Buku antologi ke-25
Di masa pandemi ini, sekolah diliburkan. Kegiatan belajar mengajar berubah menjadi kegiatan belajar di rumah. Aktivitas serba daring dan para guru lebih banyak di rumah untuk mempersiapkan materi pembelajaran di kelas maya. Saat itulah saya terdampar di kelas belajar menulis Om Jay yang memiliki nama lengkap Wijaya Kusumah, M.Pd.
Awal mula saat mengikuti grup ini karena ajakan teman Kepala Sekolah SDN 1 Bintangsari Cipanas yaitu Ibu Sulistijowati, S.Pd. pada bulan April 2020. Saat itu, saya tergabung di kelas belajar menulis gelombang 8. Pertemuan dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat malam pukul 19.00-21.00 WIB. Peserta wajib mengikuti 20 kali pertemuan dan setelah peserta menerima materi dari narasumber, peserta diwajibkan menulis resume dan mempostingnya ke dalam blog.
Tujuan dibentuknya kelas menulis ini adalah untuk melatih para guru untuk bisa menerbitkan buku solo baik lewat penerbit indie atau penerbit mayor. Jika berhasil menerbitkan buku, maka peserta dianggap lulus dan berhak mendapat sertifikat bernilai 40 jam.
Menerbitkan buku di masa pandemi adalah sebuah mimpi yang kini berubah menjadi nyata. Hal yang dahulu terasa sulit, sekarang saya telah menemukan kuncinya. Ternyata menulis itu tidak sulit, yang sulit adalah memulai tulisan.
Sebelum memulai buku solo atau buku yang ditulis sendiri, saya memulai tulisan dengan buku antologi. Buku antologi adalah buku yang ditulis secara bersama-sama dan prosesnya lebih cepat dibanding menulis sendiri.
Sangat bangga sekali ketika diminta bergabung menulis buku antologi di Tim F1 peserta gelombang 20. Semua peserta sangat kompak sekali dalam berlomba-lomba mengirimkan resume hingga resumenya menjadi urutan teratas.
Lampiran naskah pendukung Tim F1
Dulu saat Bu Maesaroh jadi peserta di gelombang 18, Bu May selalu menjadi the number one Resume Tercepat dan menduduki juara satu. Hal ini beliau sampaikan saat pertama kali diangkat sebagai kandidat narasumber gelombang 19 dan gelombang 20. Tentu hal ini memberikan kesan yang mendalam pada gelombang 20.
Saat mendengar kata F1 atau Formula One, di benak saya tergambar kecepatam balap mobil formula one. Tak menyangka ide ini diterima untuk masukan cover buku Tim F1 yang dikemas dengan gambar buku dan di atasnya ada mobil balap F1. Terbayang kan aura para peserta saling balapan untuk menyelesaikan naskah buku solo.
Tim F1 yang tergabung dalam kelas menulis gelombang 20, memiliki motivasi yang sama yaitu semangat dalam menerbitkan buku. Salah satu bukti keseriusan mereka adalah dengan melahirkan buku antologi di mana saya pun ikut menulis sekaligus mengedit naskah peserta. .
Ada beberapa ketentuan saat kita ingin bergabung dalam buku antologi. Setiap peserta diberikan jatah tulisan kira-kira 3-5 halaman A4 beserta profil penulis yang nantinya diedit oleh tenaga editor yang professional. Dari desain cover hingga biaya penerbitan, ditanggung secara gotong royong sehingga penulis tidak perlu pusing memikirkan proses kelahiran bukunya.
Ikut dalam beberapa Komunitas menulis dan WA Grup yang suka menulis buku juga sangat penting untuk menjaga konsistensi lahirnya sebuah buku. Naskah ini saya tulis sebagai naskah antologi ke-20. Jadi, buku antologi adalah salah satu cara tercepat untuk melesatkan keterampilan menulis Anda.
Beberapa Komunitas yang saya ikuti membumikan literasi adalah komunitas belajar menulis dan belajar bicara Om Jay, Komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal, Founder Pak Raimundus Brian Prasetyawan), Komunitas AISEI (Founder Dr. Capri), Komunitas Aksara Bermakna (KAB Wonosobo, Founder Usrotun Hasanah), Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan(YPTD, Founder H. Thamrin Dahlan, SKM., M.Si.), dan Komunitas Sahabat Pena Kita (SPK, Founder Dr. Ngainun Naim).
Selain itu, dalam menerbitkan buku perlu koordinasi yang baik dengan pihak penerbit. Perlu koordinasi juga dengan kurator atau penanggungjawab buku antologi sehingga komunikasi antara hak dan kewajiban si penulis bisa diterima dengan adil dan bijaksana.
Hal ini saya alami karena saya pernah menjadi seorang kurator yang bertanggungjawab atas lahirnya beberapa buku antologi yang mayoritas pesertanya adalah kelas belajar menulis Om Jay atau dikenal dengan Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. Dengan mengikuti kelas ini lahirlah buku solo perdana saya dengan judul Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat.
Pentingnya motivator dan inspirator orang terdekat dalam memotivasi diri untuk terus menggaungkan dunia literasi, itu semua tak luput dari dukungan Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. atau akrab disapa Bu Kanjeng. Kedekatan dengan beliau membuat saya semakin semngat dalam melahirkan beberapa buku selanjutnya.
Saat saya beberapa kali bertugas menjadi moderator di kelas Om Jay, pengalaman tersebut saya abadikan supaya tidak hilang dalam buku yang berjudul Kunci sukses menjadi moderator online. Di dalam buku ini saya meminta kata sambutan dari Dr. Ngainun Naim yang sangat andil dalam meningkatkan dunia literasi saya.
Pengalaman akan hilang jika tidak dituliskan. Oleh karena itu saya membuat keputusan untuk menuliskan semua kisah perjalanan liteasi yang saya alami sehingga bisa berbuah manis dan bermanfaat untuk orang lain. Bahagia rasanya jika tulisan yang kita anggap sederhana, namun memberi arti bagi sesama. Bahagia jika apa yang kita tulis, bisa memberikan kebaikan untuk orang lain. Bahagianya bisa bermanfaat dan menginspirasi orang lain.
Tulisan ini menjadi saksi bahwa literasi tidak akan berhenti sampai di sini. Mungkin saat ini, buku yang saya tulis adalah buku yang kedua puluh lima. Namun, seiring berjalan waktu, saya yakin akan ada karya-karya berikutnya yang lahir suatu saat nanti.
Jika engkau ingin dikenal dunia maka menulislah. Ikatlahlah ilmu dengan menuliskannya, biarlah tulisanmu menemui takdirnya. Tetap semangat berbagi dan menginspirasi. Mari kobarkan literasi di masa pandemi!
Salam Blogger Inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.
SMPS Mathla’ul Hidayah Cipanas
#KarenaMenulisAkuAda(KMAA)
#Day15KMAAYPTDChallenge
terima kasih