DINAMIKA PROSES GEOMORFOLOGI

Terbaru172 Dilihat

  1. Morfodinamika Pantai

Morfodinamika pantai merupakan perubahan morfologis pantai, meliputi profil pantai, bar, dan saluran bawah laut. Perubahan tersebut diakibatkan oleh dinamika gelombang (wave), pasut (tide), arus (current), dan angin (wind). Pengukuran morfodinamika pantai selanjutnya mencakup pengukuran gelombang sebagai unsur dinamik, dan tanggapan morfologikal pantai sebagai unsur morfologi (Wright dan Short, 1978).

Menurut Wright dan short (1978) pantai dibedakan menjadi tiga keadaan morfodinamika, yaitu dissapative, intermediate, dan reflective. Keadaan intermediate dibedakan lagi menjadi longshore bar-through, ritmic bar and beach, dan ridge runnel. Ketiga kondisi morfodinamik tersebut disajikan dalam Gambar 2.1 berikut.

 

Pantai dissapative terbentuk oleh kombinasi gelombang besar (>2 m) dan pantai berpasir halus (0.1250,25 mm). Keadaan tersebut ditandai dengan pantai yang landai dan mintakat pecah gelombang yang luas. Lebar mintakat pecah gelombang berkisar antara 200500 m.

Pantai dalam keadaan intermediate mengalami proses yang kompleks, yaitu sebagai akibat dari kombinasi antara dissapative dan reflective (merupakan peralihan antara keduanya). Kondisi intermediate terjadi pada pantai yang mempunyai gelombang besar sampai sedang (12,5 m) dengan pantai berpasir halus hingga sedang (0,1250.5 mm). Pantai intermediate pada umumnya terdapat pada pantaipantai yang

menghadap laut dalam dengan dicirikan oleh kenampakan bar, gosong, dan rip-current. Ciri lain dari pantai intermediate yang langsung dapat diamati dari daratan adalah terbentuknya cusp.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 Diagram Morfodinamika Pantai

Pantai replective terbentuk pada pantai yang mempunyai gelombang rendah (< 1 m) dengan pasir pantai yang halus sampai sedang, atau tinggi gelombang sedang dengan pantai berpasir kasar (0,51 mm). Secara morfologis pantai reflektif kurang kompleks, pada pantai tersebut tidak dijumpai bar dan rip, dan gradien pantai relatif besar.

 

Pemahaman morfodinamika pantai tidak bisa dilepaskan dengan kondisi oceanografis. Unsurunsur oceaonografi yang berpengaruh terhadap morfodinamika pantai meliputi gelombang laut, arus laut, pasang-surut, dan salinitas. Uraian berikut membahas kondisi oceanografis yang erat kaitannya dengan masalah kepantaian.

 

  1.  Gelombang

 

Gelombang adalah faktor yang paling penting dalam mempelajari pantai, terutama dalam kerekayasaan pantai. Gelombang di laut bisa dibangkitkan oleh angin(gelombang angin), gaya tarik matahari dan bulan(pasang-surut), letusan gunungapi atau gempa di laut (tsunami), kapal bergerak dan sebagainya.

 

Di antara beberapa bentuk gelombang tersebut, yang paling penting dalam bidang kerekayasaan pantai adalah gelombang angin(selanjutnya disebut gelombang)dan pasang-surut. Tsunami adalah gelombang yang sangat besar yang apabila sampai pantai akan menghancurkan kehidupan di daerah pantai, misalnya tsunami yang disebabkan gempa tektonik di Maumere Flores (1994), di Banyuwangi (1995), Biak (1996), Banda Aceh (2004), dan Pangandaran (2007). Tetapi karena tsunami itu sangat jarang terjadi, umumnya bangunanbangunan pantai yang direncanakan tidak didasarkan pada tsunami. Kerusakan bangunan karena tsunami adalah suatu bencana.

 

Gelombang yang sampai di pantai akan menimbulkan gayagaya yang bekerja pada bangunan pantai. Selain itu gelombang yang menuju pantai dengan membentuk sudut terhadap garis pantai akan menimbulkan arus sejajar pantai (longshore-current) di daerah zurf-zone. Sebagian erosi yang terjadi di pantai disebabkan oleh arus tersebut. Demikian pula angkutan sedimen di pantai, secara umum merupakan interaksi dari gelombang, arus, dan bahan sedimen itu sendiri. Karakteristik gelombang dan arus menunjukkan besarnya tenaga yang tersedia untuk terjadinya angkutan sedimen. Perilaku gelombang dan arus yang terjadi dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin, posisi pembangkitan gelombang, pasangsurut, dan kondisi topografi yang bersangkutan.

Tinggalkan Balasan