Sungguh ajaib sang cinta, semangat timbul tanpa mengenal lelah, bolak-balik melewati rumah sang pujaan ketika pergi ke sekolah, pasar, atau hanya karena ingin menenangkan hati.
Rasa cinta itu anehnya datang di usia 12 tahun, merebak saat kelas enam di sekolah rakyat (SR), di kampungku Tempino. Hanya ada satu sekolah rakyat, semua anak-anak di sekolahkan ke sana.
Kami bercampur-baur dari yang bersepatu sampai yang tak beralas kaki. Aku termasuk golongan kedua. Anehnya, cinta itu tidak memandang alas kaki. Mana berani mengutarakan cinta dalam keterbatasan segalanya.
Cinta cukup dipendam saja dalam hati. Si pujaan hati anak seorang guru, pa-ling cantik parasnya di antara teman sekelasku.
Kadang kami berangkat sekolah bersama karena rumahku melewati rumahnya. Si nona cantik tampaknya biasa saja, tetapi si anak laki-laki kacau hatinya.
Tersandung-sandung batu kakinya Dahsyatnya cinta mengubah anak manusia. Dalam keterbatasan sempurna, hanya belajar kata kuncinya.
Unggul dalam kepintaran, karena paras tidak begitu tampan. Baju celana berbahan drill kakhi pun hanya dua pasang. Semangat belajar berbuah mendapat nilai sempurna.
Sang idola terpesona juga melihat kepintaran si anak pemalu tak pandai bicara. Emak tak tahu anaknya jatuh cinta. Mana ada anak kecil dari dusun bercinta-cinta.
Emak tidak melihat perubahan anaknya, tak pernah bertanya kenapa bolak balik ke pasar, padahal tak dia suruh berbelanja. Nilai raport bagus dianggap biasa saja.
Aku pun lulus terbaik, sedangkan sang pujaan ada di rangking dua. Dusunku tak punya sekolah menengah. Kami melanjutkan pendidikan ke kota Jambi.
Aku sekolah di SMP, si dia dikirim ayahnya ke sekolah tehnik (ST). Sejak itu aku jarang melihatnya.
Berkunjung ke rumahnya? Manalah awak berani, takut sama bapaknya, guruku yang terkenal keras. Cinta pertamaku hanya terpendam, lambat laun hilang.
Titah-Nya, belajar saja jangan pikirkan cinta. Pelajaran aljabar, ilmu ukur dan bahasa inggris adalah kesukaanku melebihi cinta. Belajar dan belajar adalah jalan keluar dari rasa rendah diri anak desa.
- Salamsalaman
- BHP, 19722
- YPTD
Wah, bernostalgia nih Bapak, senang membacanya.