Ternyata, tak hanya pembelajaran yang memakai system tatap muka, sistem pembayaran juga dapat dilakukan dengan tatap muka alias COD. Cash on Delivery (COD), merupakan salah satu jenis pembayaran yang digandrungi konsumen akhir-akhir ini. Sepertinya, sistem pembayaran ini praktis ya, tinggal pilih barang yang diinginkan, cek harga, kli, jadi deh. Tapi, sebentar, jangan-jangan nanti malah jadi bumerang ketika meleset dari apa yang diharapkan. Ibarat kata anak-anak muda, realita tak sesuai ekspektasi. Apa saja yang menjadi kelebihan sistem pembayaran COD?
Hal yang paling menguntungkan bagi konsumen adalah pembayaran langsung setelah barang diterima, artinya konsumen tidak harus transfer sejumlah uang di awal. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan barang yang dipesan, maka konsumen bisa membatalkan transaksi. Selain itu, konsumen terhindar dari aksi tipu-tipu yang masih mewabah dunia belanja online. Namun jangan lupa, setiap sistem ibarat dua sisi, memiliki kelebihan plus kelemahan.
Kelemahan sistem pembayaran COD terutama adalah ketika konsumen melakukan komplain, baik terhadap mutu, maupun tentang lambatnya barang sampai. Maka, ketika konsumen mengeluhkan ini dan itu, yang ketiban apesnya adalah kurir. Terlebih ketika berhadapan dengan konsumen yang super galak, hingga kadang-kadang sang kurir berharap memiliki ilmu meringankan tubuh, supaya nggak berat-berat amat mendengar caci maki, (Terinspirasi dari cerita silat Kho Ping Hoo). Apakah masyarakat kita benar-benar telah memahami transaksi dengan sistem COD?.
Beberapa kasus terkait belanja dengan sistem COD, ternyata semata-mata akibat kurangnya pemahaman konsumen tentang apa dan bagaimana COD. Jika barang yang dibeli tidak sesuai dengan yang diterima, maka konsumen dapat mengembalikan ke toko penjual. Atau ketika barang yang dibeli terlalu lama “Jalan-jalan”, sampaikanlah kepada penjual lewat testimoni. Jangan marah-marah dong ke kurir, apalagi sampai main fisik. Kasihan kan abang-abang kurir apalagi belum sempat belajar ilmu bela diri dan rada-rada takut berhadapan dengan semburan umpatan melebihi dahsyatnya semburan lumpur Lapindo.
Bagi abang-abang kurir, jika bertemu konsumen yang bikin gak enak hati, sing sabar ya, sebab masyarakat kita masih sangat butuh edukasi belanja secara online. Sepertinya abang-abang kurir harus menyediakan stok sabar yang berlebih. Meski, barangkali netizen yang membaca tulisan saya ini berujar, “Tak semudah itu Ferguso”. Saya hanya mencoba menjembatani kasus yang sering dialami oleh kurir ketika bertemu dengan konsumen yang bisa memicu naiknya tekanan darah.
Dari beberapa kasus yang akhirnya menjadi viral, saya juga berharap pada netizen, tolonglah jangan membully konsumen meski mereka dalam posisi salah. Yakinlah bahwa si konsumen tidak menduga akan seviral itu, ratusan caci maki di kokom (kolom komentar), yang kadang-kadang membuat saya geleng-geleng kepala. Andai kejadian itu menimpa anggota keluarga kita, terlebih mereka yang sudah berusia senior (diatas 50 tahun), kasihan kan dibully habis?. Tugas kita semua untuk mengedukasi masyarakat supaya melek belanja online. Dan, kita sepakat dong ya, bahwa setiap manusia itu sifatnya salah dan lupa. Belanja online dengan sistem COD, kenapa nggak?. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.