Memaksakan Diri Menulis

Artikel ke 38
Memaksakan Diri Menulis

Pada dasarnya kalau semua sudah diatur dan direncanakan dengan baik, maka tidak ada alasan memaksakan diri untuk menulis. Dari awal BAB Motivasi Menulis, sudah disajikan apa saja yang memotivasi dan menurunkan motivasi menulis. Artinya, secara sistematis itu bisa diterapkan.

Jadi, tidak ada alasan untuk memaksakan diri untuk menulis. Memaksakan diri untuk terus menulis salah satu hal yang bisa menurunkan motivasi menulis. Menulis itu karena motivasi bukan karena dipaksakan.

Dengan memaksakan diri, artinya menuntut atau meminta diri sendiri melakukan sesuatu secara paksa atau tidak sesuai dengan keinginan hati sendiri. Jangan melakukan sesuatu karena terpaksa, lakukanlah sesuatu karena termotivasi untuk melakukannya dan tahu manfaatnya.

Anda mungkin pernah berpikir semakin sering menulis, maka semakin tinggi pula motivasi Anda untuk menulis. Tapi,terlalu memaksakan diri untuk terus menulis ketika ingin istirahat juga bukan pilihan terbaik.

Bagi penulis pemula, ide-ide untuk menulis tidak bisa dipaksa untuk muncul dan hanya bisa muncul dengan sendirinya ketika terlintas di pikiran. Tapi, hal seperti itu tidak sepenuhnya benar, tidak ada yang muncul dengan sendiri, semua hasil rekayasa pikiran.

Penulis harus memikirkan ide menulis, yang bisa diambil dari suasana atau lingkungan sekitar, masalah-masalah kehidupan yang belum selesai, pengalaman maupun masa depan yang diimpikan. Ide itu muncul ketika motivasi untuk menulis ada, tanpa ada motivasi untuk menulis tidak sekonyong-konyong ide akan datang.

Selama pikiran Anda jernih dan tenang, maka ide menulis akan mengalir dengan sendiri. Ketika Anda sedang banyak pikiran, janganlah terlalu memaksakan diri untuk memikirkan ide-ide menulis, lebih baik tenangkan pikiran lebih dulu sebelum Anda memulai untuk menulis.

“Saya ingin melakukan sesuatu yang indah … Sesuatu yang heroik atau luar biasa yang tidak akan terlupakan setelah saya mati … Saya pikir saya akan menulis buku.”_LOUISA MAY ALCOTT

Apa yang dikatakan Louisa diatas, adalah cara dia memotivasi dirinya untuk menulis sebuah buku. Dia bangun imajinasinya tentang sebuah keindahan, tentang sesuatu yang heroik, hanya untuk memunculkan gairah untuk menulis buku.

Masing-masing penulis tentunya punya cara yang berbeda dalam membangkitkan motivasinya untuk menulis. Tapi, membayangkan sesuatu yang asyik dan membuat Anda bergairah, adalah cara yang terbaik untuk membangkitkan motivasi. Secara positif hal yang demikian akan membuat Anda ‘enjoy’ dalam menulis.

Menulis jangan terbebani oleh berbagai hal yang akan membuat motivasi Anda hilang. Menulis harus dilakukan dengan perasaan yang riang dan gembira, sehingga apa yang dituliskan akan mengalir begitu saja tanpa ada hambatan.

Lain soal kalau menulis hanya menjadi sarana untuk curhat, dan menumpahkan berbagai kekebalan di dalam hati. Tapi, hal seperti itu akan diterima pembaca apa adanya. Kalau curhat Anda menginspirasi ya, maka pembaca akan suka, sebaliknya, kalau isinya Cuma kecengengan Anda, tidak ada manfaatnya bagi pembaca.

Berikanlah kesan yang baik dan positif bagi pembaca, dan hal seperti itu tidak akan bisa Anda lakukan dalam keadaan terpaksa. Sebuah keterpaksaan hanya menjadi beban Anda, dan membuat Anda menjadi tidak produktif.

“Tidak rendah diri saat gagal” dan “tidak tinggi hati saat sukses” adalah sikap orang sukses yang sejati. Karakter positif itu harus dipertahankan.” – Andrie Wongso

Tinggalkan Balasan