Coretan Tanpa Bekas
Tumbuhan Itu namanya Tapak Doro
Oleh: Arfianto Wisnugroho
Ambil saja daunnya sekitar lima lembar, rebus dengan satu gelas air sampai mendidih. Pastikan sisa air sekitar seperempat gelas. Peras lalu minum dua kali sehari, pagi dan sore. Rasanya sama sekali tidak enak, tetapi itu ramuan tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit Ibuku. Itu adalah urutan ramuan dari mas Nyentrik saat memberikan sebuah solusi untuk permasalahan temannya.
“Memang apa benar bisa menyembuhkan penyakit istri saya?” Tanya Hari seraya meneguk teh manis sore itu.
“Masalah sembuh urusan diatas, yang penting ikhtiar.!” Timpal mas Nyentrik dengan menirukan kalimat Ibundanya.
Hari adalah seorang guru ngaji yang alim. Masyarakat sangat mengenal bahwa dia orang yang shaleh. Ia tidak pernah sedikitpun mengeluh saat mendapatkan cobaan. Dalam keseharian Hari tidak pernah mau membicarakan tentang keburukan orang lain. Hari selalu menerima masukan orang lain dengan senang hati, ia akan menyortir setiap setiap ide dan gagasan dengan teliti. Namun jika itu dari mas Nyentrik biasanya Hari langsung mengeksekusi, benar saja mereka sudah kenal baik sejak sembilan tahun lalu. Tetapi itu semua tidak berlaku untuk masalah yang satu ini, terkait penyakit istrinya. Semua itu lantaran Hari pernah mengalami pengalaman di keluarganya. Dulu pernah ada salah satu anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis. Saudara Hari tersebut sangat percaya dengan pengobatan tradisional, mereka tidak pernah menggunakan pengobatan modern jika sakit.
Mungkin karena rasa percaya yang terlalu tinggi akan pengotan tradisional membuat keluarga Hari memiliki kekecewaan yang teramat besar. Semua terjadi ketika salah satu saudaranya tersebut tidak tertolong dari penyakit setelah melakukan pengobatan tradisional. Yang paling membuat sesak adalah mereka sudah menjalani pengobatan dalam jangka waktu lama. Waktu lima tahun tidak membuahkan hasil seperti yang diinginkan.
Berbeda dengan Ibu mas Nyentrik yang berhasil bebas dari penyakit setelah menjalani pengobatan tradisional. Bahkan dikabarkan kalau penyakitnya benar-benar tidak ada sedikitpun. Adapun penyakitnya adalah kanker payudara. Dokter mengatakan bahwa kanker Ibu mas Nyentrik sudah sampai pada tahap akhir. Memang demikian seperti yang ada dalam ingatan mas Nyentrik. Ibunda mas Nyentrik saat itu tidak lagi kuat memegang sisir. Sehingga ayah mas Nyentrik yang selalu menyisir rambutnya. Seiring waktu berjalan rambut Ibu mas Nyentrik semakin rontok.
Mengingat keadaan yang semakin parah saat itu, dokter menyarankan agar Ibu mas Nyentrik melakukan operasi. Ibu mas Nyentrik yang tidak ingin resiko dari efek samping operasi menolaknya. Meskipun dokter sudah memintanya berkali-kali. Namun Ibu mas Nyentrik lebih memilih menjalani pengobatan tradisional. Meskipun demikian, Ibu mas Nyentrik melakukan pengobatan selama kurang lebih tiga tahun. Sampai saat ini Ibu mas Nyentrik masih bisa beraktivitas dengan baik setelah penyakitnya dinyatakan hilang delapan tahun lalu.
Menurut mas Nyentrik, selain mengkonsumsi ramuan yang dibuatnya sendiri Ibunda juga minum habbatussauda. Semua dilakukan Ibunda tanpa berhenti setiap pagi dan sore. Sering mas Nyentrik melihat Ibunya juga lebih sering melakukan doa-doa. Sehingga suasana rumah menjadi lebih adem saat Ibunda membaca al-quran.
“Itu semua hanya efek samping dari perilaku saja.” Kata mas Nyentrik memperhatikan tumbuhan di salah satu sudut rumah Hari.
Mas Nyentrik melanjutkan cerita tentang bagaimana Ibunda sembuh dari sakitnya. Setelah pengobatan Ibunda mas Nyentrik yang cukup lama, suatu ketika Ibunya mengalami pendarahan berat. Ibunda merasa sesuatu yang besar keluar dari tubuhnya. Itu berupa gumpalan yang warnanya bermacam-macam. Ada yang berwarna merah pekat, merah muda, bahkan merah tua. Karena hal tersebut, Ibunda pergi ke rumah sakit agar dokter dapat memeriksa lebih lanjut. Dan keajaiban terjadi, dokter menyatakan bahwa Ibunda sudah tidak memiliki kanker.
Heri terdiam, mendengar cerita mas Nyentrik membuat ia merasa bersalah. Mengapa tidak mengikuti saran temannya tersebut dari awal. Tapi semua telah berlalu, mengembalikan keadaan tidak mungkin lagi. Sekarang istrinya telah selesai operasi besar. Sebelumnya operasi pernah berlangsung sekali untuk mengangkat kanker yang masih kecil untuk saat itu. Mengira kalau setelah operasi semua akan baik-baik saja. Ternyata anggapan tersebut tidaklah benar karena semua tidak berjalan cukup lancar. Sebenarnya setelah operasi pertama mas Nyentrik masih mengingatkan agar mencoba pengobatan tradisional seperti Ibunda. Namun Hari masih percaya kalau operasi adalah jalan yang lebih baik.
Beberapa bulan setelah operasi pertama semua berjalan lancar. Istri Hari dapat beraktivitas seperti layaknya orang normal. Namun belum sampai bulan ke delapan, istrinya merasakan ada yang sakit di sekitar area bekas operasi. Untuk itu mereka pergi ke rumah sakit untuk mencari tahu penyebab rasa sakit tersebut. Setelah dokter memeriksa, hal mengejutkan terjadi. Kanker pada tubuh istri Hari tumbuh berkali-kali lipat lebih besar dari sebelumnya. Sehingga tidak ada cara lain selain mengangkatnya kembali dengan resiko sebagian tubuhnya harus hilang.
Mau bagaimana lagi, semua telah berjalan. Hari dan keluarga harus menerima apa yang telah terjadi. Sedangkan mas Nyentrik berdiri menceriakan kisah Ibundanya kepada Hari. Ia hanya berdiri, berjalan meninggalkan Hari sendiri. Namun sebelum pergi mas Nyentrik mencabut sebuah tumbuhan liar di sudut rumah Hari, meletakkan tumbuhan di kursi tempat ia duduk sebelumnya sambil berkata, “Tumbuhan Itu namanya Tapak Doro.”