Siapa bilang pensiun itu tinggal menikmati hari tua dengan bersantai bersama istri dan anak-anak? Bagi sebagian orang mungkin, tapi tidak dengan pak Thamrin Dahlan. 10 tahun menulis di Kompasiana beliau telah melahirkan 30 buku. Malah beliau mentargetkan menjelang usia beliau 70 tahun, akan menerbitkan 40 buku. Itu berarti kurang dari dua tahun kedepan pak Thamrin Dahlan akan menerbitkan 10 buku, mengingat usia beliau sekarang ini yang telah mencapai 68 tahun lebih, karena beliau lahir tanggal 7 Juli 1952.
Demikianlah sedikit diantara kata sambutan pak Thamrin Dahlan yang sering dipanggil dengan inisial pak TD, dalam rangka memperingati 10 tahun beliau aktif menulis di Kompasiana.
Boleh kita hitung dengan jari, Kompasianer yang aktif menulis di Kompasiana, juga aktif menerbitkan buku dari hasil kumpulan artikel mereka di kompasiana tersebut menjadi buku. Di antara yang beberapa orang tersebut dapat kita tulis namanya seperti pak Tjiptadinata Effendi, Christie Damayanti, Omjay atau Wijayakusumah dan pak Thamrin Dahlan sendiri.
Produktifitas menulis pak TD sendiri tidak diragukan lagi. Sebagai pensiunan dinas kesehatan di Kepolisian RI, pak TD benar-benar disiplin dalam mengelola waktunya dalam merangkai kata melalui laptop maupun personal komputer yang ada di rumahnya. Kedisiplinan dalam mengelola waktu inilah yang membuat pak TD berhasil melahirkan karya, apakah itu reportase, opini, atau karya sastra beliau yang dituangkan dalam bentuk puisi atau pantun.
Bukan hanya itu, pak Thamrin Dahlan pun piawai dalam menulis artikel politik. Satu karya besarnya yang berhubungan dengan politik adalah buku berjudul Prabowo Presidenku. Sebuah buku biografi politik tentang Prabowo Subianto.
Kehebatan pak TD dalam menulis politik itupun seperti yang terdapat dalam buku Probowo Presidenku tersebut adalah pak TD tidak menulis sebagai seorang pendukung yang fanatik yang hanya mengangkat segala kelebihan Prabowo dengan berlebihan, namun pak TD berhasil menyajikannya dalam bentuk karya tulis yang berimbang antara Prabowo dan pesaingnya Jokowi serta Prabowo dan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Sehingga pak TD terhindar dari gonjang-ganjing sebagai buzzernya Prabowo.
Memanfaatkan momentum 10 tahun berkarya sebagai penulis Kompasiana yang berawal pada tanggal 19 Agustus 2010, pak TD saat ini juga telah mendirikan sebuah badan hukum berbentuk yayasan dengan nama Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan, dengan surat keputusan Kemenkumham AHU-0013926 AH 01.12. Tahun 2019, tanggal 29 Juli 2019 dengan alamat Jalan Bumi Pratama VIII Blok A 23 Kel. Dukuh, Jakarta Timur 13550, Telpon 021-87799665 dan email: thamrindahlan@gmail.com
Dibuatnya Yayasan ini adalah jawaban atas dibutuhkannya sebuah badan hukum bagi mereka yang bergerak di bidang penerbitan untuk mendapatkan nomor ISBN bagi buku yang diterbitkan, seperti yang diminta oleh Perpustakaan Nasional, badan yang mengeluarkan nomor ISBN tersebut di Indonesia, mewakili Badan Internasional ISBN yang berpusat di London.
Sebagai sasaran awal dari usaha penerbitan buku ini, saat ini YPTD memberikan gratis pengurusan ISBN bagi mereka yang menerbitkan buku melalui YPTD. Bagai gayung bersambut, kesempatan yang diberikan oleh YPTD ini langsung dimanfaatkan oleh Mukti Ali, kompasianer senior yang lama bekerja di Abu Dhabi yang kini sudah kembali ke Indonesia dan menetap dan bekerja di Jakarta.
Pengenalan atau soft launching dari YPTD ini berlangsung kemarin di Coffee Toffee, Margonda Raya Depok, yang dihadiri 15 orang undangan yang keseluruhannya adalah Kompasianer Jabodetabek.
Dalam acara perkenalan dan peluncuran YPTD ini, beberapa Kompasianer yang telah memiliki ratusan hingga ribuan artikel di Kompasiana telah berkomitmen akan menerbitkan buku mereka melalui YPTD.
Saya pun ikut mengambil kesempatan pertama untuk menerbitkan buku saya, kumpulan artikel saya di Kompasiana berjudul “Berkelana di Ranah Minang”.
Pengelanaan saya selama 18 hari di Ranah Minang plus Riau yang menghasilkan 46 artikel di Kompasiana, yang berkemungkinan akan bertambah dengan artikel-artikel lainnya yang masih berhubungan dengan pengelanaan saya di daerah tersebut pada waktu yang berbeda.
Terima kasih Uda Dian Kelana atas kontribusi bermakna mengiatkan Literasi Indonesia melalui YPTD. Ditunggu tulisan selanjutnya. Salam YPTD
Terimakasih kembali pak Thamrin. Insya Allah