Gambar Descartes dan Bapak Thamrin Dahlan (Sumber: https://upload.wikimedia.org dan https://terbitkanbukugratis.id/ )
Cogito Ergo Sum, demikian bunyi sebuah ungkapan dalam bahasa Latin yang hingga kini masih kita rasakan eksistensinya. Ungkapan yang dicetuskan oleh seorang filsuf Perancis bernama Rene Descartes ini mempunyai makna, “Aku berpikir maka aku ada”. Melalui ungkapan tersebut, Descartes hendak mengajak kita untuk membuktikan sebuah kepastian bahwa keberadaan manusia di dunia ini adalah hal yang pasti.
Tentu spirit yang digaungkan YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan) melalui tema “Karena Menulis Aku Ada (KMAA)”, yang menjadi jargon penyemangat bagi para penulis yang tergabung di dalamnya; seolah hendak “menantang sekaligus mengajak” para pendekar literasi untuk melakukan aktivitas menulis secara beruntun dan tak terputus dalam rentang waktu 40 hari 40 malam.
Barangkali sampai di sini ada sebagian pembaca yang awalnya bersemangat menulis, tiba-tiba merasa kecut hati karena membaca rentang waktu 40 hari 40 malam yang ditawarkan! Sebab harus diakui bahwa menulis secara kontinyu selama sebulan lebih tentu tak semudah membalikkan kedua telapak tangan ini!
Saya pribadi sudah mengalami dan menjalaninya dalam keikutsertaan saya untuk beberapa kompetisi bermuatan “menulis tanpa jeda”. Hari-hari pertama biasanya masih kita jalani dengan penuh semangat. Satu minggu pun tak terasa akan terlewati begitu saja. Artinya kita sudah sukses melampaui jarak 1 minggu ini dengan baik.
Jika tantangan menulisnya berlangsung selama 15 hari, biasanya pada hari ke-11 dan seterusnya, semangat menulis yang awalnya tadi berkobar-kobar; lambat laun terasa mulai berkurang dan meredup! Barangkali di antara pembaca ada yang pernah mengalaminya sendiri, sehingga apa yang saya sampaikan ini bukan sekedar basa-basi, melainkan fakta yang memang nyata dan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Bila tantangan menulisnya diperpanjang sampai 30 hari, maka biasanya semangat yang mulai meredup itu akan kita alami setelah melewati hari ke-15 dan seterusnya. Kedengarannya mungkin lucu dan aneh, tapi sekali lagi memang demikianlah fakta dan pengalaman yang saya miliki.
Dan kali ini saya mengikuti tantangan 40 hari menulis tanpa jeda, yang artinya selama 40 hari 40 malam saya harus menulis dan terus menulis. Menulis bukan asal menulis lalu selesai, namun berusaha menulis dengan mengikuti tema yang sudah ditetapkan, yaitu “Karena Menulis Aku Ada”.
Sebenarnya bahan atau materi tulisan yang bisa diangkat jumlahnya tak terbatas dan telah tersedia di sekitar kita. Hanya saja untuk masing-masing penulis, akan mengambilnya melalui proses dan tujuan yang berbeda.
Ide tulisan bisa bermula dari secangkir kopi yang kita seruput di setiap pagi. Sembari menatap sang mentari yang mulai bersinar mengangkasa, maka secara perlahan namun pasti, kalimat demi kalimat kita pun mengalir mengikuti irama waktu yang terus melangkah menuju siang, hingga petang, dan akhirnya beristirahat dalam dekapan malam.
Ide tulisan juga bisa berawal dari kondisi komputer atau laptop kita yang tidak terlalu fit, sehingga harus beberapa kali disegarkan atau dihidup-matikan secara berulang. Semua berlangsung berirama hingga akhirnya kita hasilkan sebuah tulisan.
Ide tulisan juga bisa berasal dari kata-kata sakti atau dikenal juga dengan semboyan atau ungkapan para pemikir ulung dari seluruh dunia; pun dari para ahli, pejabat, artis, atau siapa saja yang kita temui hari itu.
Jika pada tulisan pertama ini saya menyebut nama filsuf Perancis bernama Rene Descartes; maka hal itu terjadi semata-mata karena saya merasakan bahwa apa yang pernah diungkapkan Descartes yang pernah hidup antara tahun 1596 hingga 1650 silam.
Jujur, ungkapan berbunyi Cogito Ergo Sum yang bermakna “Aku berpikir maka aku ada” ini sudah lama akrab di telinga saya sejak saya duduk di bangku SMA pada 1994 silam. Dan tidak berlebihan kiranya bahwa lahirnya tulisan ini pun terinspirasi dari tantangan yang diberikan oleh YPTD melalui program menulis 40 hari terbitkan buku gratis yang digagas Bapak Thamrin Dahlan dan keluarga besar YPTD pada peringatan HUT pertamanya.
Banjarmasin, 20 Agustus 2021
Salam takzim dari kota seribu sungai “Banjarmasin”