Gaduh,
Aku melihat negeriku begitu gaduh,
Politik seperti selaksa camar bergandeng.
Yang kaya semakin kaya, Yang miskin semakin miskin.
Tidak akan muncul sercecah harapan untuk ku kaum rendah.
Ku sadar aku bukanlah seorang raja.
Atau bukan seorang dengan berlimang harta yang bisa berbangga.
Aku tak ‘kan memiliki harapan bila hanya tertawa.
Fajar telah terbit di ufuk timur,
Aku bersama para penerus bangsa berdiri tegap di depan gerbang mewah pemerintah.
Menatap tajam kepada sosok pertiwi yang sudah siap berjaga sejak tadi.
Negeriku sedang bergaduh,
Sebab ketamakan kalian para pejabat.
Kami menuntut keadilan dari kalian.
Sehembus semangat yang terbelenggu.
Kemeluk jiwa t’lah terpenjara.
Berkerudung duka,
berirama nestapa.
Di tengah jalan yang berdebu,
Kami menyuarakan suara pikiran saudara kami.
Membela yang lemah,
Menghancurkan penindas.
Membawa kembali keadilan,
Kesejahteraan,
Bagi negeri kami.
Kemana lagi doktrin nyata akan dicari.
Bukan hanya kata-kata yang kau ucap.
Bukan hanya sekedar janji yang kau berikan.
Namun, sumpah yang kau kumandangi.
Semangat kami para pemuda tidak akan getar.
Kami akan terus menunggu kau memberikan kami keadilan.
Menuntun kami kepada gerbang kemerdekaan sesungguhnya.
Yang telah lama hanya menjadi mimpi.