KMAB 18 Penantian yang Sia Sia

Terbaru33 Dilihat

KMAB 18

Perjalanan  Hidup

Oleh Lusia Wijiatun

sumber: merdeka.com

Bagaimana perasaan Tami? Senang bercampur sedih menjadi satu. Senang karena  tempat tugasnya dekat dengan sanak keluarga. Sedih karena pacarnya ingkar janji. Bahkan  Tami mendengar bahwa tak lama lagi  pacarnya itu akan menikah dengan perempuan lain.   Bertambah sesaklah dada Tami, tak ada gunanya penantian dan kesetiaannya selama ini.

Suatu hari, pacar yang dinanti-nantikannya  dengan setia selama kurang lebih empat tahun. Dan karena keetiannyan itu Tami selalu menolak orang yang akan meminangnya. Malam itu datang ke rumah, Betapa bahagianya Tami,  berarti yang diceritakan orang tentang perilakunya itu tidak benar, pikirnya dalam hati. Senyum merekah dibibirnya menyambut kedatangan pujaannya itu.

Ya  Tuhan, Tami salah menduga, kebahagian yang tersirat dari wajahnya tiba-tiba sirna. Pacar yang  dinantikannya dengan setia itu benar akan menikah dengan perempuan yang memang diceritakan orang. Dengan alasan ibunya lebih memilih perempuan itu ketimbang dirinya.”  Ia lebih dewasa dari pada kamu dan pendapatannya juga lebih besar,” Kata laki-laki itu.

Bagai  disambar petir,  Tami mendengar alasan yang diucapkan laki-laki itu. Hati Tami hancur, pedih dan sangat pedih, bagai tersayat sembilu. Orang yang dicintainya mengutarakan sendiri maksudnya.

Bagaikan menjaring angin, serasa ada tertangkap tidak. Itulah yang selama ini Tami lakukan. Kesetiannya selama ini tak  ada gunanya. Penantiannyapun sia-sia, ingin rasanya menangis sekuat-kuatnya.

Tapi Tami tudak melakukan hal itu, meski hati bagaikkan tercabik-cabik, ia tak sedikitpun mengeluarkan air mata.  Bahkan ia menjawab,” Oh itu alasannya, baiklah tidak mengapa kalau memang itu pilihanmu.” “Semoga bahagia,” katanya lagi. Laki-laki itu pun beranjak pergi dari rumah Tami.

Tami segara masuk ke kamar, ditumpahkannya semua kekecewaannya. Air matanya keluar begitu deras, ia menyesali  penantian yang sia-sia selama ini. Kenapa ia tidak memilih saja salah satu diantara tiga orang yang meminangnya dulu.

Ia menangis dan terus menangis, hingga isak tangisnya didengar oleh adiknya. Adiknya ikut menangis, tidak tau harus berkata apa. Menangis-dan menangis sambil memeluk Tami sebagi tanda bahwa adiknya juga merasakan kehancuran hati kakaknya itu.

Tuhan, mengapa nasibku seperti ini, apakah aku tidak pantas dicintai. Mengapa Kau mengambilnya dan berikan kepada perempuan lain. Bukankah aku telah menjadi perempuan yang setia selama ini?  Apa kesalahanku, apa yang harus ku perbuat, “ ucap Tami lirih disela-sela isak tangisnya.

Keesokan harinya,  Kakak Tami yang tinggal disebelah rumah orang tua Tami bertanya,” Ngomong apa temanmu itu tadi malam?” Tami  menjawab, “Kami bubar.” Kakak Tami mungkin sudah tahu maksud perkkataan Tami. Iapun berlalu sambil mengelus pundak Tami.

Semenjak itu Tami jadi pemurung di rumah, di sekolah pun Tami tampak lebih pendiam. Saat mengajar, terkadang tanpa sadar Tami melamun. Hal ini membuat badan Tami semakin kurus.  Tami yang  sebenarnya mempunyai sifat periang, saat ini benar-benar berbeda. Ia  tampak murung, makan tak enak, tidurpun tak nyenyak.

Untunglah hal itu tidak berlangsung lama, tentunya banyak yang menghibur Tami.  Saudaranya, teman-temannya, murid-muridnya. Tami segera bangkit, ia berusaha melupakan kisah pahitnya cinta yang dialami.

Bisakah Tami menhadapi semua ini, apalagi mantan pacarnya itu tinggal dekat rumahnya? Bahkan setelah menikahpun mengontrak tidak jauh dari rumah Tami? Sungguh menyakitkan memang, ditambah lagi perilaku istrinya itu, sekan-akan mengejek Tami dan mengatakan bahwa ialah pemenangnya.

“ Oh Tuhan, Kuatkan hatiku, buatlah hatiku tegar,” ucap Tami. “ Jangan biarkan umat-Mu ini tersakiti, ampuni aku, Tuhan,”  Ucap Tami lagi. Mungkin sudah nasibku Tuhan akan kuterima segalanya. Itulah doa  yang diucapakan Tami sambil menarik  nafasnya dalam-dalam.

Tami yakin suatu saat akan ada pengganti yang lebih baik, yang telah disediakan Tuhan untuknya. Tami tinggal menunggu bila waktunya tiba, Tuhan pasti akan berikan.

Tinggalkan Balasan