Gelisah Karena Keinginan Tak Kunjung Tercapai

Terbaru23 Dilihat

Keinginan merupakan sesuatu yang menjadi beban pikiran, menjadi kehendak yang harus diwujudkan. Setiap orang punya keinginan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Saya sebagai seorang ibu rumah tangga, mengemban amanah sebagai guru, tentu saja memiliki berbagai keinginan. Keinginan tersebut membuat saya gelisah berkepanjangan, ibarat kata pujangga, tak enak makan, tak enak tidur.

Saya pernah mempunyai keinginan besar, mungkin bagi orang lain hanya sebatas mimpi. Keinginan itu adalah  kenyamanan kerja dan kesejahteraan rekan-rekan saya disalah satu wadah. Bagi saya sendiri, kedua hal tersebut sudah terpenuhi karena saya memiliki pekerjaan tetap dengan kondisi nyaman ditempat bekerja. Artinya, saya berjuang bukan untuk diri saya sendiri. Berbeda sensasinya ketika kita mengabdi tanpa digaji, dengan mengabdi diberi gaji. Dimanakah perbedaannya?

Ketika kita benar-benar mengabdi tanpa gaji, maka kita terlepas dari beban politis, beban kepentingan dan sebagainya. Mengabdi dengan imbalan gaji, membuat kita bisa kehilangan idealisme, bahkan minim kreatifitas, hanya sekadar menunggu apa perintah dari para petinggi. Selain itu, kita bisa kehilangan hati nurani, kehilangan empati, karena kita menganggap telah melakukan sesuatu dengan sangat benar tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Masalah timbul ketika keinginan saya tidak sejalan dengan pihak-pihak yang memiliki power lebih kuat. Maka, solusinya adalah saya keluar dari cangkang. Keluar dari cangkang yang saya maksud adalah melepas dengan ikhlas apa yang diamanahi kepada saya selama ini. Saya keluar dari cangkang emas yang saya kuatirkan bisa membuat saya bertindak tidak adil kepada orang lain, semena-mena, hanya demi mewujudkan keinginan sebagian pihak. Ketika sesuatu bertentangan dengan nurani, maka berhentilah sejenak, barangkali ada yang salah dengan proses yang dijalani.

Usai keluar dari cangkang tersebut, pikiran saya semakin tenang, tidak lagi dibebani berbagai kemungkinan ketidakadilan yang bisa jadi saya ikut serta didalamnya. Prinsip saya hanya satu, lebih baik tidak menjadi apa-apa, daripada berbuat tidak adil kepada orang lain, apalagi kalau sampai melakukan kezaliman. Tidak ada gunanya jabatan yang saya sandang, jika tidak membawa manfaat. Saya harus menimbang-nimbang, lebih besar manfaat atau mudharatnya. Ketika manfaatnya lebih besar, maka saya jalan terus. Sebaliknya ketika mudharatnya lebih besar, tanpa beban saya lepaskan.

Hikmah luarbiasa yang saya dapat dari keputusan tersebut adalah saya lebih memiliki banyak waktu untuk mengembangkan potensi diri. Dunia tulis menulis yang sempat saya abaikan, bersemi kembali dimasa pandemi, seiring dengan keputusan saya keluar dari cangkang emas. Kini, saya sedang fokus untuk menyelesaikan naskah buku solo ketiga, disamping  mengikuti kegiatan Guru Motivator Literasi yang diadakan oleh Forum Indonesia Menulis. Berani mengambil keputusan itu mudah, jika kita tidak dibebani oleh berbagai kepentingan. Sebaliknya, jika masih sarat dengan kepentingan, maka akan berat untuk mengambil keputusan. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.

Tulisan ini didedikasikan untuk Forum Indonesia Menulis (FIM) sebagai salah satu penugasan dalam Training Of Coach (TOC), Guru Motivator Literasi (GML) 2021.

#semuabisamenulis

#gurumotivatorliterasi

#forumindonesiamenulis

#gurumotivator

#majukanliterasiindonesia

Tinggalkan Balasan

1 komentar