Plagiat, sebuah kata yang menjadi momok tersendiri bagi seorang penulis. Sebuah kata yang ditakutkan namun sebenarnya mudah ditaklukkan. Plagiasi sendiri berarti mengambil sebagian atau seluruhnya karya atau ide orang lain dan mengakuinya sebagai milik sendiri. Tidak susah sebenarnya suatu karya bebas plagiat. Kuncinya adalah jujur. Jujur dalam hal menyematkan nama penulis asli sebagai sumber referensi karya kita.
YPTD sebagai corong literasi, bertugas untuk menghubungkan penulis dan pembaca. Pembaca membutuhkan bacaan yang berkelas sementara penulis berusaha menyajikan santapan yang berkualitas. Kualitas disini bukan berarti karya tulisan yang dihasilkan haruslah dengan pilihan kata yang indah, diksi yang berat ataupun kalimat yang ilmiah. Melainkan sebuah karya yang informatif, edukatif dan yang terpenting bebas plagiasi.
Di usia yang setahun ini, YPTD ibarat seorang batita. Meskipun masih belia, harapan saya YPTD mampu mengakomodir para penulis untuk mewujudkan sebuah karya yang berkualitas. Pembaharuan harus dilakukan agar YPTD tumbuh menjadi batita yang luar biasa. Cek plagiarisme menjadi salah satu cara agar YPTD mampu mencetak karya-karya yang berkualitas.
Sebelum masuk ke dapur penerbit, orisinalitas isi suatu karya harus dicek terlebih dahulu. Apakah terindikasi plagiat atau tidak. Alat turnitin dapat digunakan pada proses ini. Jika lolos tes turnitin, selanjutnya tugas editor untuk mengecek orisinalitas karya selain melakukan tugas editing nya. Hal ini karena, jika naskah tersebut merupakan hasil parafrase, meringkas atau menyimpulkan dari beberapa naskah asli, tidak akan terdeteksi sebagai sebuah plagiarisme oleh alat turnitin.
Editor yang membaca secara keseluruhan isi dari suatu karya dapat melakukan tugas editingnya dan juga mengecek apakah isi dari karya tersebut orisinal atau tidak. Orisinal dalam artian isi sebuah karya belum pernah dipublikasikan oleh orang lain sebelumnya. Meskipun penulis sudah melakukan teknik kutipan tak langsung pada karyanya, namun ide tetaplah milik penulis aslinya. Nama penulis asli wajib dimasukkan sebagai bagian dari daftar pustaka sebuah karya. Jika tidak, bisa dianggap plagiasi suatu karya.
Apalagi di jaman yang serba digital ini. Penulis dapat dengan mudah mencari bahan tulisan untuk karyanya. Kanal YouTube, search engine bahkan media sosial dapat dijadikan referensi oleh penulis. Namun dalam menulis, etika haruslah digunakan. Meskipun sumber referensi berupa ucapan dari seseorang, nama orang tersebut tetap disematkan dalam daftar pustaka. Dengan demikian, penghormatan atas ide orang tersebut telah kita lakukan. Plagiasi telah terhindarkan. Bukankah kita selalu diajari untuk mengedepankan sikap jujur, beretika dan menghormati kepada orang lain?
YPTD sebagai wadah literasi merupakan gerbang awal menciptakan karya-karya yang bebas plagiasi. Tidak hanya kuantitas, YPTD juga harus menyuguhkan karya yang berkualitas untuk calon pembaca. Meskipun YPTD merupakan penerbit indie, YPTD wajib selektif pada setiap karya yang masuk. Selektif bukan berarti menyulitkan para penulis untuk menerbitkan mahkota penulisnya melalui YPTD. Kemudahan tetap diberikan namun harus taat aturan. Setiap penulis harus bertanggung jawab atas orisinalitas karyanya. Bebas plagiasi, bebas unsur sara, dan bebas pornografi adalah aturan yang wajib diterapkan pada sebuah karya. Dengan demikian, suguhan karya yang informatif dan edukatif akan terus lahir melalui sebuah wadah literasi bernama YPTD.
Beli terasi ke kota Pati
Ada kuda berlari-lari
Gema literasi tiada henti
YPTD ada untuk negeri
Semarang
15 Agustus 2021
Mantab Mb Nora..disertai pantun juga..
Benar, Bu. Haruslah berusaha untuk tidak terpapar ‘plagiasi’. Salut tulisannya. Ikut jawab pantunnya, ya?
-Beli terasi ke Kota Pati
-Ditambah tahu makanlah nasi
-Gerak Literasi tiada henti
-Kiranya jauh dari plagiasi
Top tulisannya, mba Nora generasi muda, ditunggu terus karya-karyanya