Melawan Covid-19 Dengan Senyuman

Humaniora16 Dilihat

Omjay Isolasi Mandiri di Rumah (Dokpri)

Virus Covid-19 menyerang tubuh siapa saja. Kita harus waspada dan tetap menjaga kesehatan diri. Ikuti aturan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan oleh pemerintah. Mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan master. Kita harus menjaga diri dan lingkungan kita agar terhindar dari Virus Covid-19.

Hal itulah yang saya lakukan setiap hari. Namun, virus ini tetap saja bisa masuk ke dalam tabuh. Saya sendiri tidak tahu prosesnya kapan dan tahu-tahu dapat kabar dari dokter Silvi kalau hasil SWAB saya positif.

Saya mencoba mengingat kembali aktivitas yang sudah saya lakukan bberapa waktu lalu. Seingat saya, kami banyak tamu dan berkumpul ketika anak saya Intan Wisuda di rumah secara online. Banyak tamu yang datang ke rumah. Kalau tidak salah tanggal 24 Oktober 2020. Waktu itu saya baru saja selesai tuga dari kemdikbud di hotel Kristal.

Ketika saya ulang tahun tanggal 28 Oktober 2020, anak-anak membangunkan saya dan mereka mengucapkan selamat ulang tahun. Setelah itu esok harinya, saya diminta mengantar mereka ke Bandara Sukarno Hatta. Mereka anak-anak akan berlibur ke Bali.

Sempat juga mengantar anak saya Berlian di tes Rapid di Bandara Sukarno Hatta. Hari itu, badan saya memang terasa kurang enak. Saya ingin ikut rapid test juga, tapi kata petugas belum perlu, karena saya baru seminggu ikut Rapid Test di Klinik Kimia Farma.

Pulang dari Bandara Sukarno Hatta, saya pulang duluan, karena sudah ada janji dengan panitia di harian Pikiran Rakyat untuk gladi bersih acara seminar nasional. Sedangkan istri dan Kakak ipar langsung bersilahturahim dengan saudaranya yang rumahnya dekat dengan bandara.

Sampai rumah saya melihat anak kucing mati. Saya tak berani menguburkannya sendiri. Tubuhnya sudah dikerubuti semut. Saya minta mama Entong untuk memakamkannya di depan rumah. Alhamdulillah mama entong dengan dibantu anaknya si Entong, menguburkan anak kucing yang mati kedinginan di kandang kucing.

Sore hari istri saya datang bersama kakak Ipar. Saya beratktivtas seperti biasa di depan komputer sampai malam hari. Besoknya mereka Kakak Ipar kembali ke Bandung.

Saat saya dan istri berada di rumah berdua, saat itulah kami merasakan tubuh tidak enak. Saya sendiri merasa tidak enak makan dan semua yang ada masuk ke mulut, dimuntahkan lagi. Istri juga begitu, ikut drop dan tidak enak makan. bahkan sempat tiduran seharian karena badan terasa lemah.

Selama anak-anak berlibur ke Bali, saya dan istri merasa tidak enak badan dan makan terasa kurang enak di lidah. Ternyata benar, badan saya semakin drop dan ketika anak-anak datang dari berlibur, saya semakin drop kondisinya.

Keponakan saya Aldi lalu membawa saya ke klinik 24 jam yang ada di dekat rumah. Dari dokter saya diberitahu kalau saya sakit asam lambung. Dokter memberi saya obat dan alhamdulillah obatnya cocok.

Sekitar seminggu saya mengalami sakit dan mulai agak baikan ketika saya merasakan sudah enak makan. Alhamdulillah saya sudah mau makan lagi dan semua makanan yang terhidang bisa saya habiskan.

Saya mengambil inisiatif ke klinik kimia farma dekat rumah untuk rapid test. Ternyata hasilnya tidak bagus. Saya dikatakan reaktif dan diberikan surat rujukan untuk test swab di puskesmas Jatibening.

Hari jumat pagi pukul 08.00 wib, saya ikut test swab dan alhamdulillah berjalan lancar. Saya merasakan semakin sehat dan yakin hasilnya negatif.

Namun, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Dokter Silvi mengabarkan kalau saya positif Covid-19 pada hari Senin pagi. saya sedih mendengarkan kabar buruk ini dan harus menerima dengan lapang dada.

Sakit itu tidak enak, tapi saya justru merasakan kebalikannya. Makan enak, tidur nyenyak. Banyak orang yang baik hati mengirimkan obat dan makanan ke rumah. Ucapan dan doa agar saya cepat sembuh juga banyak berdatangan.

Ternyata beberapa teman juga ada yang sudah terkena virus covid-19 ini. Saya mendengarkan kisah mereka baik secara lisan maupun tulisan. Kisahnya macam-macam dan mereka alhamdulillah bisa sembuh.

Tadi pagi kepala sekolah pak Haji Asdi Wiharto menelepon dan memberi semangat. Saya tetap mengajar online seperti biasa. Bahkan sempat menjemput anak dan istri yang hari ini ikut tes swab di puskesmas Jatibening. Semoga hasilnya negatif. aamiin.

Demikianlah sedikit kisah saya hari ini melawan covid-19. Tidak merasakan sakit hanya batuk kering saja. Semoga selama masa karantina mandiri ini saya dapat melawannya dengan penuh kegembiraan. Suasana rumah harus dibuat senang dan bahagia. Rumahku adalah surgaku.

Pikiran saya harus tetap senang dan bahagia. Tetap tenang menghadapi penyakit ini dengan senyuman. Banyak bercanda dan saling menghibur bersama anak dan istri. Mungkin ini cara Allah agar saya terus berkarya lewat tulisan dan bercerita tentang perasaan menjadi penderita covid-19.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay, Guru Blogger Indonesia

Blog http://wijayalabs.com

Omjay

Tinggalkan Balasan