Dalam dompet Mas Tukiman tersimpan 5 kartu. Salah satunya Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kartu kartu lain jarang dipakai, cuma jadi pajangan untuk gaya gayaan
Keterpunyaan KTP menjadi andalan bersebab semua urusan sebagai warga negara diwajibkan melampirkan photocopy alat pengenal diri tersebut. Mulai dari urusan membuat rekening bank, urus bayar listrik sampai sampai persyaratan numpang nikah juga kalau terkena razia.
Sebagai warga pendatang di Ibukota Jakarta Tukiman tidak serta merta memiliki KTP. Perlu surat keterangan pindah dari desa sebagai salah satu syarat selain memiliki pekerjaan tetap.
Sebelum mendapat kartu resmi penduduk Jakarta, Tukiman ditawari Kartu Selamat dari Bang Ucok Sopir Bus. Pasalnya dari Perusahaan Bus mewajibkan setiap pegawai punya tanda pengenal.
Tukiman memang kondektur resmi Kopaja no 57 rute Terminal Kampung Rambutan lewat Cililitan – Blok M. Kartu Selamat berfungsi sebagai identitas ketika ada razia petugas DLLAJR Dishub.
Berhubung penumpang bus semakin sepi dengan adanya gojek maka Tukiman di rumahkan untuk sementara. Untunglah berkat budi baik orang se deso dia ngak sempat nganggur. Diangkat menjadi Satpam RT. Diberilah Kartu Saptam berfoto seragam hitam biru.
Untuk sementara satpam di inapkan di pos ronda ukuran 2×2 m. Kini Tukiman memiliki 2 kartu. Karena berprilaku elok, bisa dipercaya dan jujur warga Kelurahan Bojong Kecik sepakat mengusulkan pembuatan KTP untuk si Mas Satpam.
Tukiman dipanggil ke Kelurahan untuk sidik jari, foto dan laser mata guna melengkapi data E – KTP. Alhamdulillah KTP atas nama Tukiman tanpa banyak halangan dalam waktu sepekan selesai. Tukiman terharu, seperti mendapat durian runtuh syah secara undang undang menjadi warga kehormatan Jakarta Raya. Ibukota Republik Indonesia
Tukiman merawat baik baik KTP Elektronik itu. Tersimpan rapi dalam dompet kulit hadiah dari calon istri. Calon isteri berprofesi sebagai asisten rumah tangga tetangga Pak Erte.
Dengan demikian kini Tukiman memiliki 3 kartu. Kartu selamat dan kartu satpam tetap disimpan sebagai kenang kenangan perjuangan hidup di rantau negeri orang.
Pada suatu hari ada pengumuman dari Pak Lurah. Berita tentang pembagian kartu sembako, kartu kesehatan dan kartu pelajar serta kartu pengangguran.. Tampaknya Tukiman berpeluang mendapat 2 dari 4 kartu tambahan itu bersebab memenuhi persyaratan administratif.
Artinya Tukiman memiliki 5 kartu. Hanya saja kartu tambahan itu belum bisa digunakan karena belum ada anggaran kata orang orang.. Tukiman sedkiit kecil hati sembaru mengguman
“buat apa ada kartu kalau tidak bisa digunakan”
Akhirnya orang perantau ini memutuskan tidak terlalu memikirkan kartu kartu itu. Dia lebih puas hanya memiliki satu kartu saja yaitu KTP. Kartu ini tidak bisa ditukar dengan apapun. Inilah identitas sejati untuk membuktikan diri kepada calon mertua bahwa dia bukan warga musiman..
Mertua dan pihak keluarga besar wanita so pasti tidak bertanya kartu apa lagi yang dimiliki. Paling paling kuatir disindir
“you punya kartu kredit atau ATM dari bank mana” ?
Inilah pertanyaan yang paling ditakuti,
” e e e e saya belum punta ATM ”
Untunglah dialog itu hanya dalam mimpi sebelum tiba hari penentuan lamaran.
Guna menga aman kan status diri bukan kelompok miskin, Tukiman merahasiakan bahwa dia memiiliki kartu sembako dan kartu pengangguran kepada calon istri. Dia tidak mau ketahuan atau tegasnya dianggap orang miskin bersebab hanya orang tak berpunyalah berhak mendapat 2 kartu tersebut.
Guna memberi rasa nyaman supaya rahasia tak terbongkar, Mas Tukiman mengembalikan semua kartu kepada Pak RT karena dia bernaggapan punya 1 kartu KTP saja sudah lebih dari cukup. Oh Tukiman alangkah lugu dan jujurnya dikau.
Bagaimana kelanjutan cerita lamaran atau ramalan ?
Salam Literasi
BHP 180321
YPTD.