Menulis adalah pekerjaan orang sekolahan dan juga para pedagang atau profesi lainnya yang berkenaan dengan catat mencatat. Menulis surat kepada orang tua sebagai laporan atau ke sahabat dalam rangka sapa menyapa adalah sesuatu yang dilakukan untuk mengeratkan silaturahim. Menulis memang sangat berhubungan dengan kepentingan. Itulah sebabnya orang tidak menulis karena tidak ada kepentingan yang mengiringinya.
Saya menulis sejak duduk di sekolah rakyat. Ketika itu belumlah begitu banyak buku tulis sehingga kami menorehkan tulisan dengan grip diatas sejenis tempat tulis yang berwarna hitam.
Saya lupa apa nama benda itu saking sudah begitu lamanya meninggalkan SR sampai hitungan 60 tahun. Menulis di sekolah yang lebih tinggi menjadi kewajiban untuk memenuhi tugas baik berupa makalah.
Kemudian berlanjut menulis skripsi, thesis dan stop disana dulu bersebab awak tak hendak kuliah sampai di tingkat S3. Menulis di kedinasan menjadi bagian tak terpisahkan ketika berkorespodensi surat menyurat dengan instansi terkait. Selain itu dalam tim kecil atau katakanlah namanya Team Thanks menulis menjadi kewajiban untuk membuat telaah staf.
Bisa jadi perjalanan hidup ini memang ada sebab musabab bila dikaitkan dengan kesenangan atau hobby. Saya tampaknya menjadi “andalan” di kantor karena acap menulis dan jarang menolak perintah terkait pekerjaan menulis. Itulah sebabnya didapuk menjadi penulis atau konseptor tulisan berbentuk Kata Sambutan Komandan.
Nah ketika di tunjuk menjadi pimpinan redaksi Majalah Warta Disdokkes Polri ibarat mendapatkan wadah untuk menyalurkan inspirasi. Jadilah bersama teman senior wartawan Bang Said Hutapea kami mengadakan reformasi Majalah Warta menjadi lebih “gaul” atas seizin komandan. Majalah Warta berubah tampilan dari bentuk yang sangat formal menjadi majalah yang setara dengan majalah populer,
Laiknya sebuah majalah kedinasan tentu saja isinya berkaitan dengan laporan kegiatan organisasi Dinas Kedokteran dan Kesehatan Polri. Kegiatan tersebut hasil laporan dari koresponden di setiap Biddokkes Polda. Disamping itu ditambah pula kualitas Majalah dengan tulisan ilmiah dari para dokter dan sarjana kesehatannya.
Ketika saya pensiun, Majalah Warta terus terbit 2 x dalam setahun. Sebagai pengamat saya tetap merasa bangga bahwa kehadiran tampilan Warta semakin moncreng. Bang Hutapea sangat membantu dari keahlian jurnalistik yang selalu mengikuti perkembangan penerbitan majalah nasional.
Paguyuban Purnawirawan Kesehatan Polri (P2KP) dipimpin oleh Briogjen Pol (P) dr Pamudji Santoso M,Si mengarahkan kepada Pengurus P2KP agar membuat media komunikasi antara purnawirawan. Setelah berdiskusi panjang terkait pilihan bentuk media apa yang akan digunakan, akhirnya di putuskan menerbitkan Bulletin P2KP.
Danau Toba tujuan wisata
Lembah anai jurang nan indah
Menulis terus selagi bisa
Berbagi berita dan juga kisah
Brigjen Pol (P) dr Soerjono SKM merupakan Penasehat P2KP. Pimpinan Redaksi KBP (P) dr Lukman Hakim M.Si beserta anggota redaksi lainnya seperti KBP (P) dr Slamet Poernomo, KBP (P) Hj.Nanny Alaydrus, KBP (P) dr Djoko Ismoyo, Drg Irawati dan KBP (P) drg Shinta , KBP (P) Aminah serta KBP (P) Thamrin Dahlan, SKM, M.Si . Bang Hutapea menjadi konsultan Bulletin sesuai dengan keahliannya.
Saat ini Bulletin yang diterbitkan 2 x setahun sudah sampai pada edisi ke -6. Bulletin merupakan media komunikasi berisikan berita kegiatan organisai P2KP dan juga memuat berita perkembangan Organisasi Pusdokkes Polri dan Rumah Sakit Bhayangkara. Selain itu berita duka merupakan informasi bagi para purnawirawan dan pensiunan PNS yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jadilah hobby jurnalistik menemukan wadah resmi ketika bergabung di Bulletin P2KP. Perjalanan hidup ini memang sungguh sangat indah dan membahagiakan ketika di usia pensiun masih memiliki kegiatan bermanfaat.
Apalagi kegiatan itu sesuai dengan hobby sehingga tidak ada beban. Terima kasih Ibunda yang telah mengajarkan sejak kecil bagaimana cara berkomunikasi melalui tulisan tulisan yang deras mengalir dalam surat untuk anak anaknya.
Salam Literasi
YPTD
1 komentar