Swedia Dekati Status Bebas Rokok Seiring dengan Berkurangnya Warga yang Merokok

Humaniora31 Dilihat

Tercatat, hanya 6,4 persen penduduk Swedia berusia 15 tahun ke atas yang merupakan perokok harian pada 2019

Di kala Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) memperingati “Hari Tanpa Tembakau Sedunia” pada Rabu, 31 Mei 2023, Swedia, negara dengan tingkat merokok terendah di Uni Eropa, hampir mencapai status “bebas rokok,” yang artinya memiliki perokok harian kurang dari 5 persen dari total jumlah penduduk.

Banyak pakar yang memuji kampanye dan legislasi antirokok yang telah berjalan selama berpuluh-puluh tahun sebagai faktor terciptanya kondisi saat ini, sementara yang lain menganggap semakin lazimnya “snus,” produk tembakau tak berasap yang dilarang di wilayah lain di UE tapi dipasarkan di Swedia sebagai alternatif rokok, sebagai faktor kesuksesan.

Apapun alasannya, target 5 persen itu kini hampir bisa dicapai. Tercatat, hanya 6,4 persen penduduk Swedia berusia 15 tahun ke atas yang merupakan perokok harian pada 2019, jumlah terendah di Uni Eropa dan jauh di bawah rata-rata blok tersebut, yang mencapai 18,5 persen, menurut badan statistik Eurostat.

Data dari Badan Kesehatan Masyarakat Swedia menunjukkan bahwa tingkat merokok terus menurun sejak saat itu dan mencapai 5,6 persen tahun lalu.

“Kami suka gaya hidup sehat, saya rasa itu alasannya,” kata Carina Astorsson, warga Stockholm. Ia tidak pernah tertarik merokok, karena “Saya tidak suka aromanya; saya ingin merawat tubuh saya.”

Risiko merokok tampak dipahami betul oleh warga Swedia yang sadar akan pentingnya kesehatan, termasuk di kalangan muda. Dua puluh tahun lalu, hampir 20 persen penduduk Swedia merokok – yang pada saat itu jumlah tersebut juga tergolong rendah di dunia. Sejak saat itu, langkah-langkah untuk mencegah rokok, termasuk melarang rokok di restoran, membuat tingkat merokok semakin rendah di seantero Eropa.

Prancis mencatat penurunan tingkat merokok dari 2014 ke 2019, namun kesuksesan itu berubah stagnan pada puncak pandemi Covid-19 – separuhnya disebabkan oleh stres yang mendorong orang kembali merokok. Sekitar sepertiga orang berusia 18-75 tahun di Prancis mengaku pernah merokok pada 2021 – peningkatan kecil dari 2019, di mana sekitar seperempat orang merokok sehari-hari.

Swedia mengambil langkah lebih jauh dibanding kebanyakan negara untuk membasmi rokok, yang menurutnya telah menghasilkan serangkaian manfaat kesehatan, termasuk rendahnya tingkat penderita kanker paru-paru.

“Kami melarang rokok di tempat umum lebih dahulu, pertama-tama di taman bermain sekolah dan pusat kegiatan usai sekolah, kemudian di restoran, kafe luar ruangan dan tempat-tempat publik, seperti halte bus,” kata Ulrika Arehed, sekretaris jenderal Masyarakat Kanker Swedia. “Secara bersamaan, pajak rokok dan pembatasan ketat terhadap pemasaran produk-produk ini juga berperan penting.”

Ia menambahkan bahwa “Swedia belum sampai target.” Ia mencatat, proporsi perokok lebih tinggi di kelompok sosial ekonomi yang kurang beruntung.

Pemandangan orang merokok menjadi semakin langka di negara berpenduduk 10,5 juta jiwa itu. Merokok telah dilarang di halte bus dan peron kereta, maupun di luar pintu masuk rumah sakit dan bangunan publik lainnya. Seperti di kebanyakan wilayah Eropa, orang tidak diizinkan merokok di dalam bar dan restoran, namun sejak 2019, larangan merokok Swedia juga diberlakukan di area duduk luar ruangan mereka. (rd/rs)/Associated Press/voaindonesia.com. *

Tinggalkan Balasan