Selasa, 18 Mei 2021 YPTD menyelenggarakan halal bi halal (HBH) virtual. Saya mengetahui kegiatan ini melalui tulisan Pak Haji Thamrin di website YPTD.
HBH virtual YPTD adalah pengalaman kedua saya bersilaturahim dalam skala besar di suasana puasa/lebaran tahun ini. Sebelumnya saya pernah melaksanakan munggahan virtual bersama rekan-rekan alumni Pendidikan Kimia UPI.
Masa pandemi, tak ada rotan akar pun jadi. Tak bisa bertemu nyata, ruang virtual pun bisa menyambung silaturahim.
Acara dimulai tepat sesuai jadwal, 19.30 WIB. Bu Noralia memandu acara dengan sangat baik. Pak Haji Thamrin memberi sambutan dengan menyapa peserta, sikap ramah yang khas dari Pak Haji.
Pak Haji memaparkan secara singkat tentang YPTD dan perannya serta mengenalkan tim yang turut berkontribusi banyak bagi YPTD.
Acara kemudian dilanjutkan dengan tausiah oleh Dr. H. Lula Burhan. Dari kolom chat, ada peserta yang bertanya daerah asal Pak Haji Lula Burhan. Pak Haji Thamrin yang menjawab bahwa Pak Haji Lula Burhan berasal dari Lombok.
“Lula” adalah gelar bangsawan di Lombok. Begitu terang penanya. Wah. Apakah Lula adalah sebuah nama atau gelar dari Pak Haji Burhan? Saya pun belum tahu. Yang jelas pertanyaan tersebut telah menambah wawasan saya.
Kembali ke materi. Ada kalimat menarik dari Pak Haji Lula Burhan yang begitu berkesan bagi saya.
“Semakin baik pada orang lain dan diri sendiri atas dasar iman, maka akan semakin baik pula karakternya.”
Ya, harus mulai dari diri sendiri untuk memperbaiki akhlak.
Terkait literasi, beliau menyinggung tentang pentingnya pena para ulama. Islam jaya tak hanya karena darah para syuhada, namun karena tajamnya pena para ulama.
Oleh karena itu, kita harus belajar untuk menulis. Mengasah ketajaman pena tulisan kita. Agar bermanfaat bagi umat dan generasi penerus bangsa.
Bahasan yang tak kalah menarik disampaikan oleh Pak Much. Khoiri. Beliau menceritakan pengalamannya dalam dunia literasi yang bisa dibilang ‘wow’.
Pada tahun 2011 sudah menghasilkan buku antologi pertama dan beliau berperan sebagai editor pula. Tahun berikutnya beliau menargetkan untuk menulis setiap hari.
Demikian seterusnya selalu ada peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh Pak Much. Khoiri. Hingga beliau menyadari makna dari Al-Alaq 1-5 sebenarnya tak hanya kewajiban membaca. Namun juga menulis.
Pesan yang begitu berkesan bagi saya dari beliau adalah tak perlu muluk-muluk ingin menerbitkan sekian judul buku. Cukup dengan rencana sederhana menulis setiap hari, maka dengan sendirinya buku-buku akan bisa kita hasilkan.
Kita bisa menulis apa pun. Asal setiap hari, kita kemudian bisa mengelompokkan tulisan-tulisan kita sebelum dibukukan.
Sayang sekali saya tak bisa mengikuti silaturahim antarpeserta karena anak saya terbangun. Sebetulnya sejak sore badan Fatih memang terasa lebih hangat. Oleh karena itu, saat mengikuti HBH virtual pun, saya sesekali mengganti kompres air hangat untuk Fatih.
Saya sudah siapkan termos dan baskom kecil serta waslap di kamar. Dengan demikian, saya bisa mengikuti HBH virtual sekaligus mengompres Fatih.
Air hangat bisa membuka pori-pori kulit sehingga panas dalam tubuh lebih mudah keluar.
Saat dicek, suhu Fatih masih dikisaran 37,9 derajat Celcius. Sepertinya karena sedang tumbuh gigi baru. Volume air liur Fatih memang meningkat dan sesekali ia menyentuh giginya dengan tangan.
Meski tergolong demam ringan (tidak lebih dari 38 derajat Celcius), namun siapa pula orang tua yang tega melihat anaknya sedang sakit?
Maka, saya pun memutuskan untuk leave meeting dan menemani buah hati saya.
Kepada Pak Haji Thamrin dan rekan-rekan YPTD, mohon dimaafkan semua salah dan khilaf saya selama ini. Semoga kita bisa terus memperbaiki diri menjadi sebaik-baik insan. Aamiin.