COVID-19 belum juga pergi dari negeri ini. Tiga tahun, kurang lebih bersama virus yang cukup kejam mematikan, segala usaha dicoba Negara dan masyarakat kita agar virus itu sirna. Tapi ternyata belum juga bisa. Berkurang memang ada, sebagaimana kita ikuti melalui media. Tapi terkadang kembali bertambah juga jumlahnya. Tiga bulan terakhir malah kian parah di beberapa daerah. Seperti di Ibu Kota, Jakarta, misalnya.
Meskipun begitu segala aktivitas kehidupan tetaplah sebagaimana mestinya. Tidak mungkin diam saja. Sebagai umat beragama, segala-galanya akhirnya kita kembalikan juga kepada-Nya. Mungkin ini musibah, atau azab-Nya, entahlah. Atau ini sekadar memperingatkan kita, bangsa dengan kebanggaan Pancasila yang nota bene menjadikan Tuhan sebagai Sila Pertama yang bermakna pengakuan utama kepada Tuhan, namun nyatanya banyak bangsa ini yang ingkar kepada-Nya. Apakah itu menjadi sebab turunnya azab atau peringatan ini? Hanya Tuhan pula yang tahu.
Dalam situasi covid masih menghimpit peringatan Israk-Mikraj 1443 yang di kalender jatuh pada hari Senin (28/02/2022) ini tidak termasuk hari terjepit. Senin adalah awal pekan yang lazimnya kita memulai pekerjaan di sekolah atau di kantor. Tapi hari ini libur. Kita libur untuk kesempatan melaksanakan peringatan berkaitan keimanan, Israk-Mikraj. Kisah Israk-Mikraj adalah kisah uji iman yang kokoh dan subur. Hanya iman yang melekat yang akan memperkuat keyakinan juga seumpama amanat. Memperingati Israk-Mikraj di era covid begini semakin perlu keteguhan keimanan.
Bahwa Peringatan Israk-Mikraj sudah menjadi peringatan utama bagi kita (muslim) Indonesia pun sudah sama-sama dimaklumi dan diyakini. Satu hal penting bagi kita bahwa pada kejadian dan peringatan Israk-Mikraj ini ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Tentu saja disesuaikan juga dengan kondisi terkini, termasuk pandemi Covid-19 yang hingga hari ini masih bersama kita. Kita harus memperingatinya bersama covid yang masih terus mengintip.
Penting kita camkan, analogi berbagai cobaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw sebelum peristiwa Isra Mikraj, yang merupakan ujian untuk meningkatkan keimanan dapat pula kita kenang saat ini. Artinya covid ini pun adalah sebagai cobaan kita untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah Swt. Kita memperingati peristiwa bersejarah yang memerlukan keimanan kita yang kuat, di satu satu sementara di sisi lain sekaligus kita dicoba dengan hadirnya virus sudah begitu lama. Siapkah kita menerima cobaan ini sebagai bagian dari ujian keimanan kita?
Satu kata yang harus kita sepakati adalah bahwa peringatan Israk-Mikraj tahun 1443 H bersamaan tahun 2022 M, ini adalah peringatan yang mengharuskan kita menerima keberadaan covid-19 ini juga sekaligus. Itu berarti peringatannya tetap khidmat dilakukan sebagai implementasi ekeberimanan kita sementara protokol kesehatannya juga tetap ketat dilaksanakan. Segala ketentuan dan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan covid-19 sejatinya tetap kita laksanakan. Tidak mudah, tapi itulah cobaannya juga. Boleh jadi cobaan yang dirasakan oleh Nabi dengan kehilangan isteri tercinta, paman sang pelindung dan beberapa kemalangan lainnya begitu beratnya, namun cobaan kehadiran covid-19 tentu saja tidak kurang beratnya.
Bagi kita, sekali lagi inilah momen pembuktian keimanan kita kepada Sang Pencipta dan Penguasa. Kita tawakkal sambil tetap berusaha dengan sepenuh kemampuan agar covid-19 segera berakhir di negeri kita. Dengan memperingati Israk-Mikraj diharapkan kekuatan iman itu semakin kuat dan tidak mudah diombang-ambingkan. Semoga!***