Kuyakin Prahara Akan Berakhir (2)

KMAA#29

Setelah ‘mbangun nikah’ itu dilakukan, hati rasanya lega. Beban berat berangsur-angsur hilang. Masalah demi masalah mulai terurai dan menemukan jalan keluarnya. Hubungan kami berdua, aku dan Mas Aro mulai membaik. Ceramah dan nasihat yang diberikan Ustadz Ali Mustofa betul-betul meresap dan menusuk relung hati dan mencerahkan apa yang sebelumnya mengganjal dan membutakan mata hati kami. Urusan dunia tak perlu dibawa pikiran hingga ingin bercerai apalagi mati, minggat atau lari dari tanggung jawab sebagai seseorang yang memiliki iman.

Seseorang yang beriman tentu akan diuji oleh Allah, agar dia menjadi lebih beriman. Allah akan menguji hambaNya agar mereka bertaqwa dan menjadi mulia. Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah 155 – 157 yang artinya, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. yaitu orang-orang yang ditimpa musibah mereka berkata ‘Inna lillahi wainna ilaihi rojiun. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ya, Allah. Astagfirullah..ampuni hambamu. Selama ini aku sangat mengejar dunia hingga aku lupa akan sentilanMu bahwa Engkau akan menguji setiap hambaMu agar bersabar dalam menghadapi ujian supaya mendapatkan petunjuk dan rahmat. Bukannya lari dari ujian dan menyalahkan nasib apalagi berburuk sangka padaMu, kenapa di usia muda perkawinan kami begitu banyak masalah yang harus kami hadapi, dan nyaris berujung dengan perceraian. Naudzubillahi min dzalik. Saat keberadaan Tuhan mulai jauh dari hati dan pikiran, beratnya cobaan hidup membuat orang rela berbuat apapun demi meringankan beban yang dipikul.

Ya Allah, hamba pernah berbuat dholim pada diri hamba sendiri. Saat itu aku tak punya uang untuk sekedar beli susu dan makan untuk hari itu. uang yang aku punya tinggal beberapa ribu saja. Aku pergi ke warung belanja dengan niat untuk belanja seikat sayur dengan uang yang seadanya. Namun entah mengapa setan membisikiku dari segala penjuru hati, agar aku mencuri beberapa belanjaan ikan, dan beberapa sayur ke dalam tas belanjaan yang sengaja aku tempatkan di pojok warung agar saat pulang nanti aku bisa membawanya tanpa aku membayar pada ibu si pemilik warung. Memang warung belanja ini sangat ramai pengunjungnya dan pembeli boleh ambil swalayan barang yang akan dibeli, lalu menuju pemilik untuk dihitung jumlah uang yang harus dibayarkan.

Sebenarnya hati kecilku menolak dan takut dosa. Namun sisi hatiku yang lain membisikan dan merayu-rayu untuk ambil, ambil dan ambil. Toh keadaan ramai dan tak ada orang yang memperhatikan. Mereka sibuk dengan urusan belanja masing-masing, ini kesempatan besar tak akan ketahuan. Ayolah..setan itu terus berbisik di hatiku.

Tapi Allah Maha Melihat apa kita lakukan. Dan hasil curian tidak akan berkah, tidakĀ  menjadi nikmat bila kita makan, dan menjadi daging dan darah yang haram di dalam tubuh. Maka, tidak akan diterima ibadah kita bila tubuh kita haram hukumnya.

Tapi kamu perlu makanan ini. Anakmu perlu makan. Ambilah. Apakah kamu tega memberi makan anakmu dengan nasi dan garam saja? Mereka perlu gizi.

Tapi apakah kamu juga tega memberi makan anakmu dengan hasil curian, makanan yang haram? Mereka teracuni dengan sifat buruk dan cela?

Dua sisi hati saling berbisik. Satu bisikan buruk yang terus menggoda, satu bisikan lagi mengingatkan akan dosa. Namun bisikan setan lebih kuat dan menang, yang akhirnya aku mencuri demi bisa memberi makan yang layak untuk anakku. Astaghfirullahal adzim. Dan ini kuulang dua dan tiga kali di warung yang sama pada hari yang lain. Meski sudah diingatkan oleh sisi hatiku yang baik, namun dengan sadar ini kulakukan.

Sampai suatu saat, ketika aku ketahuan mencuri di salah satu toko swalayan, dan aku diinterogasi, suamiku dipanggil dan aku harus membayar denda puluhan kali lipat dari barang sekaleng susu kental manis yang aku ambil. Duuh..Ya Allah betapa malunya aku, harus bertanda tangan mengakui kesalahanku yang harus kutulis di atas kertas bermeterai di hadapan Mas Aro sebagai saksi atas perbuatanku. Bukan uang denda yang aku sesali, tapi nama baik kami dan tentu saja perbuatan yang harus aku pertanggungjawabkan di akhirat nanti. Mungkin ini juga salah satu penyebab doa-doa yang kupanjatkan tak dijawab Allah, karena raga ini teracuni dengan perbuatan haram.

bersambung…

Tinggalkan Balasan