Kurajut Asa di Soeta
Karya: Afrianti
Tak pernah Kuduga
Hayalan itu kini jadi nyata
Lambaian tangan di Bandara Soeta
Sekjen dua kali delay pesawatnya
Aku berangkat mendahuluinya lewat pintu lima
Terbang menuju Sultan Syarif Kasim II
Tatapan dan lambaian balasannya
Terus membayangi hayalKu kala suara petugas bandara mengumumkan pesawat tujuan Surabaya kembali ditunda
Tak dinyana, namanya Kubaca
Group Monev dan Pendampingan Sumatera
Meski bukan yang semula
Pengganti yang tak berkesempatan datangnya
Naluri sungguh tak percaya
Tapi, itulah kenyataannya
Dia pun tiba, jalan darat 12 jam lamanya
Depan Eka Hospital di jalan Arengka
Kita bertatap muka kali keduanya
Pasca Rakernas di ibu kota Jakarta
Masih ada tanya dibenak kepala
Saat fajar belum sirna
Mobil meluncur perlahan keluar dari kota
Menyusuri Jalan Rimbo Panjang sebutannya
Beberapa tanya penyapa dilontarkannya
Mampir di Masjid untuk sholat subuh penutup cerita
Mobil pun kembali malaju ke arah tujuannya
Sate kuah hijau di Kuok pengisi lambungnya
Keripik cabe pun tak lupa serta
Tusukan sate yang dibakar pembangkit selera
Tak pelak kedua tangan singgap menyuapnya
Akhirnya kenyang jua
Hanya tujuh ribu sepiringnya
Murah banget ya?
Sendawa mengiringi perjalan kita
Sang bojo mempercepat laju mobilnya
Seakan dikejar waktu saja
Ujung Batu yang didamba
Akhirnya sampai jua
Musdalifah tempat menginapnya
Tugas menanti di depan mata
Istirahat sedetik pun tak bisa
Sekolah tempat Monev dilaksanakan telah menunggunya
Cek In dan letak tetengannya
Lalu, bergegas pergi ke sekolah sasarannya
Kantuk Kucoba sembunyikan darinya
Malu rasa bila ia tau sebenarnya
Acung jempol bukti salutKu padanya
Wanita yang sungguh luar biasa
Hisbatun Wafiroh nama aslinya
Menjelajah Nusantara demi anak bangsa
Tiada gentar langkah yang diayunkannya
Tak berfikir jarak dan kesulitan yang dilaluinya
Perempuan tangguh, julukan yang tepat untuknya
Waktu telah berganti
Lelah dan kantuk pun terobati
Semalaman bisa memanjakan diri
Saatnya kami,
Menjamu tamu kehormatan yang dinanti
Suguhan wisata ala Afrianti
Dimulai dari masjid Pak Edi
Kafe Hulubalang di tepi sungai
Kamera Handphone pun beraksi
Jeprat-jepret sana sini
Tak ketinggalan pohon sawit dan kebun kurma Pak Edi
Bahagia hati Sekjen bisa hadir di sini
Cacing perut ramai berbunyi
Penghidang makan siang harus segera dijumpai
Mobil membelok ke kanan sebelum sungai
Terus melenggok ke kiri
Kanan dan kiri lagi
Nah… Akhirnya berhenti
Cari tempat nyaman paling ujung tepi
Tiupan angin sepoi-sepoi
Meriahkan suasana hati
Suguhan yang dinanti
Gulai siput, tempoyak, jengkol, pangkek, acar, pelengkap menu kami
Nila bakar semerbak mewangi
Dengan Bismillah kami mulai
Lanjut wisata religi
Islamic Centre Masjid Agung Madani
Belum berhenti, jepretan kamera telah penuhi memori
Decak kagum akan kemegahan tempat mencari surgawi
Kebanggaan masyarakat Rokan Hulu ini
Kaki menapak dihitungan tangga
Tanpa suara, bergegas naik ke atasnya
Tak berapa lama
Kita langsung ke tempat pendaftaran menara
Pintu elevator membuka
Kami pun masuk dan lift berjalan menuju puncak menara
Gelak tawa pecah tatkala kita berada di anjungan 99 menara
Mata yang tak lepas memandangnya
Kagum akan keindahan rasa
Merah jingga, mengantar warna
saat alunan menyapa telinga
Azhan penuh irama bergema
Merdu semarakkan suasana
Menusuk sendi relung jiwa
Tak sanggup ungkap kata
Rangkaian do’a penuh makna
Memanggil segera bersimpuh serta bersujud dihadapannya
Gemuruh asa melintas Sukma
Di tengah lautan komplek Pemda
Tatapan mata menelisik semua
Dari Barat, Timur, Selatan, Utara
Tiada terkira, akhirnya tiba juga
Lambaian tangan di Bandara Soeta
Ternyata undangan yang tak sengaja
Sekjen Ikatan Guru Indonesia
Tetiba duduk sama serta canda ria
Tak terlintas secara logika
Namun Alloh sungguh Maha Kuasa
Menyatukan dua asa yang berbeda
Dalam balutan acara Monev namanya
Sekjen bertemu Ketda
Tak hanya hitungan waktu tersisa
Tapi bermalam dari saat tiba
Bahkan sempatnya keliling kota
Pohon sawit menjulang ke angkasa
Pohon kurma pun tak lupa
Santapan bidikan kamera
Bu Sekjen luar biasa
Tutur lembut dan rupa mempesona
Tiada jarak antara kita
Dekat, bagai anggota keluarga sendiri rasanya
Entah mengapa aku bertanya
Kok, bisa, ya?
Kemegahan, kemeriahan tiada artinya
Jikalau hanya sebatas kata
Silahturahim ini akan tetap terjaga
Sampai waktu yang tiada batasnya
Kepak sayap merpati, terbang tinggi untaian mutiara menepati janji
Ini puisi dari Afrianti
Istimewa buat Sekjen kami
Ibu Wafi
Sampai bertemu kembali
*Ujungbatu221221*