Bertemu jodoh

YPTD16 Dilihat

Berawal dari bulan Maret yaitu semenjak pandemi dimulai, dimulai juga menimba ilmu secara online di grup belajar menulis yang diampu oleh om Jay, blogger ternama Nasional. Meskipun WFH dilakukan, kreatifitas dan inovasi harus tetap berjalan. Grup belajar menulis secara online menjadi pilihan. Banyak materi penulisan yang dipaparkan di grup belajar ini. Semuanya dikupas tuntas oleh para penulis ternama Indonesia. Sebut saja Akbar Zainuddin dan Munif Chatib. Siapa sih yang tidak mengenal beliau berdua. Buku karangan beliau menjadi best seller di beberapa toko buku besar. Beliau berdua hanyalah sedikit dari narasumber yang memberi paparan di pelatihan menulis online ini. Masih banyak narasumber yang hebat dan ternama yang bersedia memberikan ilmunya tentang dunia penulisan. 

Menimba ilmu dari pakarnya langsung memang berbeda. Bahkan, seseorang yang belum pernah sekalipun menulis, setelah mengikuti pelatihan ini pasti akan terkena virus menulis dan mulai menulis. Awalnya pasti tidak lancar. Namun jika dilakukan secara rutin dan terus-menerus, menulis akan semakin lancar dan enak dibaca. 

Saya adalah salah satu peserta pelatihan menulis secara online ini. Dari awal mendaftar, saya tergabung dalam gelombang 8 pelatihan menulis. Setiap malam kami disuguhi materi penulisan yang berbeda dari para narasumber handal. Selesai materi, kami diminta om  memJay untuk membuat resume hasil pelatihan. Tidak mudah membuat resume. Karena harus mengambil intisari dari materi yang dipaparkan dan dikemas kembali ke dalam bahasa yang menarik dan enak dibaca. Hasil resume ini nantinya harus diposting di blog masing-masing agar dapat dibaca oleh orang lain dan dibukukan. 

Singkat cerita selama kurang lebih 1 bulan, sudah 30 materi dipaparkan oleh para narasumber. Blog juga telah terisi penuh dengan materi penulisan online. Sebelum masuk ke season 2 pelatihan menulis online, om Jay menginfokan agar setiap peserta membukukan hasil resume pelatihan yang telah didapatnya. Ini bukanlah suatu hal yang mudah. Karena bahasa blog haruslah berbeda dengan bahasa ketika tulisan menjadi buku. Sayapun meminta arahan kepada ibu Sri sugiastuti (kita mengenal beliau dengan Bu Kanjeng) untuk membimbing saya membukukan hasil tulisan saya di  blog. Ini karena beliau sudah sangat berpengalaman dalam membukukan hasil tulisan dari blog. Sudah banyak buku karya beliau yang terbit hasil beliau menulis di blog. Belajar dari profesional memang tidak pernah mengecewakan. Sayapun mendapat trik bagaimana harus mengemas dan menyajikan tulisan dari blog kedalam kalimat yang renyah dan lebih enak ketika dibaca. 

2 Minggu hasil resume yang terdokumentasikan di blog melalui proses editing. Ada beberapa hasil resume yang dikurangi, dan ada pula yang ditambah berdasarkan referensi yang sesuai. Setelah proses editing selesai, akhirnya jadilah naskah buku kumpulan resume pelatihan menulis online dibawah bimbingan om Jay dkk. Naskah buku berjudul “JURUS JITU MENULIS DAN BERPRESTASI” sebanyak 204 lembar dan terdiri dari 6 bab besar. Naskah ini mengupas tuntas tentang seluk beluk penulisan, penerbitan, pemasaran buku, dan hal lain yang berhubungan dengan kegiatan tulis menulis.

Kegiatan tak berhenti hingga disini saja. Naskah buku tidak akan sampai ke tangan pembaca jika belum diterbitkan dan dipasarkan. Awalnya, saya mencoba peruntungan untuk memasukkan naskah buku tersebut di penerbit mayor Andi. Dua bulan berlalu, namun belum ada kabar. Saya beranikan diri untuk menghubungi pihak penerbit Andi guna mengetahui kabar terbaru naskah saya. Konfirmasi dari pihak penerbit mengatakan jika naskah buku masih dalam antrian review oleh tim penerbitan. Selang seminggu kemudian, notifikasi email berdering. Kabar dari penerbit Andi tiba. Namun, keberuntungan sepertinya belum berpihak pada naskah ini. Usulan naskah belum bisa diterima. Mungkin karena sudah ada buku sejenis yang terbit sehingga naskah buku saya belum dapat diterima.

Tidak patah semangat, saya coba mencari info penerbit indie yang mungkin bisa menerima naskah buku saya. Banyak pilihan memang, namun harga yang belum terjangkau semasa itu menjadi pertimbangan. Akhirnya, naskah buku pun urung diterbitkan.

Beberapa bulan berlalu, naskah buku masih juga bertahan di file laptop. Agak sedih memang karena tulisan saya belum menemukan jodohnya. Saya buka gawai sembari mencari info penerbit indie dengan harga terjangkau. Mesin peramban, grup WA, dan grup telegram, saya kunjungi sembari membaca satu persatu postingan yang ada. Akhirnya, usaha membuahkan hasil. Satu postingan dari om Jay di grup WA menggiring saya untuk menghubungi seseorang. Pak Thamrin Dahlan namanya. Beliau adalah punggawa penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Dikatakan di postingan om Jay bahwa penerbit YPTD sedang mencari beberapa naskah yang bersedia diterbitkan secara gratis melalui penerbit tersebut. Kesempatan yang tidak boleh terlewatkan menurut saya.

Setelah perbincangan singkat dan hangat dengan pak Thamrin lewat WA, saya diminta untuk mengirimkan naskah lengkap yang telah sesuai dengan aturan penerbitan di YPTD melalui email. Tidak butuh waktu lama, 4 hari setelah naskah dikirimkan, ISBN telah keluar dan naskah siap dicetak. Kelengkapan buku seperti cover dan kata pengantar harus segera disiapkan untuk kelancaran penerbitan buku. Desain cover buku dibuat oleh pak Ajinatha yang memang ahli di bidangnya. Sedangkan kata pengantar diberikan oleh om Jay selaku mentor menulis pelatihan kami dan blogger nasional.

Naskah bukupun sudah lengkap. Proses cetakpun dapat segera dilaksanakan. Rabu, 30 September 2020, buku siap dicetak oleh YPTD melalui Buring Digital Print. Proses cetak tidak memerlukan waktu lama. Di hari itu juga, saya diberikan kabar bahwa buku saya sudah siap. Dua eksemplar buku nantinya akan dikirimkan YPTD ke masing-masing penulis, 1 eksemplar menjadi koleksi baru untuk perpustakaan YPTD dan 1 eksemplar lainnya akan dimasukkan ke Perpustakaan Nasional. Bagi penulis yang ingin memperbanyak bukunya, YPTD mengirimkan master file naskah buku kepada masing-masing penulis untuk dapat dicetak di penerbit manapun. Kelonggaran yang sangat menguntungkan bagi penulis kalau menurut saya karena buku ini dapat segera dinikmati oleh masyarakat luas. Dan akhirnya, rasa terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada pak Thamrin Dahlan dan YPTD atas bantuannya menerbitkan buku solo pertama ini. Tanpa YPTD, mungkin buku ini hingga sekarang masih menjadi file yang hanya dapat saya nikmati sendiri. Setelah sekian lama, jodoh saya akhirnya berlabuh pada YPTD.

Tinggalkan Balasan