Apakah Anda pernah menghadapi jalan buntu ketika mengunjungi satu kota? Bagaimana perasaan Anda saat itu? Apakah panik, cemas atau takut? Apa tindakan Anda kemudian? Mencoba bertanya? Bagaimana kalua tidak bertemu siapapun? Belum lagi tidak ada jaringan telekomunikasi. Sempurna. Keputusan terbaik adalah manfaatkan potensi di sekitar Anda. Dalam mengembangkan konten tulisan, strategi ini bisa menjadi senjata rahasia agar tulisan tidak berhenti.
Tuliskan tentang keluarga
Jika kegiatan menulis menemui jalan buntu seperti ini, lalu tidak ada tempat untum mencari informasi sama sekali, maka gunakan diri Anda sebagai sumber ide. Mulai dari mencoba menuliskan tentang keluarga Anda sendiri. Semua keluarga memiliki beberapa karakter yang menarik dan beragam. Manfaatkan ini dan Anda akan memiliki beberapa narasi eksotis pada naskah Anda.
Tuliskan tentang keluarga Anda dalam kalimat singkat. Bisa mengikuti pola menulis rata-rata enam kata tiap kalimat.
Saya memiliki keluarga kecil. Satu istri yang manis dan paling cantik. Itu versi saya hehehe. Istri bekerja sebagai ASN di kantor Dinas Kesehatan. Setiap pagi pukul 07.30 berangkat kerja naik angkutan umum. Jaraka rumah ke kantor kira-kira 10 km, ditempuh selama kurang lebih 15 menit. Pukul 16.00 istri tiba kembali di rumah. Selanjutnya istirahat sejenak, lalu mengerjakan tugas harian sebagai ibu rumah tangga.
Saya sendiri adalah seroang guru ASN. Mengajar bahasa Inggris di salah satu SMA negeri. Kira-kira setengah kilometer jauhnya dari gubuk kami. Pukul 06.45 meninggalkan pusat nafas. Saya biasa berangkat kerja mengendarai kuda besi orange. Si kuda besi saya bermesin matic. Tinggal ON Tarik gas, berangkat. Kalau beruntung, pukul 14.00 saya sudah ada di rumah. Menikmati makan siang ala kadarnya disuguhi bukit Burake yang kokoh. Jika kurang beruntung oleh karena ada tugas tambahan, saya akan tiba di rumah pukul 19.00.
Lalu keluarga kecil juga tentunya ada bumbunya. Apakah itu? Puji Tuhan, saya mendapat karunia dua orang anak. Sejauh ini ya. Anak pertama adalah seorang putra. Saya biasa melabelinya dengan my pretty boy. Saat ini ia duduk di bangku kelas II SD.
Beberapa hari yang lalu, anak kedua saya menyapa dunia. Ia seorang gadis mungil nan manis, secantik ibunya lagi. Pasti dong….
Ada yang unik atas kelahiran putri saya. My pretty boy tidak menerima kehadiran sang adik. Kok bisa? Alasannya, putra saya takut tidak mendapat kasih sayang dari bapaknya. Itu katanya. Di malam pertama sang adik tidur manis di kamarnya, sang kakak menulis kalimat singkat untuk saya. Ia menuliskannya di atas selembar kertas folio. Bunyinya demikian: Bapak kenapa sayang adik?
Beberapa tetesan salju mencair menetes di pipinya. Bendungan kokoh seolah tak tahan menahan terpaan air. Saya dekati dan memeluknya sambil bercerita tentang adiknya, ibunya dan kasih sayang. Beberapa pertanyaan masih menghantuinya. Hingga akhirnya ia yakin bahwa sang bapak menyayangi keduanya. Sama, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih.
SELESAI
Inilah yang saya lakukan jika buntu dalam menulis. Saya yakin Anda punya beberapa momen indah dalam keluarga Anda. Tuliskanlah dan Anda akan bertanya pada diri Anda, “Apakah ini benar-benar terjadi?”
Meminjam momen
Pada contoh tulisan di atas, saya menggunakan empat momen untuk mengembangkannya. Momen istri, saya dan kedua anak saya. Jadi, pinjam beberapa momen dari kehidupan nyata Anda dan ubah menjadi premis yang dapat menggerakkan konten buku. Anggaplah bagian ini sebagai pelindung atas kebuntuan mendapatkan ide.
Jangan lupa, setiap karakter utama dalam sebuah buku membutuhkan keinginan dan tujuan. Berikan tujuan ini kepada protagonis Anda, dan tentukan taruhan yang ingin mereka dapatkan untuk mendapatkannya. Dengan kata lain setiap judul dan sub judul memiliki tujuannya sendiri. Jadi, tuliskanlah dan menulislah.