalam sebuah buku.

Tunggu kisah selanjutnya ya !

 

 

Salam Literasi,

 

Rofiana, S.Pd.

SD Pungkuran Pleret Bantul DIY

NPA 11041400010

Tinggalkan Balasan

2 komentar