“Orang Kota Gagap Terhadap Perubahan”
40 tahun tinggal di Jakarta, tapi gagap terhadap perubahan. Itulah yang saya alami, trauma naik kereta api yang padat penumpang, sehingga selalu menghindar untuk naik kereta api.
Biasanya saya kalau ke Depok, selalu naik kendaraan pribadi atau taksi onlline karena masih trauma dengan padatnya penumpang kereta api, tapi karena merasa tidak ada yang perlu dikejar, akhirnya saya mencoba naik commuter line.
Saya benar-benar gagap menghadapi semua perubahan yang terjadi, mulai dari cara beli tiket, sampai cara masuk ke peron, saya merasa malu dengan diri saya sendiri, dan bahkan menertawakan diri sendiri. Ternyata semua keadaan sudah berubah, semua begitu lebih nyaman.
Pelayanan yang nyaman, kereta yang nyaman, bahkan tiketnya ternyata sangat murah. Jadi asumsi bahwa yang mahal itu selalu nyaman, tidak selalu benar. Naik commuter line itu murah dan nyaman.
Saya benar-benar jadi orang kota yang gagap terhadap perubahan, sehingga saya yang harusnya turun di depok lama, akhirnya terpaksa turun di Citayam, karena tidak pasang mata dan telinga, tidak faham situasi.
Alhasil, saya harus naik lagi dari Citayam ke Depok lama. Itu barulah satu kejadian, berikutnya saat pulang, saya asal naik kereta yang menuju ke Jakarta. Saya tidak tahu mana kereta yang menuju ke Stasiun Cikini, sampai di Manggarai harusnya bisa turun, tapi Saya berharap kereta menuju Cikini.
Ternyata keretanya menuju kearah stasiun Sudirman, saya tidak mungkin turun di Sudirman. Saya ikuti kereta sampai tanah a bang, dan turun di Tanah Abang. Akibatnya deposit saya hangus, dan harus naik BBG ke Sentiong dengan tarif yang lebih mahal, jika dibanding dari Manggarai.
Saya terkagum-kagum melihat perubahan bangunan fisik setiap stasiun, semua sudah berubah lebih baik. Saya tergagap-gagap melihat semua perubahan, semua yang dulunya tidak nyaman, sekarang jauh lebih nyaman.
Jadi benarlah kalau dikatakan,
“Tuhan tidak mengubah nasib suatu kaum, kalau tidak kaum itu sendiri mengubannya.”
Naik kereta yang dulunya sangat tidak nyaman, sekarang jauh lebih nyaman. Penumpangnya pada tertib, karena ada aturan yang ditegakkan. Membiasakan masyarakat untuk disiplin dan taat aturan, demi kenyamanan bersama.
Saya tidak ingin lagi diri saya menjadi bahan tertawaan diri saya sendiri, sejak itu saya sudah tahu semua yang kesalahan yang saya lakukan. Sekarang setiap ada urusan yang jarak tempuhnya jauh, Saya selalu naik commuter line. Hemat biaya, dan menikmati kenyamanan yang disuguhkan.
Perubahan yang terjadi begitu pesat, tanpa saya sadari. Saya merasa pelayanan transportasi umum itu masih seperti yang dulu, ternyata sekarang semua sudah berubah, karena ada yang mengubahnya. Hampir semua transportasi umum pelayanannya jauh lebih baik dan tertib.
Orang-orang yang berinisiatif melakukan perubahan ini patutlah diapresiasi, karena tidak mudah mengubah suatu keadaan secara progresif. Diperlukan niat yang tulus untuk melayani kepentingan masyarakat banyak.
Jabatan itu diamanahkan memang untuk melayani kepentingan orang banyak. Kalau cuma melihat kekurangannya, tentu kita tidak akan pernah berusaha untuk mengapresiasi. Tapi kalau menikmati perubahan demi perubahan, harusnya kita lebih bersyukur, karena sudah dilayani sesuai kebutuhan. (Ajinatha)