Penolong Anak Kambing
Tiba-tiba tubuh Nget menyala lebih terang dari sebelumnya. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Dengan perasaan was-was Nget terbang ke rumah Wed. Nget mengerahkan seluruh tenaganya supaya tiba tepat waktu. Sampai di rumah Wed, Nget langsung mencari tas pemberian Paman Rusa. Tidak butuh waktu lama bagi Nget untuk menemukan tas itu. Ia sudah memberikan tanda pada tas tersebut. Benar sekali, Nget merupakan bangsa kunang-kunang yang memiliki kemampuan untuk memberikan tanda pada barang-barang yang disentuh.
“Untung aku sudah memberikan tanda pada tas itu,” ujar Nget dalam hati.
Nget langsung membawa tas tersebut ke suatu tempat yang kemungkinan tidak diketahui siapapun.
“Di mana harus kuletakkan ya, jangan sampai ada orang yang tahu!” Nget terus bergumam sambil membawa tas menjauh dari rumah Wed.
Pada akhirnya Nget membawa tas tersebut ke tempat yang tidak jauh di mana ia sering bertemu dengan Wed. Tempat itu berada di antara dua pohon besar. Di sekitarnya terdapat semak belukar yang lumayan tinggi. Di tengah-tengah terhampar tanah kosong. Ukuran tanah tersebut sangat luas jika dijadikan tempat bermain untuk Nget dan Wed.
Nget mengitari tempat tersebut sebelum meletakkan tas pada area yang dia rasa tepat. Setelah memastikan semua aman, Nget meletakkan tas dengan cepat. Namun, ada hal yang tidak biasanya pada posisi tas. Saat diletakkan, bukaan tas menghadap ke bawah. Tas diletakkan, Nget berdiam dengan cemas.
“Semoga berhasil, semoga berhasil, semoga berhasil!” Nget mengucapkan dua kata tanpa henti meski tubuhnya tidak bergerak sama sekali.
Sampai pada akhirnya Nget melihat sesuatu keluar dari bukaan tas. Sesaat Nget terbang menjauh karena tidak tahu apa yang ke luar dari tas. Namun setelah melihat apa yang ke luar dari tas, ia langsung terbang menuju tas tersebut. Tampak kebahagiaan di wajah Nget. Ia tidak bisa berkata apapun.
–
Bukan pertama kalinya Wed digulung tanah. Sebelumnya ia pernah merasakan hal demikian. Hanya saja yang ia rasakan saat ini mengancam nyawanya. Selain rasa digulung tanah, Wed diselimuti rasa takut dari suara ledakan Mop yang begitu besar. Terdengar jelas di telinga Wed suara itu. Sangat keras dan memekakan telinga.
“Sudah pasti aku tidak dapat menjangkau lorong saat ini. Selamat tinggal semuanya.” Ucap Wed dalam lemah.
Mop hancur berkeping-keping. Begitu juga sumber energi yang menghidupkan Mop. Ledakan besar sudah dipastikan akan menghancurkan semua yang ada di sekitarnya. Sejauh puluhan kilometer dari sumber ledakan bisa didengar suaranya. Sedangkan jamur dari hasil ledakan juga dapat dilihat dari jarak sejauh itu.
Wed merasa tidak tahu apa lagi yang terjadi. Tiba-tiba tubuhnya seperti melayang. Tidak ada suara apapun yang ia dengar. Keadaan saat itu terasa sunyi senyap. Ia ingin sekali berdiri tegak, melihat apa yang ada di sekitarnya. Tetapi hal itu tidak mungkin ia lakukan. Karena untuk membuka mata saja sangat sulit baginya. Apalagi berdiri dengan kaki-kakinya. Sesaat kemudian Wed benar-benar tidak bisa merasakan apa-apa.
“Sudah siuman?” Suara yang tidak asing, terdengar dengan begitu jelas.
“Hmmm, petualangan yang luar biasa. Patut diberikan penghargaan. Semua sudah berlalu lama. Hal baru yang akan merubah segalanya. Semoga kamu lebih bijak dalam menggunakan kekuatan untuk ke depannya. Untuk melindungi kehidupan yang akan sangat mubazir untuk tidak diperjuangkan.”
“Benar begitukan?” Suara jerapah tua yang sedang duduk santai sambil menyeruput secangkir Oyot Reges di samping Wed.
Pesan moral :
Setiap orang memiliki perjuangan masing-masing. Lakukanlah sesuatu sebaik mungkin, kemenangan akan menjadi milik para pejuang.