Tips Menggunakan Kata Benda

Artikel ke 20
Tips Menggunakan Kata Benda

Ternyata memang, menulis kreatif itu tidak asal. Penggunaan kata benda pun dengan cermat harus dipikirkan. Karena, secara prinsip setiap kata, frasa dan diksi harus dicermati dampaknya saat ditulis.

Tips menulis kreatif mengajarkan penulis menggunakan adab dalam menulis, sehingga sebuah tulisan yang dihasilkan tidak saja cuma enak dibaca, tapi juga diperhatikan keindahanya. Kembali penulis dituntut untuk memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan kosakata.

Mungkin dalam kaidah penulisan biasa tidaklah terlalu dipersoalkan, tapi dalam menulis kreatif segala sesuatunya harus dipikirkan. Seperti yang saya kutif dari deepublish.com:

Kata benda adalah kata yang digunakan untuk menyatakan nama dari seseorang, tempat atau semua benda. Kata benda ada dua jenis, yakni kata benda konkret dan kata benda abstrak.

Kata benda konkret digunakan untuk benda yang bisa dikenal dengan panca indra, Sedangkan, kata benda abstrak digunakan untuk benda yang bisa dikenal dengan pikiran.

Kata benda sangat umum digunakan dalam sebuah cerita. Tapi, Anda bisa menggunakan kata benda yang lebih menarik dalam menulis kreatif, seperti kata “Anjing” menjadi “Si Gukguk”.

Dalam konteks ini bisa jadi mengganti kata ‘Anjing’ dengan ‘Si Guk-guk’sekadar untuk menghaluskan frasa yang mengikutinya, namun tidak berarti kata ‘Anjing’ diharamkan dalam penulisan kreatif. Dalam konteks tertentu kata ‘Anjing’ bisa saja sangat dibutuhkan.

Inilah yang saya maksudkan bahwa menulis kreatif itu perlu juga memikirkan kaidah penggunaan kata, dan mendahulukan adab dalam bertata bahasa. Bahasa adalah juga bagian dari marwah bangsa yang harus dijaga.

Memang tidak bisa dipungkiri kalau dimasa lalu penulisan kreatif pun sudah memikirkan kaidah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik. Biar bagaimana pun karya tulis kreatif merupakan bagian dari sastra Indonesia, sekaligus juga cerminan bangsa Indonesia.

Menarik juga apa yang dikatakan Khaled Hosseini, seorang novelis dan dokter berkebangsaan Amerika Serikat kelahiran Afganistan Setelah lulus dari bangku kuliah, ia bekerja sebagai dokter di California – sebuah profesi yang ia samakan dengan “perjodohan”.

“Menulis fiksi adalah tindakan menenun serangkaian kebohongan untuk mencapai kebenaran yang lebih besar.”

Tidak salah kalau Khaled mengatakan menulis fiksi itu menenun serangkaian kebohongan, karena dalam menulis fiksi seorang penulis berusaha meyakinkan pembaca, bahwa apa yang dituliskannya adalah suatu kebenaran.

Disinilah kemampuan kreatif seorang penulis dipertaruhkan, pembaca bisa hanyut dalam cerita yang ditenun sedemikian rupa, meskipun hanya fiksi tapi pembaca bertanya-tanya dalam hati, apakah ini kisah nyata?

Sekarang kita lihat juga apa yang dikatakan George Orwell, adalah sastrawan Inggris yang terkenal dengan karyanya Nineteen Eighty-Four dan Animal Farm.

“Seorang penulis yang teliti, dalam setiap kalimat yang ditulisnya, akan bertanya pada dirinya sendiri setidaknya empat pertanyaan, sehingga:

• Apa yang ingin saya katakan?
• Kata-kata apa yang akan mengungkapkannya?
• Deskripsi atau idiom apa yang akan membuatnya lebih jelas?
• Apakah gambaran ini cukup segar untuk memiliki efek?

Dan dia mungkin akan menanyakan dirinya sendiri dua hal lagi:

• Bisakah saya membuatnya lebih pendek?
• Apakah saya sudah mengatakan sesuatu yang sangat jelek? — George Orwell

Apa yang dikatakan George Orwell diatas sangat masuk akal, terlebih dalam menulis kreatif. Sehingga untuk menuliskan sesuatu yang jelek, dan berdampak jelek bagi pembaca pun masih menjadi pertimbangan.

Tinggalkan Balasan