Tidak Ada Waktu yang Terbuang

 

“Buang Waktu” adalah sesuatu yang tidak ingin saya lakukan. Terlebih sejak tidak lagi aktif bekerja. Saya selalu ingin melakukan hal yang bermanfaat untuk mengisi sisa usia yang dianugerahkan Allah.

Padahal 6 tahun yang lalu saya sangat takut kalau sampai tidak lagi bekerja. Saya tidak bisa membayangkan hanya di rumah tanpa melakukan sesuatu apa pun. Padahal selama kurang lebi 35 tahun saya aktif bekerja.

Sejak 4 tahun yang lalu saya sudah tidak lagi bekerja dilapangan. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Setelah dijalani selama 4 tahun, ternyata tidaklah seburuk apa yang dibayangkan. Waktu 24 jam dalam satu hari termanfaatkan dengan maksimal, tidak ada yang terbuang sia-sia.

Aktifitas menulis dan desain grafis sangat menyita waktu saya. Ritual keseharian saya terisi dengan hal-hal yang positif, tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Hidup jauh lebih tertib, sehingga kesehatan pun lebih terjaga.

Sebelum bulan ramadan, aktifitas saya sehari-hari, mulai selepas sholat subuh ya menulis. Menulis apa saja tanpa memikirkan untuk apa nantinya tulisan tersebut. Yang jelas aktifitas tersebut diselingi dengan sholat lima waktu.

Kalau pun tidak menulis, saya mendesain pesanan cover buku. Kalau pun harus berleha-leha, saya nonton Netflix, menonton film-film yang bisa menggugah semangat untuk menulis. Minimal mendapatkan referensi untuk menulis novel.

Apa pun yang dilakukan harus memberikan manfaat. Kalau tidak mendatangkan manfaat secara materi, minimal harus mendapatkan manfaat ilmu. Yang penting aktifitas fisik dan non fisik harus dilakukan, agar waktu dalam satu hari dimanfaatkan secara maksimal.

Selama bulan ramadan ada yang berubah dari ritual keseharian. Lebih fokus melaksanakan ritual ibadah ramadan, dan diselingi aktifitas menulis dan mendesain cover. Tentu lebih banyak waktu yang termanfaatkan, terutama untuk memaksimalkan ibadah selama bulan ramadan.

Tidak ada yang berkurang, baik aktifitas menulis atau pun mendesain cover buku. Semua berjalan beringan tanpa ada gangguan, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan setiap harinya.

Inilah yang saya nikmati selama 4 tahun belakangan ini. Ketakutan yang membayangi saya kalau jadi pengangguran pupus sudah. Apa yang saya takutkan selama ini tidaklah terjadi. Meskipun hanya di rumah tapi saya tetap aktif dan produktif.

Soal penghasilan itu relatif, tergantung bagaimana mensyukurinya. Banyak belum tentu cukup kalau tidak disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik. Meski sedikit kalau merasa cukup tetap saja akan nikmat.

Apa lagi saat ini tidak ada lagi kebutuhan yang mendesak, semua sudah diambil alih anak-anak. Saya hanya tinggal menikmati sisa usia, sambil meningkatkan ibadaha kepada Yang Maha kuasa.

Kadang-kadang penghasilan yang saya terima lebih diperuntukkan memuaskan batin dan rohani. Itu saja bagi saya sudah cukup, karena dampaknya sangat bagus bagi kesehatan mental. Hidup lebih tenang, tanpa ada beban.

Tinggalkan Balasan

2 komentar