‘Kepergian’ Teman, Sejatinya Untuk Menyadarkan Kematian

SAYA terkejut membaca infonya. Telah berpulang kerahmatullah seorang sahabat, seorang guru dan mantan Kepala Sekolah, Pak Nuryanto, SPd di Semarang. Begitulah berita itu saya ketahui dari status seorang teman di medsos. Sabtu (19/06/2021) pagi, itu seperti juga di setiap pagi di hari-hari lainnya, setelah solat subuh saya buka laptop atau HP pintar jika gangguan signal. Berselancar di dunia maya melalui medsos dan link lainnya adalah pekerjaan rutin setiap pagi. Saat itulah saya membaca berita duka itu.

Seorang teman menulis status yang cukup panjang pada hari Jumat (18/06/2021) kemarin itu. Bunyinya begini, Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang kerahmatullah Bapak Nuryanto, malam ini, Kamis, 17 Juni 2021, ba’da magrib di Semarang. Selamat jalan, Pak Nuryanto. Ya Allah, hamba bersaksi bahwa almarhum adalah orang yang baik. Pemimpin yang mengayomi kami, bawahannya. Selalu menjadi teladan, disiplinnya, lemah-lembutnya, pedulinya dan selalu rendah hati. Ya Allah, hamba mohon kepada-Mu terimalah semua amal kebaikannya, ampunilah jika ada khilafnya, jadikanlah kuburnya sebagai taman dari taman surga-Mu, tempatkanlah dia di tempat yang mulia di sisi-Mu. Dst…Masih ada satu alinea lagi status teman ini yang berisi harapan kiranya keluarga almarhum bisa tabah dan kuat untuk menerima musibah ini.

Saya ingat, dalam satu-dua pekan ini beberapa teman sudah ‘diberangkatkan’ Tuhan menuju tujuan akhir kehidupan. Tentu saja karena ajalnya sudah tiba sebagaimana ditetapkan Yang Maha Kuasa. Kita juga hanya menanti waktu ajal tiba. Bagi saya kepergian sahabat yang silih berganti tidak hanya memberikan pelajaran berharga tentang pesan kematian, namun juga menambah kuat keinginan untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagai hamba Tuhan kita pasti tahu itu. Kepergian demi kepergian, secara tidak langsung akan menyadarkan kita bahwa kematian bisa datang kapan saja dan akan menimpa siapa siapa. Tempatnya juga bisa dimana saja. Hanya Yang Maha Kuasa sajalah yang mengetahuinya.

Jika selama ini terkadang kita lalai bagaimana bersiap menghadapi kematian, dengan beberapa teman yang ‘berangkat’ duluan dalam waktu yang tidak terlalu berjauhan tentu akan mengingatkan kepada kita bahwa ajal itu bisa datang kapan saja. Tidak harus menunggu lama. Sebagai muslim kita meyakini betul sebagaimana ditegaskan di dalam Alquran bahwa setiap yang bernyawa akan menghadapi kematian. Dan apabila ajal (saat kematian) itu sudah tiba maka tidak bisa ditunda bahkan dipercepat sedetikpun juga tidak bisa. Jadi, kematian adalah sebuah kepastian yang waktunya tidak diberikan kepada kita informasinya.

Pak Nuryanto yang pernah menajdi teman akrab ketika sama-sama menajdi guru di Tanjungbatu, Kabupaten Karimun yang terbaru berangkat, kemrin itu, bagi kita hanya bisa mendoakan semoga Allah ampuni dosa-dosanya, dilipatgandakan pahala kebaikannya dan Allah masukkan ia kedalam surga jannatunna’iim, yang dijanjikan-Nya bagi orang-orang bertakwa. Kita percaya, Pak Nuryanto adalah sosok manusia yang tampak dekat dengan Allah.

Saya tahu, dulu ketika masih bersama-sama di Kecamatan Kundur (waktu itu) kami sering bersama. Meskipun dia menjadi pendidik di SMP sementara saya di SMA, namun kami sering berkumpul bersama. Dari teman-temannya sesame guru di SMP saya juga tahu kalau Pak Nuryanto adalah orang yang ramah dan mudah bergaul. Prestasinya sebagai guru juga sangat bagus.

Belakangan, saat saya sudah lama di Moro dan mutasi lagi ke Karimun, saya mendengar dari teman-teman guru kalau Pak Nuryanto sejak menjadi Kepala Sekolah semakin dirasakan oleh bawahannya sebagai sosok yang mengayomi. Disiplinnya lebih banyak dari teladannya dari pada dari perintahnya. Dia bertanggung jawab dengan tugasnya. Begitulah yang saya dengar dari para guru dan Kepala Sekolah lainnya. Kini dia telah tiada.

Bagi kita yang dia tinggalkan, selain berdoa untuk dia yang sudah tiada kita juga akan terus bersiap diri dengan terus berbuat kebaikan untuk persiapan kita berangkat nantinya. Kepergiannya, sudah pasti akan menjadi inspirasi bagi kita untuk bersiap diri juga bahwa satu saat nanti kita juga akan menyusulnya.***

Tinggalkan Balasan

2 komentar