Perjalanan Spiritual Bekal Spritual

Islam, Wisata, YPTD236 Dilihat

PERJALANAN SPIRITUAL, BERBEKAL SPIRITUAL

Banyak perjalanan atau rihlah yang telah kita lakukan, baik yang bersifat lokal atau internasional, semua mempunyai kesan dan pesan tersendiri. Hakekat perjalanan adalah menemukan Sang Maha. Ketika kita mengunjungi pegunungan, menyaksikan hamparan hijau yang indah dan kelokan sungai yang sangat mengagumkan harapannya adalah terbukanya kesadaran akan sang pencipta keindahan tesebut. Atau Tatkala melihat lautan yang luas dan desiran ombak yang dengan irama yang teratur yang mengombang ambingkan perahu besar dan kecil, kita tersadarkan akan Al-Khaliq (Sang Pencipta) yang Maha dasyat itu, kemudian kita merenung tetang hakekat diri, bahwa kita ini begitu kecil, sangat kecil dari hamparan ciptaanNya.

Itulah harapan dari setiap perjalanan yang dilakukan oleh seseorang. Apalagi perjalanan tersebut menuju Rumah-Nya.  Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ، الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى

“Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga masjid: Al-Masjid Haram, Masjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan Masjid Al-Aqshaa” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1189 dan Muslim no. 3364].

Ketika berada di Rumah-Nya kita akan merasakan sangat dekat dan begitu dekat. Maka perjalan menuju Baitullah adalah perjalanan yang sarat akan nilai-nilai spiritual.

Dua Masjid yang saat ini ramai dikunjungi oleh jutan manusia, Yaitu Masjid Al-Nabawi dan Masjid al Haram. Masjid Al-Nabawi, selain tempat bersemayam jasad Nabi Muhammad dan para sahabatnya, juga mempunyai keutamaan :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394, dari Abu Hurairah)

Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

Begitu juga dengan Masjid Al-Haram, Banyak Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173) .

 

Bukan hanya sholat, yang dilakukan di dua Masjid ini. Di Masjid Al-Haram, merupakan tempat pelaksanaan ibadah terbesar umat Islam yaitu haji. Ibadah yang tidak hanya bergantung pada kemampuan fisik belaka, tetapi seluruh potensi, baik fisik, mental (jiwa) dan materil sangat di butuhkan dalam perjalanan tesebut. Sehingga perjalanan yang benar-benar syarat nilai-nilai spiritual harus di persiapkan dengan sebaik-baiknya. Perjalanan spiritual, juga harus dibekali dengan bekal spiritual. Haji menurut Said Hawa, merupakan pembiasaan jiwa melakukan sejumlah nilai, seperti pasrah dan menyerhkan diri kepada Allah, saling menolong dan berkenalan, serta melaksanakan syiar-syiar ketundukan kepada Allah, semua memiliki dampak pada penyucian jiwa dan spiritualitas seseorang.

Bekal spiritual, jauh lebih utama dari bekal materil, walaupun bekal materil juga tidak bisa dikesampingkan. Merujuk pada surat al-Baqoroh

 

  1. Amalan-Amalan untuk Menguatkan Bekal Spiritual
  2. Biasakan Sholat 5 Waktu Berjamaah

Sholat secara bahasa berarti doa dan secara istilah serangkaian ibadah tertentu atau khusus yang di awali dengan Takbir dan diakhiri dengan salam. Dalam kontek spiritual, bahwa sholat adalah hubungan antar makhluk dengan sang Kholik (Dan dirikanlah sholat untuk mengingatKu).

Maka setiap sholat yang kita lakukan adalah gerakan menuju Allah SWT. (As Sholatu Mi’rajul Mu’min).Ada kisah Sahabat yang dicabut panahnya saat sedang sholat, sehingga rasa sakitnya berkurang, karena sedang menikmati puncak spiritual dalam sholatnya.

Ibadah sholat adalah ibadah yang sangat ditekankan dalam nash-nash al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi SAW. Seperti dalam awal surah al Baqoroh, Allah SWT menyatakan bahwa ciri pertama orang yang bertakwa adalah mendirikan sholat (Al-Baqoroh : 3)

Dalam riwayat-riwayat hadist banyak sekali kita temukan tentang keutamaan sholat. Seperti hadist riwayat Ubadah bin Shomit. Dia mendengar Rosulullah SAW bersabda : Allah mewajibkan sholat fardhu lima kali. Barang siapa yang melaksanakannya maka Allah SWT tidak akan menyia-yiakan ganjarannya, serta Allah telah berjanji akan memasukannya ke surga. Akan tetapi bila seseorang meninggalkannya Allah SWT tak menjanjikan apapun untuknya. Apanila Dia berkehendak, Dia mengampuninya (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

Setiap bacaan Al-Fatiha yang kita baca, di sambut oleh Allah SWT. Dalam hadist, Nabi Muhammad SAW  bersabda : (Lih. Kitab Syarful Ummah Muhammadiyah)

Keutamaan sholat berjamaah, Apa lagi di Tanah Haram, yang pahalanya berbeda dengan di Tanah Air kita.

