New Orleans: The Improbable City

Wisata117 Dilihat

Dari Los Angeles, kembara saya di negeri Paman Sam dilanjutkan dengan mampir ke New Orleans, ibu kota negara bagian Lousiana yang sering juga disebut NO.  Perjalanan dari Barat ke Timur ini transit sejenak di Dallas, Texas yang kala itu sedang dilanda musim panas.

New Orleans terkenal sebagai kota musik Jazz, dimana banyak terdapat hiasan dengan tema musik Jazz termasuk patung Loius Amstrong di Bandara NO yang juga bernama Bandara Louis Amrstrong.  Untuk menuju ke hotel, saya naik shuttle service dengan membayar 17 USD per orang.

Salah satu tempat menarik di New Orleans adalah kota tua yang bersejarah yang disebut French Quarter.  Di sini, hamir semua bangunan sangat khas dan selain menunjukkan eninggaln Perancis, banyak juga bukti sejarah bahwa Spanyol ernah berkuasa di Louisiana.  Dinamika sejarah lah yang meyebabkan kawasan ini kemudian beralih menjadi wilayah Amerika Serikat.

Setelah berjalan santai menikmati bangunan antik dan bersejarah di French Quarter, saya menuju Jackson Square yang dengan mudah ditandai karena di dekatnya terdapat bangunan yang menjadi ikon kota New Orleans, yaitu St. Louis Cathedral.

Selepas Jackson Square, maka sungai Mississippi pun sudah memanggil. Kilasan cerita “The Adventure of Tom Sawyer “ karangan Mark Twain yang mengambil setting di sungai besar ini kembali dalam ingatan saya. Di hadapan saya terhampar sebuah sungai yang maha lebar, mungkin lebih sekitar dua kilometer jarak satu sisi ke sisi di seberang sana. Konon , sungai ini menempati urutan keempat terpanjang di dunia.

Baru pada tahun 1970 an ketika Walikota New Orleans , Maurice “Moon” Landrieu melakukan restorasi besar-besaran dengan membuat semacam “promenade” atau tempat pejalan kaki di tepi sungai ini. Dengan demikian, akses langsung ke Jackson Square pun terbuka kembali .

Karena itulah tempat pejalan kaki dimana kita dapat memandang hebatnya sungai Mississippi dinamakan “Moon Walk”.

The Moonwalk was constructed replacing a cargo wharf and shed that occupied this site. It represented the first step in the city’s efforts to reclaim the riverfront for the enjoyment of all citizens and visitors”. Inilah nukilan plakat yang tertera pada prasasti yang menghiasi tangga menuju Moonwalk dari Jackson Square.

Sambil duduk di salah satu bangku besi yang ada di situ, saya memandang ke kapal uap yang lewat sambil membawa ratusan wisatawan yang riang gembira. Kapal uap ini dulunya melayari sungai besar ini dan menjadi urat nadi perekonomian dan juga politik di Amerika Serikat. Di beberapa tempat, pemusik jalanan juga asyik memainkan alat musik dengan nada jazz, sebuah topi digelar dilantai dimana para wisatawan yang lalu lalang menaruh uang logam ataupun lembaran satu Dollar.

Nun di kejauhan , juga tampak sebuah jembatan yang membentang menuju tepi barat New Orleans yang disebut kawasan Algiers. Di dekat jembatan, juga terdapat kapal ferry yang secara rutin menyeberangi sungai Mississippi.

Setelah menunggu kira-kira 10 menit, ferry pun berangkat dan tidak lama kemudian saya sudah berada di tepi barat New Orleans.

“Welcome to Historic Algiers the Heart of New Orleans” demikian papan besar yang berdampingan dengan iklan tentang Mardi Gras menyambut kedatangan di Tepi Barat. Terasa sekali perbedaan yang mencolok di antara ke dua tepi sungai Mississippi ini. Di tepi barat, suasana kampung sangat terasa, seakan-akan kita kembali ke abad ke 19. Tidak ada bangunan pencakar langit, yang ada hanyalah rumah-rumah kayu dari abad ke 19.

 

Di sebuah taman , saya kembali tertegun melihat patung seseorang yang sedang memainkan trompet. Ternyata ini adalah patung Louis Armstrong. Sebuah plakat menjelaskan riwayat hidup anak emas Kota New Orleans yang dilahirkan pada tahun 1901 ini.

Louis Arnstrong kita tentunya bukanlah sang astronot, dia adalah seorang pemusik jazz tepatnya seorang solois trompet. Uniknya walaupun dilahirkan pada 4 Agustus, dia selalu merayakan hari jadi pada 4 Juli, bersamaan dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat.

Oleh penggemarnya dia disebut sebagai ‘King of Jazz” dan juga sempat dinobatkan sebagai “King Zulu” pada Parade Zulu Mardi Grass tahun 1949. Amstrong meninggal pada 1971 dan namanya diabadikan menjadi nama Bandara Internasional New Orleans.

Namun di sebuah taman saya melihat sebuah peringatan dan air mancur bertuliskan New Orleans The Improbable City yang sekilas menceritakan tentang sejarah New Orleans beserta dengan nasibnya yang malang, termasuk kisah tentang Topan Katrina yang meluluhlantakan New Orleans dan sekitarnya ada 2005 lalu.

Walau 5 tahun telah berlalu, bukti dan nestapa bencana alam maha dahsyat itu masih terasa hingga kini.

New Orleans, Agustus 2010

 

Tinggalkan Balasan