KEDENGARANNYA rada aneh, orang kaya tapi dikatakan miskin. Inilah pernyataan ulama besar, Quraish Shibah. Ada orang yang materi dan hartanya melimpah tapi dapat dikatakan miskin. Miskin versi seorang ulama besar yang ceramah (tuturannya) senantiasa mencerahkan umat. Begitu pula tulisan-tulisannya selalu ditunggu banyak orang untuk menambah pengetahuan dan wawasan keagamaan. Dia, Quraish Shihab yang karya spektakulernya, Tafsir Al-Misbah telah membuat namanya sejajar dengan ahli tafsir dunia, bahkan melebihinya. Quraish Shihab adalah ulama yang selalu menjadi sumber ilmu oleh umat Islam.
Dalam satu tulisan berjudul KH Quraish Shihab: Banyak Jutawan Miskin yang dimuat hajinews.id hari Senin (25/04/2022) lalu dengan gamblang Quraish Shihab menyatakan bahwa kekayaan tidaklah karena banyak dan melimpahnya harta-benda atau uang. “Kekayaan tidak dinilai dari banyaknya harta yang dimiliki,” begitu kata Quraish Shihab kurang-lebihnya seperti postingan tulisan itu. Kata Quraish Shihab, kekayaan justeru akan dihitung dari banyaknya harta yang tidak dibutuhkan. Maksudnya, karena tidak dibutuhkan lalu harta itu diberikan kepada yang membutuhkan. Maka itulah kekayaan yang hakiki.
Karena itu, kata Quraish Shihab alangkah banyaknya jutawan atau miliuner yang miskin disebabkan hartanya disimpan saja seolah menjadi kekayaannya. Hartanya dipegang sendiri dalam kemasan sendiri yang akhirnya itu tidak akan berguna buat dirinya. Apalagi bagi orang lain. Selama harta itu dikuasai sendiri tanpa memberi kemanfaatan kepada orang lain maka selama itu pula harta itu tidak akan menambah kekayaan penyimpannya. Yakinlah, katanya bahwa setiap yang diberikan kepada orang lain sebagai infaq atau sedekah maka itulah kekayaan yang sebenarnya. Kelak akan menjadi tabungan yang menolong pemiliknya dalam segala kesusahan di Yaumil Akhir.
Seperti selalu juga disampaikan para ustaz bahwa rizki pada hakikatnya bukan sekadar materi. Rizki itu terkadang bisa berupa kemudahan dalam pekerjaan, kebahagiaan dalam perkawinan, kebebasan dari bencana, anak yang sehat dan soleh, teman tulus yang mendukung, dan yang paling utama adalah taufik, yakni persesuaian kehendak kita sebagai hamba dengan kehendak Allah sebegai penentu. Kata Quraish Shihab seperti dimuat tulisan itu bahwa bentuk kemudahan dan kebahagiaan adalah kekayaan yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada harta-benda dan uang. Maka janganlah terlalu tamak dengan menyimpan harta kekayaan sendiri tanpa memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi orang lain.
Jika demikian, bagi orang yang hanya menyimpan sendiri hartanya, seberapa banyak pun harta itu, sesungguhnya dia adalah orang miskin di mata Allah. Simpanannya itu hanya ada di dunia saja. Tapi jika harta itu diberikan untuk jalan Allah, untuk kemanfaatan dan kemaslahatan umat manusia, maka itulah kekayaan sesungguhnya. Artinya semakin banyak harta kekayaan diberikan kepada orang yang membutuhkan maka sebanyak itulah kekayaan yang sebenarnya di mata Allah. Maka, janganlah kita sampai menjadi orang kaya yang ternyata sesungguhnya adalah orang miskin.***