  1. Berdzikir dan Membaca Al-Qur’an
  2. Perbanyak Zakat, Infak dan Shodaqoh
  3. Melatih Hati dari Penyakit Hati
  4. Meningkatkan amalan-amalan sunnah

[10/10 10:42] Tablet Kantor: Pelayan itu orang yang berusaha melayani kebutuhan orang lain  demi tercapainya kepuasan orang   yang dilayani.

 

Sebuah kehormatan bisa menjadi pelayan tamu Allah. Tiga komponen yang harus dipegang dalam melayani tamu Allah SWT.

 

_Pertama_ : Berkhidmat untuk tamu Allah adalah *_Syarafun Lana_* (  شرف لنا  ) bahwa melayani jamaah haji yang merupakan duta-duta atau Tetamu Allah adalah sebuah kemuliaan yang tidak semua orang mendapatinya. Berbahagialah karena pelayanan kita untuk TetamuNya diganjar kemuliaan. Dan memuliakan Tetamu Allah berarti kita telah memuliakan Allah.

 

_Kedua_ : Melayani tamu Allah adalah sebuah *_Amanah_* (  اما نة  ) yang harus dilakukan dengan sepenuh hati, sepenuh cinta dan penuh rasa syukur. Motto kami melayani dengan hati, cinta dan syukur.

 

_Ketiga_ : Melayani Tetamu Allah adalah _*Mas-uliyatun*_ (مسؤولية  ) atau Tanggungjawab, sehingga pelayanan harus dilakukan dengan semaksimal mungkin, walau blm sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Usaha menuju pelayan yang terbaik, harus terus diupayakan, pelayanan kecil yang kita lakukan utk Tetamu Allah akan diganjar dengan ganjaran yg luar biasa disisi Allah.

 

Melayani jamaah bersifat universal. Mulai melayani ibadah, akomodasi, transportasi, kesehatan serta makan dan minum. Orang-orang dahulu berlomba-lomba memberikan palayanan  khusus kepada setiap jamaah  yang datang, yang merupakan tetamunya Allah. _*Al Hujjaj wal Ummar Wafdullah*_ (Para haji dan orang yg berumrah adalah duta atau tetamunya Allah).

 

Dalam sejarah, pelayan tamu Allah disebut dengan *_”siqoyata al-hajj”_* (Pelayan Minum) kepada tamu-tamu Allah SWT. Pada masa Abdul Mutholib istilahnya _ar Rifadah_ (Memberi Makan) terhadap jamaah haji yang datang dari segenap penjuru dunia kala itu.

 

Pada masa Bani Hasyim, _siqoyatul hajj_, mengambil air minum dari tempat yang jauh dan membagikannya kepada tamu-tamu Allah. Hal ini dilakukan karena kota Makkah kering dan tandus, sulit untuk mendapatkan air, bahkan Bani Hasyim juga menyediakan makanan-makanan bagi jamah haji, Hasyim pernah berkata : _Wahai kaum Qurasyi, kalian semua tetangga Tuhan,  penjaga rumahnya dan tanah suci, mereka yang datang berziarah adalah tamu Tuhan dan pengunjung rumah-Nya.Mereka itulah tamu yang patut dihormati. Pada musim haji sediakan makanan dan minuman sampai mereka pulang kembali.  BILA HARTA SAYA sendiri mencukupi, saya tidak akan membebani kalian semua_

 

Kakek Nabi SAW Abdul Mutholib melanjutkan kebiasaan baik ini, bahkan kadang ia memasaknya sendiri dan bukan hanya jamaah haji yang diberi makan, hewan-hewan ternak dan binatang-binatangpun mendapat bagiannya.

 

Dalam hadist shohih,  bahwa Abbas putra Abdul Mutholib RA. Meminta izin kepada Nabi SAW untuk memberi pelayanan ( _siqoyatu al hajj_ ). Dan  Nabi SAW, mengizinkan, pada waktu itu adalah hari Tasyrik, jamaah haji sedang berkumpul di mina. Dari Ibnu Umar RA, beliau mengatakan : al Abbas Ibnu Abdul Mutholib memohon ijin kepada Nabi SAW agar diperkenankan menginap di Makkah beberapa hari pada hari mina (Ayyamu Tasrik), hanya semata-mata memberikan pelayanan terhadap jamaah haji, kemudian Nabi SAW mengizinkannya.

 

Pada keberangkatan kali ini, demi mewujudkan pelayanan terbaik

*PT. Sahara Kafila Wisata* memberangkatkan 2 petugas walau jumlan jamaah hanya 40 jamaah dan paketnyapun super promo.Ini sebagai bukti komitmen kami, untuk melayani jamaah sepenuh hati sedalam cinta.

 

Melayani tamu Allah bukan hanya menjadi tugas travel. Semua jamaah haji berkesempatan mengambil tempat mulia ini, dengan banyak melakukan kebaikan kepada sesama jamaah, seperti, menolong jamaah yang tua, memberi penjelasan atau mengingatkan jamaah yang lupa dan bisa juga berbagi makanan bawaan dari tanah air. Semua kebaikan yang kita lakukan bagi orang lain adalah pelayanan termulia.

 

M.Lutfi Abd Rahman

Pelayan Tamu Allah

 

Tinggalkan Balasan