Di tahun ajaran yang lalu, saya sering mengajak anak untuk belajar dalam kelompok ketika di kelas. Bukan sekedar untuk menyelesaikan masalah bersama, saya ingin anak-anak bisa belajar berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi.
Keberagaman murid dalam kelompok, akan membuat murid tersebut belajar kebhinekaan. Perbedaan pikiran atau pendapat pasti akan terjadi. Dominasi juga mungkin muncul dari beberapa siswa. Pada saat itulah, saya akan coba menengahi. Membantu siswa menyadari bahwa perbedaan tak bisa mereka hindari. Yang bisa dilakukan adalah bagaimana dengan perbedaan tersebut, mereka tetap dapat Bersatu mencapai tujuan bersama.
Saat anak-anak bekerja dalam kelompok, saya berusaha memerhatikan siapa saja yang belum tampak terlalu aktif. Jika menemukan, saya akan datang ke kelompok dan memfasilitasi agar setiap anggota berperan aktif sekecil apa pun itu.
Agar tak monoton, saya juga coba menerapkan game-based learning. Ternyata seru juga, anak-anak tampak lebih bersemangat dan bisa berkolaborasi lebih baik.
Tahun ini, saya mencoba melakukan asesmen awal pembelajaran non-kognitif. Salah satu pertanyaan yang saya ajukan bertujuan untuk menggali minat siswa dalam belajar. Ternyata 30-60% siswa dari setiap kelas yang saya ajar menyukai belajar kelompok.
Melalui pertanyaan terbuka, para murid menjawab bahwa dengan belajar kelompok, mereka bisa lebih mudah mengerti, lebih ringan ketika harus mengerjakan tugas, semangat belajar karena bersama teman, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil tersebut, tampaknya saya harus lebih sering menggunakan strategi belajar kelompok.