Menulis dengan Memaksimalkan Panca Indra

Artikel ke 16
MENULIS DENGAN MEMAKSIMALKAN PANCA INDRA

Ada yang lebih penting daripada hanya menunggu inspirasi, yakni Memaksimalkan Panca Indra, terutama dalam menulis kreatif. Bagaimana mungkin bisa mengembangkan imajinasi kalau tidak menggunakan Panca Indra.

Indra merupakan sistem fisiologi dalam tubuh manusia untuk mengenali, merasakan dan merespons serangkaian stimulus secara fisik. Saat suatu indra merasakan sesuatu, indra akan mengumpulkan informasi untuk memberikan persepsi dan respons.

Kemampuan indra untuk merasakan sesuatu inilah yang berfungsi menjalankan seluruh aspek kognitif, perilaku dan pikiran. Umumnya, manusia memiliki lima panca indra, yakni indra peraba, penglihatan, penciuman, pendengaran dan perasa.

Proses pengalaman batin yang dilalui dalam hidup akan berfungsi dalam penulisan, dan itulah yang membuat Panca Indra berperan aktif. Bagaimana kita bisa merasakan suatu situasi dan keadaan, dan rasa itu dituangkan di dalam tulisan.

Itulah kenapa menulis kreatif itu sangat dibutuhkan fokus dan konsentrasi, karena berbagai lintasan peristiwa dalam pikiran harus dituangkan dengan menggunakan Panca Indra, sehingga pembaca pun ikut larut dalam apa yang kita tuangkan dalam tulisan.

Hal ini mungkin tidak terlalu disadari oleh sebagian penulis, mungkin saja sadar namun tidak memahami kalau proses yang sedang dilalui merupakan upaya memaksimalkan panca indra. Panca Indra adalah medium penulis dalam menuangkan imajinasi.

Proses riset dalam menulis kreatif pun merupakan perjalanan proses pengendapan batin, hasil dari melihat, mendengar dan merasakan, bahkan juga dari membaca. Ini sebuah proses yang tidak bisa diabaikan dalam menulis kreatif.

Seorang penyair sekelas Khairil Anwar, atau juga WS. Rendra, mampu mengungkapkan berbagai peristiwa dalam puisi-puisinya, pastinya karena adanya pengalaman batin yang dirasakan, sehingga apa yang dituliskan dalam puisi ya, begitu menyentuh perasaan pembacanya.

Begitu juga dengan Pramoedya Ananta Toer, yang mampu menuliskan cerita “Bumi Manusia” dengan sangat runtun. Membaca apa yang dituliskannya, seakan-akan kita larut dalam peristiwa sejarah sesungguhnya, padahal apa yang dituliskan hanyalah sebuah fiksi.

Kemampuan ketiga sastrawan besar tersebut menulis dengan memaksimalkan panca indra, bukanlah sekadar menulis. Secara pribadi saya belum sampai pada tahap memaksimalkan panca indra dalam menulis, saya tertarik membagikan hal ini agar bisa berbagi dengan pembaca.

Kita dianugerahi lima Panca Indra, bahkan ada yang memiliki lebih dari lima panca indra. Lima panca indra inilah yang mendorong pembaca mengenang pegalamannya, membangun imajinasi maupun mengingat peristiwa lampau. Sementara, penulis biasanya akan cenderung fokus pada indra penglihatan, peraba dan pendengar.

Sedangkan, indra perasa dan penciuman hanya digunakan oleh pembaca untuk menggugah ingatannya kembali ketika membaca sebuah cerita. Khususnya, cerita yang mungkin membahas soal aroma sesuatu.

Dengan Memaksimalkan panca indra, maka secara tidak langsung kita sudah membangun interaksi imajinatif dengan pembaca. Itulah kenapa ada istilah, ‘menulis dengan hati, akan sampai ke hati. Bukankah pencapaian seperti itu yang diidam-idamkan setiap penulis?

Apresiasi pembaca itu buah dari memaksimalkan panca indra dalam menulis, yang tanpa disadari membangun interaksi secara imajinatif dengan pembaca. Ketika pembaca larut dalam apa yang dituliskan, maka akan meresponnya dengan berbagai cara.

Ajinatha

Tinggalkan Balasan

1 komentar