Musibah di Perkebunan
Kami menyusuri jalan kecil menuju perkebunan. Agak licin. Dan lagi- lagi aku menyesal karena salah mengenakan sepatu. Aku terpaksa bertelanjang kaki atau nyeker. Kujinjing sepatu high heelsku.
Dengan hati-hati aku mengikuti Pras. Tak jarang aku minta bantuannya ketika melewati jalan yang licin. Dia dengan sukarela mengulurkan tangan kanannya atau menggandengku.
**
“Tahan dikit ya, mbak. Ini pasti akan terasa lebih sakit…”
Saat mengelilingi perkebunan, kakiku sempat terkilir dan bengkak. Sakit minta ampun. Aku berjalan sambil dipapah Pras. Tentu tak bisa cepat langkahku padahal hari mulai petang.
“Aku gendong saja ya, mbak. Keburu malam…”
Tak ada pilihan lain. Aku digendong Pras. Dibopongnya tubuhku. Aku hanya bisa pasrah. Kulingkarkan kedua tanganku pada bahunya.
“Maaf, aku ngerepoti…” bisikku.